BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kejadian ISPA Pada Anak Usia 0-5 Tahun Di Desa Suka Sipilihen
Kecamatan Tiga Panah Tahun 2016
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 anak di Desa suka Sipilhen, anak yang terkena ISPA sebanyak 30 anak 75 dan yang tidak ISPA
sebanyak 10 anak 25. Dalam pengertian bahwa ISPA dapat dikenali dengan adanya gejala seperti batuk, pilek, disertai demam ataupun tidak yang berlangsung
sampai beberapa jam sampai beberapa hari WHO, 2007
Menurut data
Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 menunjukkan
bahwa
persentasi kasus ISPA yang ditemukan dan ditangani sebesar terdapat 15,36. Jika dibandingkan dengan kejadian ISPA di daerah Suka Sipilihen
dengan jumlah anak yang terkena ISPA sebulan terakhir, yaitu 30 anak dengan persentasi 75, maka angka ini cukup tinggi. Tingginya kejadian ISPA
kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan rumah yang kurang baik, kebiasaan merokok anggota keluarga, dan jarangnya warga membuka jendela
rumah . ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan
faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya penyakit. Secara umum ada 3 faktor risiko ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor
individu, serta faktor perilaku. Faktor lingkungan yang dimaksud meliputi:
58
Universitas Sumatera Utara
pencemaran udara dalam rumah asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi, ventilasi rumah dan kepadatan hunian.
Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan
penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif keluargamasyarakat dalam menangani penyakit ISPA Maryunani, 2010
5.2 Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada