38
Gambar 2.12. Grafik untuk mencari Q
optimum
2.8 Analisa Hidrologi
2.8.1 Curah Hujan
Curah hujan CH wilayah yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai DAS sangat diperlukan untuk mengetahui mengenai informasi tentang
pengaturan air irigasi, mengetahui neraca air dalam suatu lahan dan untuk mengetahui besarnya aliran permukaan run off.
Curah hujan di dapat melalui penakaran curah hujan yang terdapat pada setiap wilayahdaerah. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan
dapat diketahui besarnya rata-rata CH yang menunjukkan besarnya CH yang terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui variasi CH di suatu titik
pengamatan. Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daearah aliran yang bisa dilakukan Wesli, 2008, yaitu :
Sm y= a+bx
1 2
Q optimum SW
max
Q
max
Qm
3
dt
Universitas Sumatera Utara
39 1.
Metode Arithmetic Mean Metode ini adalah metode yang paling sederhana untuk menghitung hujan
rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah berada di dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.
Metode rerata aljabar memberikan hasil yang baik apabila : a.
Stasiun hujan tersebut tersebar secara merata di DAS b.
Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS Persamaan rerata aljabar
R =
n 1
R
1
+ R
2
+ ...+ R
n
2.1 di mana:
R = area rainfall mm
n = jumlah stasiun pengamat
R
1 ,
R
2
, ...
,
R
n
= point rainfall stasiun ke-i mm. 2.
Metode Thiessen Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan
yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan didaerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan
curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun. Pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
40 a.
Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau termasuk stasiun hujan diluar DAS yang berdekatan.
b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus garis terputus
sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya mempunyai sisi dengan panjang yang kira-kira sama.
c. Dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga.
d. Garis-garis berat tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap stasiun.
Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun yang berada didekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas tertutup dari
poligon. e.
Luas tiap poligon di ukur dan kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di stasiun yang berada didalam poligon.
f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagi dengan luas
daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut yang dalam bentuk matematik mempunyai bentuk berikut ini :
P =
1 1
2 2
3 3
⋯ 1
⋯
2.2 di mana:
P = curah hujan wilayah
P1,P2,..Pn = hujan di stasiun 1,2,3...n
A1,A2,...An = luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,3....n
3. Metode Isohyet
Universitas Sumatera Utara
41 Isohyet
adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di
antara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis isohyet tersebut. Pembuatan garis isohyet dilakukan dengan prosedur berikut
ini : a.
Lokasi stasiun hujan dan kedalaman hujan digambarkan pada peta daerah yang ditinjau.
b. Dari kedua nilai kedalaman hujan di stasiun yang berdampingan dibuat
interpolasi dengan pertambahan nilai yang ditetapkan. c.
Dibuat kurva yang meenghubungkan titik-titik interpolasi yang mempunyai kedalaman hujan yang sama. Ketelitian tergantung pada pembuatan garis
isohyet dan intervalnya. d.
Diukur luas daerah antara dua isohyet yang berurutan dan kemudian dikalikan dengan nilai rata-rata dari nilai kedua garis isohyet.
e. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis isohyet dibagi dengan
luas daerah yang ditinjau menghasilkan kedalaman hujan rerata daerah tersebut. Secara matematis hujan rerata tersebut dapat ditulis.
P =
⋯ ⋯
2.3 di mana:
P = curah hujan wilayah
I1,I2,...In = garis isohyet ke 1,2, dan 3
A1,A2,...An = luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet ke1,2 dan 3.
Universitas Sumatera Utara
42
2.8.2 Curah Hujan Efektif