31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam suatu bahan padat mengunakan pelarut organik dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar Nurcahayati A, 2010.
Proses ekstraksi ini menggunakan teknik maserasi bertingkat dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda yaitu 4,1 liter
n-heksana non-polar, 4,8 liter etil asetat semi polar dan 6,3 liter metanol polar. Maserasi bertingkat bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang mempunyai kepolaran yang berbeda, yaitu memisahkan senyawa yang non polar, semi polar, dan polar. Hasil ekstraksi memberikan data rendemen
eksrak n-heksana 1,44 ekstrak etil asetat 5,03 dan ekstrak metanol 10,69. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak
metanol yang paling besar, karena kemungkinan kandungan senyawa polar lebih banyak dibandingkan senyawa semi polar dan senyawa non polar.
Tabel 4.1 Hasil Rendemen Total Ekstrak Garcinia benthami Pierre
Total Simplisia Yang Dimaserasi
Ekstrak Berat
gram Rendemen
700 gram N-heksana
10,0593 1,44
Etil asetat 35,2081
5,03 Metanol
74,8665 10,69
4.4 Penapisan Fitokimia Ekstrak Garcinia benthami Pierre
Hasil uji penapisan fitokimia pada ekstrak daun Garcinia benthami Pierre dalam berbagai tingkat ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 . Hasil Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Garcinia benthami Pierre
Identifikasi senyawa
Ekstrak n- heksana
Etil asetat Metanol
Alkaloid +
+ +
Flavonoid -
+ +
Saponin -
+ +
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Steroid +
- +
kuinon -
+ +
Tanin +
+ +
Keterangan :+ menunjukan reaksi positif, - menunjukan reaksi negatif.
Berdasarkan uji penapisan fitokimia yang telah dilakukan pada ekstrak n-heksana daun Garcinia benthami Pierre menunjukan hasil positif alkaloid,
steroid dan tanin, pada ekstrak etil asetat menunjukan hasil positif alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan kuinon. Pada metanol menunjukan hasil positif
alkaloid, Flavonoid, saponin, steroid, tanin dan kuinon. Cowan 1999 menyatakan, senyawa antimikroba yang sering ditemukan pada bahan
tumbuhan antara lain: senyawa fenol, terpen, alkaloid, dan polipeptida. Cowan juga menyatakan bahwa senyawa turunan fenol yang memiliki aktivitas
antimikroba diantaranya adalah katekol, pirogalol, asam fenolat, kuinon, santon, flavonoid, tanin dan kumarin Putra, 2010.
Metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman memiliki aktivitas antibakteri dengan berbagai mekanisme kerja. Umumnya senyawa flavonoid
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri dibagi menjadi tiga yaitu :
mengambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel, dan menghambat metabolisme energi Cowan, 1999.
Mekanisme kerja flavonoid menghambat sintesis asam nukleat terletak pada cincin B yang berperan penting dalam proses interkalasi atau ikatan
hidrogen dengan menumpuk basa asam nukleat yang menghambat pembentukan DNA dan RNA Cushnie, 2005. Mekanisme kerja flavonoid
menghambat fungsi membran sel adalah membentuk ikatan komplek dengan dinding sel dan merusak membran Pepeljnjak et al., 2005. Flavonoid dapat
meghambat metabolisme energi dengan cara meghambat sistem respirasi, karena dibutuhkan energi yang cukup untuk penyerapan aktif berbagai
metabolit dan biosintesis makromolekul Cushnie, 2005. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan
tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intrseluler akan keluar berdifusi
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
melalui membran luar dan dinding sel yang rentan kemudian mengikat membran sitoplasma sehingga mengganggu dan mengurangi kestabilan
membran sel. Hal ini menyebabkna sitoplasma bocor keluar dar sel yang mengakibatkan kematian sel Nuria et al., 2009.
Mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara menggangu komponen penyusun peptitoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk utuh dan menyebabkan kematian sel Darsana, 2012. Mekanisme lain antibakteri alkaloid yaitu komponen alkaloid
diketahui sebagai interkelator DNA dan mengambat enzim topoisomerase sel bakteri Karou, 2005.
Meknisme kerja steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran lipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkan
kebocoran pada liposom Madduluri, 2013. Mekanisme kerja antibakteri tanin mempunyai daya antibakteri dengan
cara memprepitasi protein. Efek antibakteri tanin melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim fungsi materi genetik. Mekanisme kerja tanin
sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk Nuria et al., 2009.
4.5 Hasil pengamatan uji aktivitas antimikroba ekstrak Garcinia benthami