Westernisasi Di Zaman Meiji

17

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WESTERNISASI DI JEPANG

2.1 Westernisasi Di Zaman Meiji

Selama kurang-lebih 250 tahun di bawah pemerintahan Keshogunan Tokugawa kepulauan Jepang diisolasi dari hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Politik luar negeri ini dikenal dengan nama politik Sakoku tutup negara untuk hubungan internasional. Hanya kepulauan Okinawa yang masih diperbolehkan untuk berhubungan ke luar dalam hal perdagangan. Tokugawa memberikan izin kepada Belanda untuk berdagang melalui pulau Deshima yang terletak di depan Nagasaki. Tetapi lambat-laun politik isolasi ini tidak dapat dipertahankan. Saat Amerika Serikat meningkatkan hubungan perdagannya dengan Cina, Amerika semakin merasakan perlunya pelabuhan-pelabuhan yang terletak di antara AS dan China. Dan Jepang adalah batu loncatan ke China yang baik Faktor lainnya adalah perkembangan teknologi di Barat yang menghasilkan kapal-kapal bertenaga uap yang memungkinkan meluasnya daerah operasi, sehingga Jepang yang tadinya terletak di luar alur lalu-lintas internasional, sekarang menjadi daerah lalu-lintas kapal-kapal. Keadaan ini diperkuat oleh mendesaknya kekuasaan Rusia dari Barat ke Timur yang mulai membangun kota- kota menjadi tempat perdangangan dan kegiatan ekonomi lainnya di pantai sebelah timur yang menghadap Samudera Pasifik. Di samping itu, juga karena semakin meluasnya kekuasaannya di India dan hendak meluaskannya terus ke Timur. Universitas Sumatera Utara 18 Pada tahun 1853, Komondor Perry, seorang pelaut Amerika dengan kapal uapnya mendekati wilayah pelabuhan Jepang dan menghendaki agar diizinkan untuk berdagang. Tokugawa pada mulanya tidak mau melayani kehendak Perry, tetapi daya tembak yang diperlihatkan kapal-kapal AS memaksa Jepang untuk akhirnya melayani permintaan AS. Setahun kemudian 1854, ditandatangani persetujuan yang pertama antara AS dan Jepang. Dari isi perjanjian Shimoda, 30 Maret 1854 tersebut telah meyakinkan Jepang bahwa negara-negara barat itu superior dalam hal persenjataan modern. Khususnya dalam perkapalan dan senjata api. Sehingga mau tidak mau Jepang harus memenuhi permintaan negara-negara barat tersebut. Hal ini menyebabkan suatu krisis dalam pemerintahan dimana tokoh-tokoh yang anti Tokugawa seperti Satsuma dan Choshu menganjurkan untuk mengembalikan pemerintahan ketangan Tenno Heika. Pada tahun 1867 terjadi pertemuan antara empat pemuda Satsuma yaitu Saigo Takamori, Okubo Toshimitsu, Komatsu Tatewaki dan Oyama Kakunosuke dengan empat pemuda Choshu yaitu Ito Hirobumi, Shinagawa Yaziro, Hirazawa Maomi dan Kido Koin, di Yamaguchi. Yang mempertemukan dan mempersatukan mereka adalah Sakamoto Ryoma dari Tosa di Shikoku. Dalam pertemuan ini dicapai kesepakatan untuk bersama-sama meruntuhkan kekuasaan shogun Tokugawa dan menempatkan Tenno Heika sebagai kekuasaan pemerintah, jadi tidak hanya sebagai pemimpin tertinggi agama. Dan pada tanggal 14 Desember 1867 terjadilah Restorasi Meiji yang berarti dikembalikan kekuasaan pada Tenno Heika pada waktu itu. Restorasi Meiji merupakan peristiwa yang menandai runtuhnya sistem feodal pemerintahan Tokugawa dan menempatkan kembali Tenno Kaisar Universitas Sumatera Utara 19 sebagai penguasa tertinggi pemerintahan. Jepang yang sebelumnya menerapkan politik Pintu Tertutup yang disebut dengan Sakoku, mulai memberlakukan politik Pintu Terbuka yang disebut dengan Kaikoku. Dengan demikian dimulailah modernisasi Jepang secara besar-besaran. Salah satu pengaruh Restorasi Meiji adalah sikap pemujaan terhadap Barat yang berlebihan, yang disebut dengan westernisasi. Sikap ini mulai tumbuh semenjak zaman Meiji dan semakin berkembang pada zaman Taisho. Westernisasi banyak memberi pengaruh dan memodernisasi Jepang dalam berbagai bidang kehidupan. Modernisasi menurut pakar Wilbert E Moore, adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara Barat yang stabil. Modernisasi bermula dengan proses diferensiasi struktural, yang mencakup evolusi dari struktur-struktur berfungsi ganda menjadi struktur-struktur berperanan khusus. Dalam arti formal, diferensiasi struktur dapat didefenisikan sebagai “suatu proses pembedaan suatu peranan atau organisasi sosial menjadi dua atau lebih peranan atau organisasi . . . yang secara struktural berbeda satu sama lain, tetapi secara bersama-sama fungsinya serupa den gan unit asli” Goldscheider 1985:136. Proses modernisasi ini menyebabkan munculnya berbagai perubahan keadaan sosial budaya masyarakat