Peran Wanita Jepang Sebelum Restorasi Meiji

43

BAB III PENGARUH WESTERNISASI TERHADAP WANITA JEPANG

3.1 Peran Wanita Jepang Sebelum Restorasi Meiji

Sejak zaman Tokugawa sampai akhir Perang Dunia II sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie. Ie muncul di Jepang pada saat kaum militer yang disebut bushi berkuasa di Jepang. Ie 家 berarti „rumah‟ dalam arti biasa, dan dalam arti yang lebih abstrak „keluarga‟ dalam kaitan “garis keluarga, tradisi kelu arga”. Menurut Ariga Kizaemon, ie adalah kelompok kerjasama dalam mengelola kehidupan. Ariga tidak menyetujui apabila ie dikatakan merupakan ikatan sedarah, karena pekerjaan didalam ie pun adalah merupakan anggota keluarga ie tetapi belum tentu ada ikatan darah. Tadashi Fukutake mengatakan “kata ie seperti yang sudah kita ketahui, menunjuk pada sebuah konsep yang memiliki pengertian lebih daripada sebuah „keluarga‟ sebagai suatu keluarga yang terdiri dari individu-individu yang hidup saat ini. Dalam kata ie mengandung arti rumah fisik dan harta benda milik keluarga, sumber-sumber yang menjadi penerus usaha keluarga, kuburan tempat para leluhur dimakamkan, sebagai suatu kehormatan yang mengikat masa lalu dan masa sekarang serta menempati tempat tertentu dalam sistem kelas di pedesaan dan perkotaan.” Ito kanji mengatakan sebagai berikut, “dalam bahasa Jepang yang disebut dengan ie, memiliki arti berbagai macam. Salah satu artinya adalah kamar. Orang- orang yang tinggal disitu disebut dengan kazoku atau setai. Arti lainnya adalah Universitas Sumatera Utara 44 bukan kamar dan bukan orang-orang yang tinggal disitu. Tetapi adalah sistem pelanjutan keturunan yang melampaui beberapa generasi.” Menurut Suzuki, “Ie dilihat dari isinya dapat dibagi tiga. Pertama artinya sebagai sebuah bangunan rumah, kedua artinya adalah orang-orang yang hidup dirumah tersebut contohnya shitsukeno utsukushi ie atau berarti keluarga yang terajar. Atau menunjuk pada cara hidup. Kemudian satu lagi adalah menunjukkan kesinambungan suatu lembaga kehidupan secara terus-menerus melampaui beberapa generasi.” Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat diketahui bahwa ie memiliki arti lebih dari sebuah keluarga. Maksudnya arti ie itu bukanlah seperti sebuah keluarga yang anggota-anggotanya terdiri dari individu-individu yang masih hidup sekarang tapi didalamnya terkandung juga rumah secara fisik, harta kekayaan, makam para leluhur dan sumber-sumber orang-orang yang akan meneruskan usaha keluarga. Semua hal ini merupakan suatu kesatuan yang mengikat antara masa lalu dan masa sekarang. Jadi di dalam ie terdapat ikatan atau kesinambungan antara para leluhur dengan individu-individu yang masih hidup saat ini. Menurut ito, ie adalah sebuah bentuk keluarga yang mempunyai sistem tersendiri yang berurat akar pada masyarakat Jepang. Oleh karena itu ie mempunyai hubungan yang dalam dengan sistem nilai dan struktur masyarakat Jepang. Dan juga merupakan sistem masyarakat dalam kesejarahan Jepang sendiri. Ie jug a disebut sebagai „religious society‟ karena dalam rangka mempertahankan keterikatan antara leluhur dengan keturunannya, maka tugas utama dari keturunannya yang masih hidup atau kepala keluarga adalah untuk Universitas Sumatera Utara 45 menghormati para leluhurnya dengan cara mengadakan upacara-upacara yang dipercaya dapat menjamin kesejahteraan para leluhurnya dalam kehidupan kemudian setelah meninggal. Selain itu kepala keluarga juga harus dapat menjamin keturunannya yang lain agar mengikuti jejaknya. Sementara itu tugas anggota ie yang lainnya adalah untuk menghindari semua perilaku yang dapat mempermalukan seluruh ie. Oleh karena itu setiap anggota ie dilatih untuk memikirkan terlebih dahulu semua tindakannya, mempertahankan