Westernisasi Setelah Perang Dunia II

36 di Cina, tetapi bahkan di negara jajahan Eropa colonies seperti India dan Indonesia, mencerminkan pengembangan zaman Meiji.

2.3 Westernisasi Setelah Perang Dunia II

Pada tahun 1868, Meiji Tenno sebagai pemerintah baru mengutarakan janji 五箇条 誓文 gokajou no seimon. Tenno meningkatkan kehidupan ekonomi dan politik, dengan cara mencari ilmu dari seluruh dunia. Jepang mendukung dan mengadapsi segala hal dari Barat. Jepang terlahir kembali dengan Amerika sebagai ibu baru dan Prancis sebagai ayah. Sikap ini semakin berkembang pada zaman Taisho. Suryohadiprojo 1982:26-31 mengatakan dalam proses awal modernisasi di Jepang, ada beberapa hal yang fundamental dilakukan oleh pemerintahan Meiji, yaitu : 1. Penghapusan gologan samurai dan tembok pemisahan antara golongan petani, tukang, serta pedagang. 2. Diadakannya pendidikan wajib dan bebas bagi seluruh rakyat selama 4 tahun dan dibukanya berbagai macam tingkat sekolah, hingga pada tingkat universitas. 3. Sikap Jepang untuk lebih berorientasi kepada kekuatan sendiri dari pada berdasarkan pada bantuan luar negeri. 4. Diadakannya sistem wajib militer melalui UU pada tahun 1872. 5. Perubahan sistem perpajakan. Universitas Sumatera Utara 37 Dari lima tindakan fundamental yang dilakukan pemerintahan Meiji, telah terbukti hasilnya berupa perang Jepang – Rusia pada tahun 1904 – 1905. Jepang berhasil memenangkan perang. Kemenangan Jepang membuktikan bahwa Jepang dapat mengimbangi bangsa Eropa dan memperkuat kepercayaan diri bangsa Jepang. Pada perkembangan selanjutnya, Jepang mengalami kemajuan pada fase Perang Dunia I. Dalam Perang Dunia I negara-negara Eropa tidak mampu memproduksi barang-barang untuk daerah jajahan di Asia, karena negara-negara tersebut terlibat perang. Sejak saat itu Jepang memperoleh daerah pemasaran hasil industrinya di wilayah Asia. Ditambah lagi karena Jepang turut serta dalam perang dengan memihak Inggris yang pada saat Perang Dunia I menjadi pihak yang menang, sehingga Jepang mendapat sebagian dari bekas jajahan Jerman. Dengan keberhasilan modernisasi yang dilakukan dari keadaan terisolasi dan jauh tertinggal dari negara luar, menjadi sebuah negara yang mengalami kemajuan pesat dalam bidang pengetahuan dan teknologi, serta dalam bidang ekonomi membuat Jepang menjadi agresif keluar. Jepang mulai melakukan ekspansinya ke China dan akhirnya turut serta melibatkan diri dalam Perang Dunia II. Serangan yang dilakukan Jepang atas Pearl Harbour merupakan awal dari keikutsertaan Jepang dalam Perang Dunia II. Jepang bersama dengan Jerman dan Italia melawan Amerika, Inggris, Rusia dan sekutunya. Jepang bersekutu dengan Jerman dan Italia karena kesamaan paham yang mereka anut yaitu, Fasisme. Selain fasisme, Jepang memiliki motivasi lain dalam melakukan invasi. Salah satunya adalah konsep Hakko Ichiu. Konsep ini pertama kali diungkapkan oleh Jimmu Tenno, salah satu Kaisar Jepang pada 600SM. Hakko Ichiu sendiri memiliki arti “8 penjuru di bawah 1”. Orang Jepang pada masa itu berasumsi Universitas Sumatera Utara 38 bahwa seluruh dunia merupakan keluarga besar dan Jepang sebagai keturunan Dewa menjadi pemimpin seluruh dunia. Asumsi bahwa kaisar sebagai perwujudan dunia nyata berasal dari shintoisme. Ajaran ini sudah mendarah daging dalam akar budaya Jepang. Oleh karena itu, ketika Jepang melakukan invasi para tentara dengan semangat tinggi rela melakukan apapun demi Kaisar yang dianggap dewa. Menggunakan Hakko ichiu sebagai pemacu semangat benar-benar efektif bagi Jepang pada masa itu. Namun hasil Perang Dunia II tidak menguntungkan bagi Jepang. Meskipun awalnya Jepang berhasil menduduki beberapa negara di kawasan Asia seperti Korea dan Indonesia, Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II. Jepang akhirnya menyadari bahwa strateginya untuk menguasai dunia melalui kekuatan militernya mengalami kegagalan dan bahkan mengalami kerugian di berbagai sektor ekonomi yang cukup parah akibat terjadinya penghancuran terhadap dua kota pusat industrinya, Nagasaki dan