Jepang. Modernisasi dimulai segera setelah negara Jepang terpaksa membuka diri bagi pergaulan internasional, akibat ancaman dan tekanan dari luar, terutama dari Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis dan lain-lain. Perkembangan- Universitas Sumatera Utara 20 perkembangan yang terjadi selama masa Sakoku ternyata tidak dapat mengimbangi perkembangan-perkembangan yang telah dicapai negara-negara Barat. Mereka menyadari bahwa pemerintahan yang dijalankan Shogun Tokugawa sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Jepang sadar, untuk mempertahankan diri dan untuk mengimbangi negara- negara Barat hanya ada satu jalan yaitu dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi mereka. Jepang menganggap bahwa Eropa dan Amerika Serikat dapat menguasai Asia karena mereka lebih unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu Jepang berusaha mengejar ketertinggalan mereka dari negara Eropa. Di bawah slogan Wakon Yosai kepribadian Jepang, teknologi Barat serta slogan Shokusan Kogyo meningkatkan produktivitas dengan menggalakkan industrialisasi yang dikaitkan dengan slogan Fukoku Kyohei negara kaya, militer kuat, Jepang memacu modernisasi dengan kecepatan yang luar biasa. Secara besar-besaran mengimpor dan melaksanakan modernisasi di berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi, kebudayaan, politik, pendidikan, telekomunikasi dan kemiliteran. Yang menjadi Tenno Heika waktu itu adalah Mutsuhito yang baru berusia 15 tahun. Mutsuhito meneruskan kekuasaan ayahnya, Kaisar Komei dan menjadi Meiji Tenno. Zaman baru Meiji, yang be rarti „aturan pencerahan‟ mengakhiri 265 tahun berdirinya Keshogunan Tokugawa yang feodalistis. Reformasi pertama adalah pengumuman Lima Pasal Dekrit yang merupakan rencana politik pemerintahan baru pada tahun 1868 tahun 4 zaman Keio, sebuah pernyataan Universitas Sumatera Utara 21 umum mengenai visi dan misi pemerintahan Meiji untuk meningkatkan moralitas dan memperoleh dukungan finansial demi terbentuknya pemerintahan baru dalam bentuk sumpah kepada dewa. Isinya terdiri dari: 1. Pembentukan dewan-dewan legislatif; 2. Pelibatan semua golongan masyarakat dalam mengadakan hubungan antarnegara; 3. Penarikan kembali aturan perpajakan dan pembatasan kelas dalam pekerjaan; 4. Penggantian „tradisi setan‟ dengan „hukum alam‟; dan 5. Pengiriman utusan ke Eropa dan Amerika untuk mempelajari ilmu Barat dan memperkuat fondasi hukum pemerintahan Meiji. Di dalam lima pernyataan resmi tersebut, kaisar mengadakan tukar-menukar pendapat untuk mengembangkan pembangunan politik dan ekonomi. Dengan demikian Jepang akan meunjukkan kepada seluruh dunia bahwa mereka akan membangun negaranya dengan menuntut ilmu pengetahuan. Namun di pihak lain, dengan adanya perlawanan rakyat terhadap kebijaksanaan politik yang melarang pemberontakan dan agama Kristen, maka keadaan dianggap akan sama dengan keadaan di zaman Edo. Perlawanan yang paling sengit datang dari Toba dan Fushimi 戊 辰 戦 争 boshin sensou, masih terdapat mantan samurai di zaman bakufu yang melawan pemerintahan baru, sehingga pemberontakan tetap berlanjut selama setengah tahun di Ueno Tokyo, Aizu Fukushima-ken, Boryokaku Hakodate. Namun pergolakan tersebut akhirnya dapat diredam oleh tentara Universitas Sumatera Utara 22 pemerintahan baru yang berpusat di Satcho, sehingga penyatuan Jepang pada zaman pemerintahan beru Meiji ini dapat diselesaikan. Pemerintah Meiji memulai bermacam-macam reformasi untuk membuat struktur lembaga politik baru yang berpusat pada kaisar. Reformasi pada masa ini disebut Restorasi Meiji. Pemerintahan yang baru pada tahun 1869 Meiji II memerintahkan kepada para daimyo agar tanah wilayah han dan rakyat yang tinggal di wilayah tersebut dikembalikan dari daimyo ke kaisar. Kebijakan selanjutnya keluar pada tahun 1871 Meiji IV yang memutuskan untuk menghapus sistem han, membagi seluruh negeri menjadi sistem ken, serta dikirimkan pegawai pemerintahan langsung dari pusat, yang disebut pula haihanchiken. Dengan begitu, pajak seluruhnya dikumpulkan oleh pemerintah, dan pegawai pemerintah tinggal menerima gaji dari pemerintah. Di samping itu, pemerintah menyatakan Shiminhyodo persamaan empat strata sosial, yaitu: bangsawan feodal menjadi kazokui, kaum samurai menjadi shizoku, petani, tukang, dan pedagang menjadi heinin. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat biasa pun berhak memilik nama keluarga, pekerjaan, ataupun tempat tinggal dengan bebas. 2.2 Pembangunan Jepang Modern 2.2.1 Bidang Politik