dan mengangkat nama martabat ie. Semua anggota ie dilatih untuk taat pada aturan- aturan tersebut sebagai penghormatan kepada para leluhur yang telah menciptakannya. Dalam satu ie terdapat lebih dari satu generasi. Kesinambungan ie digambarkan dengan adanya garis kematian, kehidupan dan garis kelahiran. Pada garis kematian, ie terdiri dari individu-individu yang sudah meninggal atau para leluhur yang disebut dengan 先祖 senzo dan 仏 hotoke. Kemudian diikuti oleh individu-individu yang masih hidup yang terdiri dari: - 隠 居 inkyo : mantan kepala keluargakepala keluarga yang sudah pensiun. - 戸 主 koshu : yang sekarang menduduki jabatan kepala keluarga dan merupakan kedudukan tertinggi. - 者 koukeisha : yang akan menggantikanpewaris. Biasanya koukeisha mendapatkan perlakuan yang istimewa karena kedudukannya. Koukeisha ini biasanya adalah anak laki-laki tertua. Pada saat sudah memasuki usia menikah maka ia akan menerima istri dari ie lain yang Universitas Sumatera Utara 46 disebut dengan 嫁 yome. Kemudian pasangan baru ini akan menyiapkan anak sebagai generasi selanjutnya untuk dijadikan penerus. Anak laki-laki lain biasanya akan membentuk ie baru yang disebut dengan keluarga cabang 分家 bunke. Jika dalam keadaan tertentu tidak ada anak laki-laki yang dapat dijadikan sebagai penerus, maka orang tua dapat mengadopsi seorang laki-laki untuk dinikahkan dengan anak perempuannya. Hal ini dilakukan agar ada orang yang dapat dijadikan sebagai kepala keluarga. Menantu kepala keluarga yang merupakan hasil adopsi ini disebut 養 子 youshi. Sementara itu anak perempuan anak kedua yang sudah menikah akan keluar dari ie asalnya dan masuk kedalam ie suaminya. Ie yang merupakan sistem keluarga yang lahir pada zaman feodal ini memperlihatkan adanya hubungan ketidaksetaraan pada hak dan kewajiban di dalamnya. Ie adalah keluarga luas, di dalamnya ada satu atau lebih pasangan perkawinan. Sebagai kepala keluarga ie dilanjutkan dari generasi orang tua kepada generasi anak. Di dalam ie pelanjutan garis keluarga bersifat monolateral. Harta dan simbol-simbol ie tidak dibagi-bagikan kepada seluruh anaknya melainkan pengelolaannya diteruskan oleh generasi penerus. Ciri khas ie lainnya adalah kekuasaan kepala keluarga yang dilanjutkan oleh anak laki-laki. Yang menjadi penggantipewaris dalam ie biasanya adalah anak laki-laki tertua. Ia akan mendapat perlakuan yang istimewa karena kedudukannya sebagai kepala keluarga. pada waktu melanjutkan ie, tidak ada pembagian warisan. Hal ini berbeda dengan sistem kazoku atau keluarga pada umumnya. Hal yang terpenting dalam sistem ie adalah kesinambungan keluarga. Objek dari kesinambungan Universitas Sumatera Utara 47 tersebut adalah hubungan darah, yaitu hubungan orang tua dengan anak, hubungan abang adik, hubungan tempat tinggal rumah dan pekarangan, hubungan ekonomin produksi, konsumsi, usaha dan harta. Dalam sistem ie, pembagian warisan kepada anak kedua dan ketiga sesuai dengan cinta orang tua terhadap anak-anaknya tidak dilakukan karena kelanjutan ie lebih penting daripada kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya. Semua penjelasan memperlihatkan pentingnya ie sebagai suatu kesatuan. Ie mendapat prioritas diatas semua anggota-anggotanya secara individu sehingga demi kebaikan bersama, maka seorang individu dapat dikorbankan. Ie merupakan produk dari feodalisme yang berkembang di Jepang pada masa pemerintahan Tokugawa sampai akhir Perang Dunia II. Pada saat itu ie merupakan sistem yg sangat penting dan dijunjung tinggi, sebagai pilar utama harmonisasi Jepang. Konsep ie mengikuti cita-cita samurai dan bahkan mendapat pengakuan secara hukum dalam kode hukum sipil di masa Meiji. Pada awalnya sistem ie ini hanya berlaku dikalangan keluarga samurai saja, namun kemudian dalam perkembangannya menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Sejalan dengan itu struktur masyarakat Jepang disusun dengan mendapat pengaruh dari ajaran Konfusius yang berasal dari China dan masuk ke Jepang pada masa pemerintahan Tokugawa. Dalam abad ke-5 dibuka hubungan resmi antara Jepang dengan dinasti-dinasti di Tiongkok Selatan zaman 3 kerajaan dan 6 dinasti. Kebudayaan dari Cina Selatan masuk ke Jepang secara langsung. Kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, barang-barang luks, menenun dan juga agama Buddha. Dari berbagai pengaruh itu agaknya filsafat Konfusianisme paling berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Ajaran Konfusius ini Universitas Sumatera Utara 48 mengajarkan tentang tata cara hubungan antar manusia dengan memperhatikan tingkat sosial yang berbeda-beda, antara lain hubungan pria dengan wanita atau suami dengan istri. Konfusianisme adalah filsafat atau ajaran dari seorang pujangga yang bernama Kung-Tse atau Konfusius yang mengajarkan kaidah-kaidah moraletis dan seks hanya dipandang sebagai mekanisme untuk mempertahankan kelanjutan keluarga. Ajaran Konfusianisme memberi corak masyarakat patriakhal di Cina yang memandang peranan wanita lebih penting untuk melahirkan anak dan melanjutkan keturunan dari pada sebagai kawan hidup. Untuk menyembah para leluhur orang harus mempunyai anak lakilaki, dan menurut ajaran itu bila tidak mempunyai anak laki-laki maka hal itu ialah salah satu perbuatan pu-hsiao = tidak berbakti Nio Joe Han 1952:46. Dengan demikian menurut ajaran Konfusius, bahwa wanita itu adalah lemah, tidak berdaya, dan hanya sekedar penerus keturunan. Menurut ajaran Konfusius wanita dalam kehidupannya terikat kepada 3 kepatuhan, yaitu: 1. Wanita patuh kepada ayahnya pada waktu kecil. 2. Wanita patuh kepada suaminya ketika sudah menikah. 3. Wanita patuh kepada anak laki-lakinya ketika sudah tua. Dari sini dapat kita lihat bahwa wanita sejak kecil telah diajarkan untuk patuh kepada laki-laki yaitu kepada ayah, suami kemudian anak laki-laki. Keadaan ini menggambarkan kedudukan pria yang lebih tinggi daripada wanita. Universitas Sumatera Utara 49 Kehidupan wanita harus tunduk pada sistem patrilineal dan ideologi patriarki yang didukung oleh pemerintah sebagai bagian dari usaha pengendalian sosial. Sistem ie hanya dapat ditemukan di Jepang sehingga merupakan ciri khas dari masyarakat Jepang, namun demikian tidak dapat dipungkiri adanya pengaruh Konfusius yang masuk ke dalam sistem ie ini. Hal ini dapat dilihat dari struktur keluarga dalam sistem ie yang didasarkan pada garis keturunan ayahpatriarkat. Oleh karena itu pria dalam sistem ie memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada wanita pria superior sedangkan wanita inferior. Memang hal inilah yang menjadi penekanan dalam sistem ie. Pria menjadi unit dasar tidak hanya dalam keluarga tetapi juga dalam masyarakat. Yang dimasud pria menjadi dasar adalah: 1. Sebagai anak laki-laki tertua biasanya ia akan menjadi penerus nama keluarga dan menggantikan kedudukan kepala keluarga. Secara otomatis pula ia akan menjadi pemilik dari kekayaan keluarga dan menjadi penerus usaha keluarga. 2. Apabila ia telah menikah maka ia memiliki kedudukan sebagai ayah dan kepala keluarga. Sebaga kepala keluarga ia memiliki kekuasaan besar. Pertama, ia mempunyai kekuasaan untuk memberikan keputusan tentang semua hal yang berkaitan dengan milik keluarga seperti masalah kekayaan keluarga, usaha dan pengelolaannya. Bahkan dalam masalah perkawinan pun kepala keluarga turut campur tangan. Persetujuan perkawinan dari kepala keluarga menjadi hal yang paling penting. Kedua, ia merupakan pribadi terpenting dalam hal upacara keagamaan dan adat Universitas Sumatera Utara 50 keluarga yang harus dilaksanakan untuk menghormati leluhurnya. Dan yang terakhir ia sebagai kepala keluarga mengawasi semua usaha anggotanya dan membagi tugas kepada tiap anggotanya. Dengan kata lain, kepala keluarga bertugas mengurusi segala keperluan ie dan bertanggung jawab kepada semua anggota yang berada di bawahnya. 