Kondisi dan klasifikasi Sumur

99 Perhitungan K cmdetik : = . ℎ = . ℎ . = 0,167 . 40 50 . 20 = 6,680 . 10 K = 6,680 . 10 -3 cm 3 dt = 5,771 mhari Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan koefisien permeabilitas K rata-rata pada tabel sebesar 3,642 mhari dan termasuk jenis batu pasir menengah. Ini menunjukkan pada batu memiliki porositas yang sangat rendah sehingga air hanya mengalir melalui rongga atau celah-celah antar partikel sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menampung air yang keluar lebih cepat dibandingkan dengan pasir.

5.3.5 Kondisi dan klasifikasi Sumur

Data pemompaan yang dilakukan dilapangan pada satu sumur pompa, dimana pada setiap tahap uji dilakukan selama 30 detik dan dipompa pada volume tertentu maka didapat debit yg keluar, dapat dilihat pada tabel 5.22. Tabel 5.22. Contoh Data Pemompaan dan Penurunan Muka Air Tanah Tahap Uji T dtk Q ldt V l Sw m SwQ m 2 dt Q m 3 dt 1 30 0,67 20 0,003 4,48 0,67x10 -3 2 30 1,36 40,8 0,029 21,32 1,36x10 -3 3 30 2,14 64,2 0,050 23,36 2,14x10 -3 4 30 2,84 85.2 0,075 26,41 2,84x10 -3 5 30 3,64 109,2 0,104 28,57 3,64x10 -3 6 30 4,45 133,5 0,129 28,98 4,45x10 -3 Sumber : Data Primer, 2015 Universitas Sumatera Utara 100 Proses pemompaan uji ada dua tahap yaitu : 1. Tahap pemompaan uji bertingkat yang berlangsung selama 9 jam dengan debit pemompaan yang ditingkat setiap 3 jam. 2. Tahap terputus dengan debit pemompaan yang konstan. Untuk lebih mengoptimalkan proses pemompaan uji ini, maka sebelum melaksanakan pemompaan uji, terus lakukan kordinasi dengan Pemerintah Kabupaten untuk mengalirkan air sumur bor kedalam kolam penampung sebagai uji tersebut diketahui bahwa kapasitas sumur cukup besar lebih dari 10 literdetik. Rumus perhitungan debit : Q = T V Contoh perhitungan : Tahap uji 1 : Tahap uji 2 : Q = T V = 30 20 = 0,67 literdt Q = T V = 30 8 , 40 = 1,36 literdt Pada debit pemompaan 0,67 literdt didapat penurunan muka air tanah Sw 0,003 meter. Penurunan ini didapat melalui hasil pengukuran dilapangan bukan melalui hasil perhitungan. Universitas Sumatera Utara 101 Grafik SwQ – Q Gambar 5.5. Hubungan Antara SwQ dengan Q Dari grafik hubungan antara SwQ dan Q diperoleh : Nilai B perpotongan kurva dengan asumbu Y ; Nilai C kemiringan kurva B = 2,276 m 2 dt C = 317,86 m 5 dt 2 = 0,03793 m 2 menit = 0,088 m 5 mnt 2 Jadi Fd Faktor Development Fd = CB x 100 = 232,803 m 3 mnt = 0,162 m 3 hari Berdasarkan nilai C = 0,088 m 5 mnt 2 dan Fd = 0,162 m 3 hari dapat disimpulkan bahwa kondisi dan klasifikasi sumur adalah baik dan secara umum sumur tersebut mempunyai produktivitas yang tinggi. Harga koefisien Well Loss menurut Dalton dan Bierschenk dapat menunjukkan kondisi dari suatu sumur produksi dapat diikuti pada tabel berikut : 10 20 30 40 1 2 3 4 5 6 7 S w Q m 2 d t Q m3dt Universitas Sumatera Utara 102 Tabel 5.23 Kondisi sumur produksi berdasarkan harga koefisien well loss C menurut Walton C m 5 mnt 2 Kondisi sumur 0,5 Baik 0,5 – 1,0 Mengalami penyumbatan sedikit 1,0 – 4,0 Penyhumbatan dibeberapa tempat 4,0 Sulit dikembalikan seperti semula Faktor bentuk development factor Faktor bentuk F d dinyatakan dengan rumus : F d = B C x 100 Klasifikasi sumur produksi berdasarkan factor bentuk dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.24. Klasifikasi sumur produksi berdasarkan Faktor Bentuk F d menurut Bierschenk Faktor Bentuk m 3 hari Klas 0,1 Sangat baik 0,1 – 0,5 Baik 0,5 – 1,0 Sedang 1,0 Jelek

5.3.6 Debit Optimum Yang Dapat Dieksploitasi Dari Sumur Pompa