LAKIP 2014 TPSA BPPT III-3
3.1.1. Sasaran Strategis 1 : Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi
bidang sumberdaya alam oleh mitra.
Indikator Sasaran Strategis 1.1 : Jumlah rekomendasi pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia INASAT.
1 Urian Kegiatan
Indikator sasaran strategis berupa 1 rekomendasi sistem satelit penginderaan jauh inderaja nasional. Indikator sasaran strategis dari kegiatan ini adalah
mengidentifikasi tiga komponen utama dalam rencana realisasi sistem satelit inderaja yaitu: 1 komponen kebutuhan pengguna; 2 komponen sistem satelit teknologi inderaja
yang tersedia; 3 sistem legalitas kelembagaan. Dari kegiatan ini telah dihasilkan output berupa1 dokumen yang berisi satu rekomendasi tentang sistem satelit penginderaan jauh
Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia dan kemajuan teknologi satelit di dunia saat ini. Penjelasan indikator kinerja diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel III-2. Penetapan Kinerja Indikator Sasaran Strategis
Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja
Target Penjelasan
Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan
teknologi bidang sumberdaya alam oleh
mitra Jumlah
Rekomenasi pengembangan
dan pemanfaatan satelit observasi
kebumian Indonesia InaSat
1 1 dokumen rekomendasi
teknologi sistem satelit penginderaan jauh
nasional
Pada tahun 2013 dan 2014, Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam PTISDA – TPSA-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT melalui Program
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam menginisiasi kegiatan Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia.
Kegiatan ini dikenal dengan nama Ina-SAT sebagai perwujudan rencana nama pada satelit penginderaan jauh inderaja atau remote sensing tersebut.
Kegiatan ini didasarkan pada kebutuhan nasional tentang informasi geospasial yang dapat disediakan oleh satelit inderaja ini, serta kemandirian bangsa di bidang
teknologi inderaja. Kebijakan pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN ke-dua dan ke-tiga periode 2010 –
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-4
2019 adalah pembangunan yang berbasiskan kemampuan ilmu pengetahuan teknologi IPTEK. Teknologi inderaja, khususnya dengan menguasai komponen sistem satelit
inderaja sangat sesuai dan dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan nasional untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Sebagai benua maritim, Indonesia sangat kaya akan sumberdaya alam yang membutuhkan upaya inventarisasi dan kebijakan pengelolaan yang tepat melalui
informasi spasial untuk kemakmuran bangsa. Selain itu, tantangan dari bencana yang mungkin terjadi akibat letak negara di zona pertemuan lempeng tektonik dan jalur gunung
api, juga membutuhkan informasi spasial dalam upaya pengurangan risiko bencana. Informasi spasial untuk wilayah yang luas dapat diperoleh secara efisien melalui data dari
sistem satelit inderaja.Selain itu, sistem satelit inderaja sangat berperan dalam membantu upaya pertahanan negara.
Indonesia telah memanfaatkan teknologi inderaja berbasiskan satelit sejak tahun 1980-an dan terus berusaha untuk menguasai teknik dan metode akuisisi, analisis,
pemodelan dan interpretasi data atau citra satelit.Tetapi sampai saat ini, posisi Indonesia masih dalam tahap penerima dan pengguna data, belum sebagai penyedia data satellite
data provider.
Hasil kegiatan PTISDA-TPSA tahun 2013 dan 2014 terkait dengan Ina-SAT adalah menghasilkan dokumen Technology Needs Assessment TNA Sistem Satelit
Inderaja Nasional, dan dokumen Rekomendasi Pengembangan dan Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian Indonesia Ina-Sat. Dokumen ini memuat hasil kajian dan analisis
terhadap tiga komponen utama sistem satelit inderaja nasional yaitu: komponen kebutuhan pengguna user requirement, komponen penyedia teknologi technology
provider, dan komponen aspek kebijakan, hukum dan kelembagaan policy and legal aspects.
Secara umum, Indonesia membutuhkan sistem satelit pengindera bumi untuk tiga aplikasi utama yaitu: pemantauan pada saat terjadi keadaan darurat emergency
response; untuk pemetaan dan pemantauan permukaan bumi; dan pemantauan cuaca dan atmosferik. Untuk itu, Indonesia membutuhkan sistem sensor optik multispectral and
hyperspectral remote sensing dan radar microwave remote sensing.Sensor ini dapat diletakan pada sistem satelit kelas kecil - menengah small to medium class satellite.
Estimasi biaya pembangunan sistem satelit inderaja termasuk pembangunan fasilitas AIT assembly, integration and test dan penyiapan sumberdaya manusia adalah sekitar 150
juta US Dollar dengan jangka waktu pembangunan sekitar 3-5 tahun.
Indonesia saat ini sudah menguasai teknologi sistem satelit kelas mikro dan juga telah mempunyai infrastruktur sistem stasiun bumi sebagai penerima data
satelit.Berbagai kajian aplikasi dan pemanfaatan data satelit telah dilaksanakan. Dengan
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-5
meningkatkan nilai tambah dan pengelolaan proses bisnis data satelit yang terintegrasi, industri jasa penginderaan jauh akan tumbuh dan berkembang dan berkontribusi pada
ekonomi nasional. Dari hasil studi kepustakaan, diskusi dan kunjungan ke berbagai industri satelit terlihat bahwa teknologi satelit inderaja terus berkembang ke arah
peningkatan efisiensi dan berdampak pada bobot dan ukuran satelit.Hal ini membuat satelit dengan bobot di bawah 500kg menjadi operasional dengan kemampuan yang
sangat baik dan tentu saja mengurangi biaya pembuatan. Karena biaya yang terus mengecil, maka konsep satu satelit dengan satu misi satu sensor juga akan
berkembang.
Seiring dengan hal tersebut, maka arah sistem satelit inderaja nasional yang operasional sebaiknya mengarah ke satelit dengan bobot di bawah 500 kg tetapi dengan
jumlah yang lebih dari satu, sehingga membentuk konstelasi. Misalnya satu satelit sistem optik-hyperspectral dengan orbit polar Sun-Synchronous, dan satu atau dua satelit radar
yang salah satunya adalah orbit ekuator near-equatorial orbit.
Dengan memiliki dan mengoperasikan sistem satelit Inderaja sendiri, memungkinkan Indonesia menjadi penyedia data satelit, khususnya untuk kawasan Asia
Tenggara. Hal ini tentu saja berpotensi untuk menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan akan berkali lipat apabila diberikan sentuhan analisis dan interpretasi
sehingga informasi yang diberikan berbeda dengan yang lain. Potensi ini akan mendukung sistem ekonomi dalam persaingan global, utamanya dalam mengantisipasi
gempuran gelombang ekonomi global yang bersifat kreatif. Gelombang ekonomi kreatif ini merupakan gelombang ekonomi keempat setelah gelombang ekonomi pertanian,
gelombang ekonomi industri serta gelombang ekonomi informasi.
Dengan menguasai pangsa pasar dalam negeri dan kawasan regional dalam bidang data satelit, maka bangsa Indonesia tidak perlu khawatir untuk bersaing dan
berdagang secara global di masa yang akan datang, seperti zona bebas ASEAN ASEAN Free Trade Area, AFTA tahun 2015; dan zona bebas Asia Pasifik. Dengan
mengoperasikan dan memiliki sistem satelit Inderaja nasional akan mengangkat dan mensejajarkan posisi bangsa Indonesia dalam kancah internasional, khususnya dengan
negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Vietnam, Singapura dan Malaysia yang telah memiliki dan mengoperasikan sistem satelit Inderaja mereka sendiri.
Gambar III-1. Proses Bisnis Pemanfaatan Data Satelit Inderaja Sumber: MRI
Gambar III-2. Konsorsium Nasional untuk Sistem Satelit Inderaja Indonesia
Gambar III-3. Kemungkinan Solusi Jenis Sistem Satelit Inderaja Sumber: modifikasi dari Sumitomo Corp.
Ringkasan uraian kegiatan dari sasaran strategis 1 terdiri dari Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama IKU, Target, ProgramKegiatan, Capaian Kinerja Output, dan
Bukti Pendukung dirinci pada tabel berikut:
Tabel III-3. Ringkasan Uraian Kegiatan Sasaran Strategis 1.1
Sasaran Strategis 1:
Dimanfaatkannya rekomendasi penerapan teknologi bidang sumberdaya alam oleh mitra
Indikator Kinerja Utama IKU: Jumlah rekomendasi teknologi sistem satelit penginderaan jauh nasional Indonesia
Penjelasan IKU : 1 rekomendasi sistem satelit penginderaan jauh nasional
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-8
ProgramKegiatan Capaian Kinerja Output
Bukti Pendukung
PPT PPT Inventarisasi
Sumberdaya Alam 2014
• 1 Rekomendasi Sistem Satelit Penginderaan Jauh Nasional
1 Dokumen Rekomendasi sistem
satelit Inderaja Nasional Indonesia
2 Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2014
Pengukuran tingkat capaian kinerja indikator sasaran strategis 2.2 tahun ini dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator sasaran strategis yang
telah ditetapkan dengan realisasinya. Hasil pengukuran kinerja indikator sasaran strategis tersebut diuraikan sebagai
berikut: Prosentase Capaian Kinerja =
Realisasi x 100
Target
Prosentase Capaian Kinerja = 1 rekomendasi
x 100 1 rekomendasi
Indikator Kinerja Target Reali
sasi ProgramKegiatan
Mitra
Jumlah Rekomendasi Pengembangan dan
Pemanfaatan Satelit Observasi Kebumian
Indonesia INASAT 1
1 100 Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
Inventarisasi Sumberdaya Alam
LAPAN, BIG, SWASTA,
MAPIN
3 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya
Perbandingan realisasi kinerja tahun 2014 dengan tahun lalu dan beberapa tahun sebelumnya dijelaskan dalam gambar di bawah ini. Perbandingan dilakukan terhadap
realisasi kinerja tahun 2012 dan 2013 sebagaimana diperlihatkan pada diagram perbandingan. Pada Tahun 2012 realisasi kinerja yang diperoleh berupa Prototipe
dengan TRL 2. Selanjutnya tahun 2013 diperoleh prototipe dengan TRL 3. Selanjunya
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-9
pada tahun 2014 diperoleh Prototipe dengan TRL 4 yang merupakan satu rangkaian proses sejak tahun 2012 hingga tahun 2013.
4 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Target Jangka Menengah
Realisasi kinerja hingga tahun 2014 berupa dokumen rekomendasi sistem satelit Inderaja nasional. Terkait dengan RPJM 2010-2014, realisasi ini sudah sesuai dan
mendukung target tersebut. Dokumen rekomendasi ini siap digunakan sebagai acuan untuk memasuki tahap selanjutnya berupa realisasi sistem satelit dalam RPJMN 2015-
2019
5 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2014 dengan Standard Nasional Tidak ada
6 Analisis Penyebab KeberhasilanKegagalan
Keberhasilan dalam pencapaian target berupa satu dokumen rekomendasi kebutuhan sistem satelit Inderaja Nasional Indonesia ini tidak terlepas dari kerja keras
secara bersama-sama seluruh sumber daya manusia yang terkait dalam kegiatan ini.Selain itu, koordinasi yang baik antar instansi dan lembaga sangat berperan dalam
kesuksesan ini.
Pemotongan dan penghematan anggaran pada tahun 2014 sempat mengganggu kegiatan ini secara signifikan, sehingga ada beberapa bagian yang belum detil dan
dirasakan masih kurang, utamanya pada aspek kelembagaan yang mencakup rancangan proses bisnis pengelolaan sistem satelit Inderaja nasional.
7 Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
• Efisiensi Penggunaan SDM: Penggunaan SDM yang relative efisien dan cenderung
masih kuranguntuk tenaga ahli yang kompeten dalam bidang satelit dan elektronika. •
Efisiensi Penggunaan Keuangan: Penggunaan anggaran yang sangat efisien karena adanya efisiensi anggaran yang cukup besar, bahkan cenderung kurang untuk
memenuhi target yang diinginkan. •
Efisiensi Penggunaan Mesin dan Peralatan : Penggunaan peralatan yang efisien dari peralatan yang ada, karena memang jumlah peralatan yang masih memadai.
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-10
Gambar III-4. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun Ini dengan Tahun Lalu dan Beberapa Tahun Sebelumnya
Technology Needs Assessment TNA
tentang sistem satelit Inderaja
NasionalTechnical Mitra :LAPAN,
BIG, Swasta, dan MAPIN
Dokumen Rekomendasi sistem satelit inderaja
nasional.Dokumen ini berisi kebutuhan pengguna,
ketersediaan Teknologi dan kelembagaan.
Mitra :LAPAN, BIG, swasta, MAPIN
Target Akhir:
Rekomendasi Sistem Satelit
Penginderaan Jauh Nasional
Indonesia
2010 2011
2014 2013
2012
LAKIP 2014 TPSA BPPT III-11
8 Analisis programkegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
Beberapa analisis programkegiatan yang menunjang keberhasilan dan kegagalan pencapaian kinerja sasaran strategis dijelaskan dalam diagram berikut :
\ Gambar III-5. Analisis ProgramKegiatan yang Menunjang Keberhasilan ataupun
Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja Indikator Sasaran Strategis 2
3.1.2. Sasaran Strategis 2 : Diterapkannya teknologi SD Alam, SD mineral dan