3. Sementara sebagai anak laki-laki yang lebih muda adik laki-laki kedudukannya lebih mudah. Karena setelah menikah ia akan membentuk keluarga baru 分 家 bunke yang terlepas dari keluarga utama 本 家 honke. Dengan terlepas dari keluarga utama maka ia mungkin akan mendapat bagian dari kekayaan keluarga tetapi dalam jumlah yang lebih kecil. Sementara itu peran wanita saat masih kecil adalah patuh kepada orang tua nya terutama ayah. Dan ketika sudah mencapai usia perkawinan, ia akan dinikahkan dengan cara perjodohan 見合い結婚 miai kekkon yang telah diatur oleh ayahnya. Dalam miai kekkon ini wanita tidak memiliki hak untuk menolak pilihan orang tuanya meskipun ia merasa tidak cocok. Pernikahan diatur sesuai kebutuhan keluarga, bukan berdasarkan ketertarikan pria dan wanita. Para orang tua menganggap cinta akan tumbuh dengan sendirinya kemudian saat mereka suami dan istri menjalani kehidupan pernikahan. Miai kekkon seperti ini kebanyakan dilalukan oleh golongan samurai dan kaum bangsawan daimyo untuk memperkuat kekuasaannya. Di luar kelas Samurai, seperti para petani di desa-desa yang pada zaman sebelumnya terdapat suatu cara yang sudah menjadi perantara bagi kelompok-kelompok pria dan wanita untuk saling bertemu. Jika pasangan tersebut dianggap cocok oleh teman-temannya, maka para pemimpin Universitas Sumatera Utara 51 dari kaum pria akan mendatangi orang tua wanita dan pria yang bersangkutan akan meminta persetujuan. Jika orang tua wanita tidak memberi persetujuan maka mereka pihak keluarga pria dapat berbuat segala macam tindakan, sepeti tidak mau membantu mereka pada musim panen atau memperbaiki rumahnya sampai orang tua wanita mengalah. Wanita bila telah menikah maka secara otomatis dia akan masuk melebur ke dalam ie suaminya dan kehilangan ie asalnya. Pernikahan ini pada umumnya tidak akan didaftarkan sampai sang menantu istri memberikan keturunan. Karena dalam sistem ie anak dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan nama keluarga. Oleh karena itu tugas wanita untuk sedikitnya memberikan satu orang anak lelaki. Sebagai menantu, wanita diharuskan untuk menghormati dan melayani mertuanya lebih dari orang tuanya sendiri. Bahkan mertuanya mempunyai hak untuk menceraikan menantunya tanpa izin dari suaminya hanya karena dianggap tidak dapat beradaptasi dengan ie barunya. Sebagai seorang istri, wanita pun diharuskan mengikuti ajaran Konfusius. Peran wanita sebagai seorang istri sangat dibatasi, dalam arti wanita tidak boleh bekerja di luar rumah dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Perannya hanya berkisar pada melayani suami dan mengurus anaknya. Wanita bertujuan untuk mendukung peranan suami sebagai pencari nafkah dan bukan untuk menunjukkan eksistensi wanita. Selain itu wanita dapat diceraikan oleh suaminya karena 7 alasan, yaitu: 1. Karena tidak patuh pada orang tua suami mertua. 2. Karena tidak dapat memberikan keturunan. Universitas Sumatera Utara 52 3. Karena berselingkuh. 4. Karena terlalu cemburu. 5. Karena mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 6. Karena terlalu cerewet. 