Bahasa dalam Penulisan Jurnal Penelitian

15 4 [2] Athanassios M, Jason WCrossed-Dipole Arrays for Asynchronous DS-CDMA Systems,IEEE Transactions on Antennas and Propagation. 2004; 521: 122- 131. b. Proceeding: [3] Penulis1 A, Penulis2 B. Judul tulisan. Nama Seminar. Kota. tahun: halaman. [4] Yamin L, Wanming C. Implementation of Single Precision Floating Point Square Root on FPGAs. IEEE Symposium on FPGA for Custom Computing Machines. Napa. 2008: 226-232. c. Buku Teks: Jika referensinya diambil dari buku teks [1] Penulis1 A, Penulis2 B. Judul buku, Edisi, Kota: Penerbit, tahun, halaman. [2] Mohan N, Undeland TM, Robbins WP. Power Electronics. New York: John Wiley Sons. 2005: 11-13. d. ThesisDisertasi [1] Penulis, Judul, kota dan nama universitas; tahun. [2] Saputra Oka. Enhanchement polarization bandwidth using Sequentiall rotation array. Magister Thesis. Jakarta: Postgraduate UI; 2006 e. Paten: [1] Penulis1 A, Penulis2 B,judul. Patent number Patent. Tahun publikasi [2] Ahmad LP, Hooper A. The Lower Switching Losses Method of Space Vector Modulation. CN103045489 Patent. 2007. f. Standards: [1] Nama standar, Nomer standar. Judu, tahun publikasi, Penerbit,tahun terbit [2] IEEE Standards Association. 1076.3-2009. IEEE Standard VHDL Synthesis Packages. New York: IEEE Press; 2009. g. Internet [1] Alamat situs lengkap, tanggal akses. [2] http:www.rjsystems.nlen2100-dhcpv6-stateful-autocfg.php, diakses tanggal 6 Mei 2011

2. Bahasa dalam Penulisan Jurnal Penelitian

Bahasa memegang peranan penting dalam penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu pemahaman tentang diksi pilihan kata atau seleksi kata, bahasa Inggris; diction, istilah, kalimat, penyusunan paragraf, dan penalaran yang diungkapkan harus dikuasai peneliti. Selain itu, penulisan karya ilmiah harus mengacu pada Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan sesuai dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baku. 15 5 Dengan demikian, gaya penulisan karya ilmiah hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif, dan impersonal. Di sisi lain, bahasa merupakan alat yang cukup penting dalam karangan ilmiah. Langkah pertama dalam menulis karya ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar Suriasumantri, 1986:58. Apabila bahasa kurang cermat dipakai, karangan bukan saja sukar di pahami, melainkan juga mudah menimbulkan salah pengertian. Bahasa karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran penulis Surakhmat dalam Finoza, 2006:215. Dalam menulis karya ilmiah penulis juga diharapkan mampu menggunakan bahasa secara cermat. Sajikan ide-ide secara urut sehingga pokok-pokok pikiran dan konsep tersusun secara koheren. Gunakan ungkapan yang ekonomis sehingga tidak terjadi pengulangan ide atau penggunaan kata-kata yang berlebihan. Selain itu, gunakan ungkapan halus smooth, agar pembaca dapat mengikuti alur pembahasan dengan mudah. Gaya kalimat jangan seperti puitis dan perhatikan penulisan secara benar dan baku. Dalam penggunaan bahasa terdapat beberapa ragam bahasa. Sugono 1999:10 berpendapat bahwa berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, ragam bahasa sastra, dan ragam bahasa jurnalistik. Yamilah dan Samsoerizal 1994:10 mengklasifikasikan ragam bahasa dengan nama istilah ragam fungsioleg. Ragam fungsioleg adalah ragam berdasarkan sikap penutur mencakup daya ucap secara khas. Ragam ini digunakan antara lain dalam kegiatan: kesehatan, susastra, olahraga, jurnalistik, lingkungan, dan karya ilmiah. Setiap bidang tersebut menampakkan ciri tersendiri dalam pengungkapannya. Hadi dalam Alamsyah 2008:102 mengatakan bahwa bahasa ragam karya ilmiah memiliki karakteristik tersendiri yaitu : singkat, padat, sederhana, lugas, lancar, dan menarik. Selain itu, gaya penulisan karya ilmiah hendaknya memiliki kejelasan, reproduktif, dan impersonal. Kejelasan dimaksudkan bahwa setiap karya ilmiah harus mampu menyampaikan informasi kepada pembaca tentang objek penelitiannya secara gamblang. Kegamblangan ini dibicarakan sebagai foto kopi dari aslinya. Inilah yang dimaksud dengan reproduktif. Sedangkan impersonal berarti peniadaan kata ganti perorangan seperti: saya atau peneliti. Misalnya: Adapun masalah yang akan diteliti mencakup, pengkajian, p erencanaan, pelaksanaan, dan penelitian. Pada posisi kata impersonal “diteliti” tidak boleh menggunakan kata saya atau peneliti. Dalam hal mengutip, tradisi mengarang ilmiah berlaku mengutip pendapat orang lain. Karya ilmiah pada umumnya merupakan hasil pengamatan atau penelitian yang merupakan lanjutan dari penelitian yang terdahulu. Dengan kata lain, hasil-hasil penelitian orang lain, pendapat ahli, baik yang dilisankan maupun yang dituliskan dapat digunakan sebagai 15 6 rujukan untuk memperkuat uraian atau untuk membuktikan apa yang dibentangkan Walija, 1996:125. Dalam dunia tulis menulis ilmiah ada dua macam jenis kutipan, yaitu: kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung dalam pengutipannya harus diberi tanda kutip “… “. Sedangkan kutipan tidak langsung tidak diberikan tanda kutip. Namun, kutipan langsung maupun kutipan tidak langsung dalam tertib mengutip harus diberikan tanda dengan catatan kaki foot notes. Catatan kaki adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan uraian teks yang ditulis di bagian bawah halaman yang sama. Apabila keterangan semacam ini disusun dibagian akhir karangan biasanya disebut keterangan saja. Catatan kaki bukan hanya untuk menunjukkan sumber kutipan, melainkan juga dipergunakan untuk memberikan keterangan tambahan terhadap uraian atau teks. Ada beberapa prinsip mengutip, yaitu: a. Tidak mengadakan perubahan, b. Memberitahu bila sumber kutipan mengandung kesalahan, c. Memberitahu bila melakukan perbaikan, dan d. Memberitahu bila menghilangkan bagian-bagian tertentu yang ada didalam kutipan.

C. Latihan