Dari hasil analisis hubungan berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun menggunakan
Uji Fisher’s di dapat p value 1,000 lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan
antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
Dari hasil analisis hubungan status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun menggunakan
Uji Fisher’s di dapat p value 0,002 kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara
status ASI Eksklusif dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
Dari hasil analisis hubungan status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun menggunakan
Uji Fisher’s di dapat p value 1,000 lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan signifikan
antara status Imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
4.3.3 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia 0-5 Tahun
Hasil analisis bivariat hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini.
Tabel 4.10Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia 0-5 Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
No Kebiasaan Merokok
Anggota Keluarga Kejadian ISPA pada Balita
p Rasio
Preva
lensi
Ya Tidak
Total n
n 1
Kebiasaan merokok a.Tidak beresiko
b.Beresiko 3
27 37,5
84,4 5
5 62,5
15,6 8
32 100
100 0,015
2,27 Total
30 75,0
10 25,0
40 100
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil analisis hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun menggunakan
Uji Fisher’s di dapat p value 0,015 kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
4.3.4 Hubungan Membuka Jendela Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia 0-5 Tahun Di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
Hasil analisis bivariat hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.11Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian ISPA pada Anak Usia 0-5 Tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
No Membuka Jendela
Kejadian ISPA pada Balita p
Rasio Preva
lensi
Ya Tidak
Total n
n 1
Membuka jendela a.Baik
b.Kurang baik 4
26 44,4
83,9 5
5 55,6
16,1 9
31 100
100 0,029
1,88 Total
30 75,0
10 25,0
40 100
Dari hasil analisis hubungan membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun menggunakan
Uji Fisher’s di dapat p value 0,029 kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada hubungan signifikan antara
membuka jendela dengan kejadian ISPA pada anak usia 0-5 tahun di Desa Suka Sipilihen Kecamatan Tiga Panah.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia 0-5 Tahun Di Desa Suka Sipilihen
Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 anak di Desa suka Sipilhen, anak yang terkena ISPA sebanyak 30 anak 75 dan yang tidak ISPA
sebanyak 10 anak 25. Dalam pengertian bahwa ISPA dapat dikenali dengan adanya gejala seperti batuk, pilek, disertai demam ataupun tidak yang berlangsung
sampai beberapa jam sampai beberapa hari WHO, 2007
Menurut data
Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 menunjukkan
bahwa
persentasi kasus ISPA yang ditemukan dan ditangani sebesar terdapat 15,36. Jika dibandingkan dengan kejadian ISPA di daerah Suka Sipilihen
dengan jumlah anak yang terkena ISPA sebulan terakhir, yaitu 30 anak dengan persentasi 75, maka angka ini cukup tinggi. Tingginya kejadian ISPA
kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan rumah yang kurang baik, kebiasaan merokok anggota keluarga, dan jarangnya warga membuka jendela
rumah . ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan
faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya penyakit. Secara umum ada 3 faktor risiko ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor
individu, serta faktor perilaku. Faktor lingkungan yang dimaksud meliputi:
58
Universitas Sumatera Utara