7. Karena mencuri. Dalam kehidupan sosial pun, wanita harus mengikuti pola pikir yang melekat pada masyarakat Jepang di era ini. Misalnya, terdapat beberapa aturan tidak tertulis yang harus diikuti oleh wanita sesuai bertambahnya usia, seperti dalam hal bersikap, pakaian, tata rambut dan gaya berbicara. Wanita ketika masih muda dan belum menikah dapat mengenakan pakaian dengan warna-warna yang cerah, rambut yang dibiarkan panjang dan terurai dan bertingkah laku dengan lebih spontan. Tetapi sesuai dengan bertambahnya usia, wanita diharapkan menjadi lebih sopan baik dalam hal cara berpakaian, tingkah laku dan gaya berbicara. Pendidikan wanita sebelum Restorasi Meiji tepatnya di zaman Edo digalakkan oleh pemerintah dengan berpedoman pada ajaran Konfusius. Pemerintah menganggap keikutsertaan wanita dalam programnya untuk memajukan negara sangat penting. Karena wanita bertanggung jawab dalam hal mendidik anak-anak di keluarganya. Untuk itu wanita harus memiliki pengetahuan yang baik agar dapat membantu kepala keluarga di dalam ie. Berdasarkan hal ini maka pemerintah menjadikan ajaran Konfusius sebagai dasar dan tujuan utama dari sistem pendidikan wanita yaitu membentuk wanita sebagai Ryousaikenbo 良 妻 賢 母 . Ryousaikenbo adalah sebuah istilah untuk wanita Universitas Sumatera Utara 53 Jepang yang diharapkan menjadi istri yang baik dan ibu yang bijaksana. Dengan kata lain, Ryousaikenbo merupakan sebutan bagi wanita Jepang yang mampu mengurus, menjaga dan merawat keluarga, anak serta suami mereka dengan baik. Menurut Sachiyo Haruhara dalam bukunya Kyoiku no Genri to Seido: “ Seandainya antara menantu wanita dengan mertua hubungannya tidak baik ini dikatakan karena persiapan untuk menjadi istri kurang. Jika wanita itu meminta cerai dengan alasan suami sakit ataupun jatuh miskin maka ini dikatakan wanitaistri tersebut tidak bermoral. Kodrat wanita adalah untuk membantu suami, kemudian membesarkanmendidik anak terutama anak wanita agar kelak dapat menjadi istri yang baik”. Untuk menunjang program tersebut maka pendidikan yang diberikan bagi wanita pada tingkat Sekolah Dasar adalah kemampuan dan pengetahuan yang berhubungan dengan urusan rumah tangga. Mata pelajaran yang diberikan untuk wanita adalah membaca, menulis, memasak dan menjahit. Sementara itu pada tingkat Sekolah Menengah Atas mata pelajaran penting yang diberikan hanya yang berhubungan dengan perawatan anak dan rumah tangga atau lebih kepada pelatihan wanita untuk menjadi Ryousaikenbo. Dari sistem pendidikan yang demikian maka dapat diketahui bahwa inti dari ajaran Konfusius adalah untuk menekankan bahwa sudah menjadi tugas dan jalan hidup wanita untuk menikah. Dan setelah menikah wanita diharapkan untuk dapat menjadi ibu yang bertanggung jawab dalam rumah tangga, melayani suami, melahirkan dan mengurus anak. Sebagai seorang ibu, wanita bertugas mendidik anak-anaknya dengan penuh cinta kasih, misalnya tentang adat istiadat, tata susila, Universitas Sumatera Utara 54 kerohanian, gerak badan dan lain-lain. Ibu selalu berusaha meresapkan ke dalam hati sanubari anak-anaknya tentang bushido. Bushido adalah jiwasemangat cinta tanah air dan bangsa yang penuh dengan pengorbanan, kejujuran, keberanian, kesopanan, kesungguhan, kehormatan kesetiaan Sayidiman Suryohadiprojo 1982: 49. Itulah sebabnya keluhuran budi dan keyakinan serta ketulusan ibu menjadi syarat yang sangat penting untuk menyelenggarakan pendidikan dalam keluarga sehingga anak-anak menjadi orang yang memiliki semangat dan jiwa bushido yang tangguh Chie Nakane 1981:35. Wanita tidak diajarkan untuk mandiri. Sebaliknya, ia harus bergantung pada laki-laki suaminya. Kegiatan sosialisasi di luar rumah dibatasi karena telah menjadi tugas dari pria sebagai suami dan kepala rumah tangga untuk bekerja di luar rumah. Semua kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh wanita bertujuan untuk mendukung peranan suami sebagai pencari nafkah dan bukan untuk menunjukkan eksistensi wanita.

3.2 Peran Wanita Jepang Setelah Restorasi Meiji