Hiroshima dibom atom oleh Amerika Serikat. Jepang mulai merayap untuk membangun negaranya dengan berangkat kembali dari titik nol. Bagaimana pun strategi untuk menguasai dunia dengan kekuatan militer harus diganti deng an menampilkan dirinya sebagai „economic animal‟ yang benar-benar harus bisa tampil tanpa pandang bulu dan juga harus menyingkirkan segala bentuk pertimbangan moralitas untuk mencapai tujuannya itu. Menurut Ishihara Shintaro, seorang pengarang terkenal dan pernah menjadi anggota Diet Parlemen dari LDP, unsur paling mendasar dalam proses Universitas Sumatera Utara 39 modernisasi Jepang pasca kekalahannya dari Perang Dunia II ialah dengan membentuk „mentalitas lapar‟ orang Jepang. Kita semua maklum, orang lapar bisa berbuat apa saja untuk menutupi laparnya, termasuk berbuat yang tidak bermoral. Bangsa Jepang, memang menempatkan dirinya ibarat permukaan cermin yang luas, yang menerima dan memantulkan cahaya dari peradaban bangsa- bangsa lain di dunia. Para ahli tehnik, industri otomotif dan elektronika, budayawan dan cendikiawan, selalu haus agar cermin itu dapat menerima bayangan kemajuan dari negara lain untuk kemudian diadopsi, direkayasa sehingga akhirnya menjadi produk baru yang lebih canggih dari aslinya dan itu merupakan karya bangsa Jepang yang kemudian dilempar ke pasaran dunia. Program pendidikan merupakan aset utama dalam program pembangunan nasional Jepang. Anggaran belanja negara, banyak tersedot dalam program ini dan pada awalnya terutama untuk proyek-proyek penerjemahan serta riset dan penelitian, khususnya di bidang teknologi dan industri. Seperti halnya yang dilakukan oleh Taiwan yang kini termasuk “Macan Asia” sebagai salah satu negara industri baru di kawasan Timur, Jepang mendidik para penerjemah antara lain dengan mengirim mereka keluar negeri di mana setelah memperoleh pengetahuan bahasa yang cukup mereka harus segera kembali dan mulai melaksanakan tugas menerjemahkan buku apa saja dari luar, khususnya dari negara-negara Barat yang dianggap sudah lebih maju, ke dalam bahasa Jepang. Dengan cara demikian rakyat Jepang, terutama para pelajar dan mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi, tak harus membuang waktu dengan bersusah payah belajar bahasa asing. Mereka dapat mempelajari dan mengadopsi ilmu-ilmu Universitas Sumatera Utara 40 terapan dari Barat dengan lebih mudah melalui literature yang sudah tertulis dalam bahasa Jepang. Pada tahun 1947, Jepang memberlakukan Konstitusi Jepang yang baru. Berdasarkan konstitusi baru, Jepang ditetapkan sebagai negara yang menganut paham pasifisme dan mengutamakan praktik demokrasi liberal. Pendudukan AS terhadap Jepang secara resmi berakhir pada tahun 1952 dengan ditandatanganinya Perjanjian San Francisco. Walaupun demikian, pasukan AS tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan penting di Jepang, khususnya di Okinawa. Perserikatan Bangsa-Bangsa secara secara resmi menerima Jepang sebagai anggota pada tahun 1956. Setelah Perang Dunia II, di Jepang terjadi perubahan politik yang sangat signifikan, dengan munculnya beberapa partai politik. Penetrasi ideologi melalui sistem perpolitikan dijadikan sebagai jalan masuk untuk mengambil simpati rakyat yang trauma dengan sistem perpolitikan sebelumnya yang harus dibayar dengan jutaan nyawa yang harus mati di medan perang. Beberapa partai politik bermunculan, diantaranya partai sosialis, demokratis dan liberal. Pada awal masuknya Jepang menjadi Negara industiy di bagian politik terjadi kemajuan dalam kebijaksanaan partai politik. Sebelum kedua sistem politik tersebut Yoshida Shigeru menggunakan kekuatan di bawah Amerika dan ikatan perjanjian San Fransisco. Namun kebijakan tersebut mendapat tantangan dari para oposisi yang mulai melakukan pergerakan untuk kembalinya ke politik internasional sehingga berimplikasi terbentuknya partai Demokrasi Jepang tahun 1954 yang dipimpin oleh Hatiyama Ichiro. Universitas Sumatera Utara 41 Antara partai liberal dan demokrasi memiliki sedikit perbedaan, terutama permasalahan kebijaksanaan di bidang internasional, UUD keamanan Jepang Amerika. Sedangkan kesamaan dari kedua partai tersebut dapat terlihat dalam kebijakan pemerintah dan politik, yaitu : 1. Secara ekonomi menjaga kebebasan 2. Setelah perang berahir mempertahankan adat dan budaya serta kebiasaan para leluhur dengan menghargai nilai-nilai yang ada. 3. Memegang teguh perjanjian antara Jepang dan Amerika untuk membangun kembali kekuatan militer. Namun pada akhirnya partai demokrasi dan liberal menjadi satu partai. Pemulihan ekonomi sudah berjalan cukup jauh sehingga memungkinkan industrinya memasok banyak peralatan selain dari senjata. Ekonomi dunia sedang berada di periode pertumbuhan yang cepat. Jepang yang memiliki pasar dalam negeri yang berkembang pesat, pemerintah yang siap mengucurkan modal dan penduduk yang memiliki kecenderungan menabung uang yang tinggi berada pada posisi untuk meraih manfaat dari perekonomian dunia tersebut. Pada tahun 1960 laju ekonomi Jepang mencapai 13,2, laju pertumbuhan ini terus dipertahankan selama sepuluh tahun berikutnya. Selain itu Jepang juga mengusahakan bantuan melalui diplomasi luar negerinya untuk mendapat simpati ataupun dukungan dari Negara lain. Ozawa Ichiro menyatakan bahwa setelah Perang Dunia II, Jepang menetapkan lima pokok garis besar politik luar negerinya sebagai upaya menstabilkan hubungan Universitas Sumatera Utara 42 internasional yang berlangsung antar negara-negara di seluruh kawasan internasional, adapun lima pokok garis besar tersebut adalah: 1. Mempertahankan kepentingan nasionalnya, yaitu menjadikan tujuan dasar dari politik luar negeri Jepang adalah untuk kepentingan negeri Jepang sendiri. 2. Partisipasi global, artinya sebagai negara maju Jepang memiliki tanggung jawab untuk ikut serta membangun kerjasama internasional yang tidak sebatas pada permasalahan ekonomi saja tetapi juga politik. 3. Tujuan-tujuan diplomatik, yaitu menjadikan Jepang sebagai negara yang kuat dan memiliki tujuan diplomasi yang mapan dengan cara mengembangkan kemampuan strategi untuk mencapainya. 4. Aliansi Amerika Serikat-Jepang, yaitu Jepang harus kembali mempertahankan hubungannya dengan AS sebagai tonggak untuk mewujudkan keamanan dan kemampuan strategi untuk mencapainya. 5. Kawasan Asia-Pasifik, yaitu Jepang harus mengakui arti penting kawasan Asia Pasifik. Dimana hal tersebut merupakan bentu k diplomasi “pilar kembar” Jepang sebagai anggota dalam komunitas Asia-Pasifik dan juga kelompok negara-negara demokrasi maju. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

4.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia dari generasi ke generasi mengalami perubahan. Kebudayaan, peradaban, adat istiadat dan tradisi, serta nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pun berubah. Nilai-nilai dan pandangan lama yang bersifat tradisional, yang berlaku dalam masyarakat pada masa lalu, di zaman sekarang ini telah mengalami pergeseran. Adat istiadat dan tradisi yang dulu mengikat masyarakat, telah mengalami perubahan, dan pelaksanaannya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan berkembangnya paham-paham kebebasan, manusia secara individu dapat lebih bebas dalam memilih dan memutuskan sendiri kehidupannya. Masing-masing negara memiliki adat tradisi dan ciri khas tersendiri. Begitu juga dengan negara Jepang. Negara Jepang terletak di kawasan Asia Timur, berdekatan dengan negara Korea, China dan Rusia. Jepang memiliki 4 pulau besar yaitu Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu dan beribu pulau-pulau kecil yang dikelilingi oleh laut dan samudra. Pada awalnya masyarakat Jepang tidak begitu jauh berbeda dengan masyarakat di negara Asia lainnya. Yaitu memiliki budaya dan adat istiadat yang unik, beraneka ragam kepercayaan, dengan tata cara pergaulan yang berpegang teguh pada sopan santun dan tata krama. Perbedaan besar terjadi pada sekitar akhir abad ke-18, saat Jepang mulai menyadari bahwa dirinya tertinggal dari negara Barat, baik dari segi ekonomi, pemerintahan, militer, Universitas Sumatera Utara