73
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
- Restorasi Meiji merupakan peristiwa yang menandai runtuhnya sistem
feodal pemerintahan Tokugawa dan menempatkan kembali Tenno Kaisar sebagai penguasa tertinggi pemerintahan. Jepang yang
sebelumnya menerapkan politik Pintu Tertutup yang disebut dengan Sakoku, mulai memberlakukan politik Pintu Terbuka yang disebut dengan
Kaikoku. Dengan demikian dimulailah modernisasi Jepang secara besar- besaran. Salah satu pengaruh Restorasi Meiji adalah sikap pemujaan
terhadap Barat yang berlebihan, yang disebut dengan westernisasi. Jepang menyadari bahwa untuk mempertahankan diri dan untuk mengimbangi
negara-negara Barat hanya ada satu jalan yaitu dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi mereka. Westernisasi terjadi di segala bidang
yaitu pemerintahan, militer, ekonomi, teknologi, hukum dan pendidikan. Westernisasi telah banyak merubah pola pikir orang Jepang termasuk
merubah pola pikir wanita Jepang, untuk memiliki kehidupan yang sederajat dengan kaum pria.
- Sebelum Restorasi Meiji tahun 1867 wanita Jepang dirumah dididik
berdasarkan sistem ie yang menetapkan bahwa wanita harus tunduk dan patuh kepada pria. Sejak kecil wanita diajarkan untuk patuh kepada ayah,
saat sudah menikah patuh kepada suami dan saat sudah tua patuh kepada anak laki-lakinya. Ketika sudah mencapai usia pernikahan, wanita akan
Universitas Sumatera Utara
74
dinikahkan dengan cara dijodohkan karena pernikahan diatur sesuai kebutuhan keluarga dengan anggapan bahwa cinta akan tumbuh dengan
sendirinya saat suami istri menjalani kehidupan pernikahan. Disamping itu pendidikan formal yang diterima oleh wanita juga menekankan pada
ajaran Konfusius yang bertujuan untuk menjadikan wanita sebagai Ryousaikenbo istri yang baik dan ibu yang bijaksana. Peran wanita
sebagai seorang istri sangat dibatasi, dalam arti wanita tidak boleh bekerja di luar rumah dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Perannya
hanya berkisar pada melayani suami dan mengurus anak.
- Diumumkannya Undang-Undang Meiji pada tahun 1889 dan Hukum
Perdata pada tahun 1898 membuat kepatuhan wanita kepada kepala rumah tangga, dan lelaki secara umum, diberi justifikasi secara legal. Ditekankan
tentang pemikiran Dansonjohi yang berarti pria memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada wanita sehingga akibatnya manjadi hal yang
dianggap wajar dan bernilai tinggi apabila wanita mengabdi dengan setia kepada kepala rumah tangganya seumur hidup. Sistem keluarga ie semakin
berkembang kuat di masa ini begitu juga dengan pendidikan wanita sebagai Ryousaikenbo. Di zaman Meiji sistem ie dibuat menjadi ideologi
negara. Negara adalah satu keluarga dengan Kaisar yang bertindak sebagai kepala keluarga. Wanita bertanggungjawab untuk memastikan bahwa
anak-anak mereka memiliki pendidikan yang baik agar mencetak sumber daya manusia yang berkualitas bagi Jepang dan juga dinilai memiliki
kontribusi besar terhadap pertumbuhan industrialisasi Jepang yang luar biasa.
Universitas Sumatera Utara
75
- Dengan masuknya Amerika Serikat ke Jepang sebagai akibat dari
kekalahan Jepang pada Perang Dunia II telah menimbulkan perubahan pada kedudukan dan peran wanita Jepang. Sistem keluarga ie pun berakhir
secara formal dan Kaisar mendeklarasikan dirinya sebagai manusia. Hal tersebut berasal dari munculnya Undang-Undang Baru di tahun 1946
日 本国憲法
nihonkokukenpou yang disusun berdasarkan pengarahan dari pihak penguasa Amerika untuk menggantikan Undang-Undang Meiji 1889
大 日 本 帝 国 憲 法 dainipponteikokukenpou yang dinilai kurang
memperhatikan hak-hak individu. Undang-Undang baru ini dibuat berdasarkan pada paham demokrasi dan penghormatan kepada manusia
sehingga diskriminasi antara pria dan wanita dihapuskan. Wanita sudah dapat menerima pendidikan umum di sekolah dan universitas-universitas.
Meningkatnya pendidikan bagi wanita membuat kaum wanita Jepang sudah dapat bekerja diluar rumah di berbagai bidang pekerjaan dan
perusahaan. Wanita yang telah menikah juga dapat bekerja paruh waktu untuk membantu keuangan keluarga atau sekedar untuk dapat menikmati
kebebasannya dari rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Perkembangan ekonomi dan kemajuan teknologi juga telah memudahkan pekerjaan
rumah tangga. Jumlah kaum istri yang tidak pernah mengalami hidup di bawah bimbingan ibu suami mereka karena banyak pengantin baru yang
langsung menempati rumah baru.pun semakin meningkat. Masyarakat Jepang cenderung membentuk keluarga yang lebih kecil yang terdiri dari
orang tua dan satu atau dua orang anak saja.
Universitas Sumatera Utara
76
4.2 Saran