Gambar 44 : Tablatular ............................................................................................. 68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat Simalungun adalah salah satu kelompok etnis yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Etnis Simalungun merupakan salah satu dari lima kelompok
etnis batak lainnya yaitu Toba, Karo, Pak-pak, dan Mandailing-Angkola Bangun, 1993 : 94.
Setiap etnis yang ada di Sumatera Utara, baik itu etnis batak maupun etnis lainnya memiliki kebudayaan, serta adat istiadat yang berbeda beda. Demikian juga
Universitas Sumatera Utara
halnya dengan simalungun, dimana masyarakat Simalungun memiliki kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun baik secara lisan maupun tulisan oleh
leluhurnya. Salah satu bentuk kebudayaan itu adalah kesenian. Ada banyak kesenian pada masyarakat Simalungun diantaranya adalah seni tari, seni musik, dan seni rupa.
Pada tulisan ini penulis lebih terfokus untuk mengkaji aspek musiknya. Pada masyarakat Simalungun, seni musik terbagi dua bagian besar, yaitu
musik vokaldan musik instrumen. Musik vokal dalam masyarakat Simalungun disebut Doding, Bernyanyi dalam bahasa Simalungun disebut Mandoding. Beberapa
jenis nyanyian rakyat pada masyarakat Simalungun yaitu : Taur-taur simanggei nyanyian cinta, Ilah nyanyian untuk bekerja, Urdo-urdo nyanyian untuk
menidurkan anak, Tihtah nyanyian permainan anak, Tangis tangisan, Mandilo tonduy dan ManalunduMangmang nyayian untuk pengobatan dan juga Inggou
Turi-turian nyanyian bercerita. Selain musik vokal, masyarakat Simalungun juga memiliki musik instrument yang terbagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu :
IdiofonMongmongan, Ogung, Sitalasayak, Garantung, MembranofonGonrang sidua-dua, Gonrang sipitu-pituGonrang bolon, KordofonArbab, Husapi,
JatjaululTengtung, AerofonSarunei bolon, Sarunei buluh, Tulila, Sulim, Sordam, Saligung, Ole-ole, Hodong-hodong, dan Ingon-ingon.
Alat musik simalungun dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu musik yang dimainkan secara ensambel, dan musik yang dimainkan secara tunggal. Musik
ensambel yang terdapat pada masyarakat simalungun yaitu Gonrang Sidua-duadan Gonrang Bolon. Gonrang Sidua-dua merupakan seperangkat musik tradisional
Simalungun yang terdiri atas dua buah Mongmongan, dua buah Gonrang, dua buah Ogung, dan satu buah Sarune Bolon. Gonrang Bolon yaitu seperangkat alat musik
tradisional Simalungun yang terdiri atas dua buah Ogung, dua buah Mongmongan,
Universitas Sumatera Utara
tujuh buah Gonrang dan satu buah Sarunei Bolon. Kedua ensambel musik tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu untuk upacara religi, upacara adat, malas ni ruha
dan upacara sayur matua. Gonrang Sidua-dua dan Gonrang Bolon juga di gunakan untuk mengiringi tarian atau tor-tor.
Pada masyarakat Simalungun terdapat juga alat musik yang dimainkan secara tunggal. Diantaranya adalah Sordam, Husapi, Tulila, Sulim, dan Saligung. Pada
tulisan ini penulis ingin mengkaji tentang alat musik yang dimainkan secara tunggal pada masyarakat simalungun yaitu Saligung.
Pada zaman dahulu Saligung adalah alat musik yang digunakan garama
1
Orang yang memainkan Saligung disebut parsaligung, kata “par” menjadi awalan dari kata “saligung” yang berarti orang yang memainkan. Orang yang masih
mengerti tentang cara pembuatan Saligung Simalungun adalah Bapak Jahuat Purba, beliau mengenal Saligung pada tahun 90-an yaitu dengan melihat Saligung buatan
Bapak Jintar Damanik. Keunikan alat musik Saligung menjadi alasan beliau tertarik untuk mengetahui cara memainkan dan membuat Saligung. Bapak Ja Huat purba
adalah salah satu pembuat pambahen Saligung, selain mengetahui tentang cara pembuatan Saligung beliau juga mengerti tentang cara memainkannya. Beliau juga
dikenal sebagai tokoh masyarakat yang tetap mendukung kelestarian musik tradisional Simalungun, seperti memperkenalkan kebudayaan musik Simalungun
pada muda-mudi Simalungun pada acara pesta Rondang Bintang. untuk menyampaikan perasaannya kepada gadis yang dicintainya, dimana pria
tersebut tidak berani mengungkapkan perasaannya secara langsung kepada seorang wanita dan juga Saligung di gunakan untuk pelipur lara.
1
Garama adalah sebutan pemuda dalam bahasa Simalungun
Universitas Sumatera Utara
Saligung merupakan alat musik yang sangat unik. Dikatakan alat musik yang unik karena saligung dimainkan atau di hembus dengan menggunakan hidung yang
merupakan satu-satunya alat musik yang di mainkan atau di hembus dengan hidung yang ada di sumatera utara. Saligung adalah alat musik yang terbuat dari bambu,
bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai iklim kering Menurut
Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999,hal 78.
Menurut Bapak Ja Huat Purba bahwa bambu yang digunakan untuk membuat Saligung adalah bambu Dihon, dikarenakan bambu dihon lebih tipis dan ruasnya tidak
panjang.
Saligung tergolong dalam klasifikasi aerofon, yang memiliki empat lubang nada, satu lubang hembusan, satu lobang keluaran udara dan satu lubang penyelaras
nada. alat musik Saligung ini hanya bisa memainkan bebarapa lagu yang mana biasanya lagu-lagu yang di mainkan sebagai gambaran kesedihan Tangis-tangis
dan ungkapan perasaan. Cara pembuatan Saligung yaitu batas ruas bambu bagian terluar lubang
panoppulan dikikis membentuk miring dengan tujuan agar letak hidung dengan sisi lubang hembusan tepat, sehingga si pemain merasa nyaman. Selain itu kedua sisi
terluar ruas bambu di kikis setipis mungkin namun jangan sampai pecah. Setelah proses pengkikisan, dilanjutkan dengan proses pembuatan lubang hembusan, dengan
bahasa Simalungun panoppulan yang artinya penghembusan dan manoppul artinya menghembus dan pelubangan keluaran udara. Kemudian dilanjutkan dengan proses
pembuatan lubang nada. Musik tentu tidak lepas dari alat pendukungnya, yaitu alat musik. Dalam
tulisan ini, penulis lebih terfokus kepada alat musik Saligung, Dimana alat musik Saligung saat ini sudah terancam punah.
Universitas Sumatera Utara
Proses perjalanan kesenian tradisional saat sekarang sudah menapak ke posisi krisis, akibat derasnya arus perubahan berupa adaptasi, akulturasi, enkulturasi.
Proses perubahan ini bisa saja bermanfaat apabila masyarakat pendukung suatu kebudayaan dapat menjadikan budaya sebagai modal menghadapi kehidupan modis
yang semakin kompleks. Namun sebaliknya, terjadinya pergeseran nilai-nilai dapat pula mengikis nilai-nilai budaya tradisional.
Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan
dunia yang akan berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan dan rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling
bergantung satu sama lain. Dapat di katakan bahwa globalisasi membawa dampak baru tentang konsep Dunia Tanpa Batas yang saat ini menjadi realita dan sangat
mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru,Selain globalisasi penyebab goyahnya ketahanan budaya adalah modernisasi.
Modernisasi menurut Soerjono Soekanto adalahsuatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya
dinamakan social planning dalam buku Sosiologi: suatu pengantar. Pada saat sekarang kesenian tradisional sudah semakin terpinggirkanterasing
karena dianggap kurang praktis dan banyak aturannya. Masyarakat lebih memilih menggunakan alat musik yang ringkas, instan dan murah dalam hal dana
penyelenggaraannya, sehingga semakin kuat kecenderungan memadukan alat musik modern keyboard dan alat musik tradisional. pertunjukan kesenian tradisional tidak
lagi menggunakan alat musik tradisional, melainkan menggunakan alat musik keyboard tunggal yang kini semakin trend.
Universitas Sumatera Utara
Disisi lain penggunaan alat musik modern, seperti keyboard dapat membantu proses pertunjukan kesenian tradisional. Tetapi sebaliknya, penggunaan alat musik
modern akan menggeser dan akhirnya menghilangkan kesenian tradisional. Hal ini sejalan dengan konsep kebudayaan yang mengatakan bahwa kebudayaan merupakan
suatu hal yang dipelajari maupun diwariskan secara turun temurun oleh leluhurnya. Dampak dari globalisasi dan modernisasi sampai pada masyarakat
Simalungun khususnya pada salah satu alat musik tradisional Simalungun yaitu Saligung. Berdasarkan hasil wawancara saya dengan Bapak Ja Huat Purba, beliau
mengatakan bahwa Saligung digunakan untuk menyampaikan perasaan, Pelipur lara selain itu juga sebagai tanda bahwa si Garama sudah berada didepan rumah si Anak
Boru
2
Menurut Bapak JaHuat Purba, pada saat beliau masih kecil alat musik Saligung sudah jarang di mainkan seperti layaknya Suling, Sarune Simalungun dan
lain sebagainya. Dan saat sekarang menurut bapak JaHuat Purba boleh dikatakan bahwa Saligung sudah hilang dari masyarakat Simalungun.
. Tetapi pada saat sekarang eksistensi alat musik Saligung sudah hampir hilang dari masyarakat Simalungun, untuk penyajiannya hanya bapak Setia Dermawan
purba yang selalu mempertunjukan Saligung, Dan untuk yang Mengetahui tentang bagaimana cara pembuatan alat musik Saligung hanya bapak J Badu Purba dan
bapak Ja Huat purba. Melihat dari keberadaan alat musik Saligung yang sudah hampir punah penulis mewawancarai bapak S sinaga tentang keberadaan alat musik
Saligung, beliau adalah tokoh masyarakat di dareah tempat penelitian penulis. Beliau mengatakan bahwa masyarakat Simalungun
lebih cenderung mengikuti perkembangan zaman sehingga alat musik Saligung dilupakan.
2
Anak boru adalah sebutan anak gadis dalam bahasa simalungun
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji, menganalisa dan
menuliskannya menjadi sebuah tulisan ilmiah yang diberi judul “Studi Organologis Saligung Simalungun Buatan Bapak Ja Huat Purba di Desa Tengkoh,
Kecamatan Panombean Pane, Kabupaten Simalungun”
1.2 Pokok Permasalah