11 Kejadian tersebut membentuk suatu pergerakan berulang dan disebut
daur atau
siklus hidrologi.
Daur ini merupakan
konsep dasar tentang keseimbangan air secara global di bumi. Daur hidrologi juga menunjukkan semua
hal yang berhubungan dengan air. Bila dilihat keseimbangan air secara menyeluruh maka air tanah dan aliran permukaan: sungai, danau, penguapan dll.
merupakan bagian-bagian dari beberapa aspek yang menjadikan daur hidrologi menjadi seimbang sehingga disebut dengan daur hidrologi yang tertutup.
2.3 Air Bawah Tanah
2.3.1 Kejadian Air Tanah
Dua zone bawah – tanah utama dibagi oleh suatu permukaan yang tak beraturan yang disebut bidang batas air – jenuh water table. Bidang batas air
jenuh merupakan kedudukan titik-titik dalam bahan bebas yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan tekanan atmosferik. Di atas bidang batas air
jenuh, yakni di zone kapiler. Pori-pori tanah mungkin terisi udara ataupun air; oleh karenanya kadang-kadang disebut zone aerasi. Dalam zone freatik , yaitu
dibawah bidang batas air jenuh, celah-celah tanah terisi dengan air, kadang- kadang zone ini disebut zone air-jenuh. Zone freatik dapat memperpanjang
sampai kedalaman yang cukup besar, tetapi jika kedalamannya bertambah, berat sendiri tanah bertendensi merapatkan ruang-ruang pori dan relative sedikit saja
air yang dijumpai pada kedalaman-kedalaman yang lebih besar dari 3 km 10.000 ft. Linsley, Ray K., dkk, 1986
Ada dua cara pendekatan dalam system pengelolahan tanah yaitu :
Universitas Sumatera Utara
12 a. Constant Area Method
Metode ini dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dengan pengaturan pemberian air dapat diperoleh luas areal yang diari setiap
harinya konstan. Hal ini berarti bahwa debit yang dialirkan melalui canal harus secara teratur ditambah dari hari ke hari karena kebutuhan akan air
untuk menjaga tinggi air pada petak basin yang sudah selesai diari dan mngkounter kehilangan air akibat perkolasi dan evaporasi. Ginting
Makmur, 2014 Secara schematis, besarnya debit rencana yang diperlukan
dengan mempergunakan system ini adalah seperti diperlihatkan pada skets pada gambar 2.2 dibawah ini :
Gambar 2.2. Prinsip Perencanaan Debit pada Constant Area Method
Ginting Makmur, 2014
Permasalahan yang dihadapi dengan metode ini adalah : Debit rencana yang akan diperoleh mendimensi saluran adalah
besar dan hanya dipakai untuk waktu yang pendek; dan
Universitas Sumatera Utara
13 Debit yang dialirkan berubah-ubah setiap hari sehingga sulit
mengoperasikannya atau mengontrolnya.
b. Constant Discharge Method Dengan metode ini air diberi konstan dari hari kehari, jadi debit
yang mengalir canal adalah konstan. Pada awalnya air dipergunakan seluruhnya untuk prewatering. Karena hal ini terus diperlukan terus menerus
dan kebutuhan air untuk menjaga muka air di dalam petak basin bertambah besar dari hari ke hari maka jumlah areal yang dapat diari akan berkurang
dari hari ke hari. Ginting Makmur, 2014. Secara skematis proses pengairan petak basin diperlihatkan pada gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3. Prinsip perencanaan Pada constant Discharge Method
Ginting Makmur, 2014
Debit rencana dengan metode ini lebih kecil bila dibandingkan dengan ‘constant area method’ tetapi dengan metode ini diperlukan waktu
Universitas Sumatera Utara
14 yang lebih lama untuk masa prewatering. Ginting Makmur, 2014. Cara
menghitung ‘Debit Rencana” untuk pengolahan lahan dengan metode ‘Constant Discharge’ :
Misalkan : I = Kebutuhan air mhari
A = Total areal Irigasi m
2
T = Lamanya waktu pengolahan hari S = Kebutuhan air untuk prewatering mhari
M = Kebutuhan air untuk penjagaanmaintenance mhari Misalkan suatu luasan y diolah dalam waktu t untuk pertambahan waktu yang
sangat kecil dt diperoleh : Penyediaan air = I x A x dt
Pemakaian air = S x dy + M x y x dt I x A x dt = S x dy + M x y x dt
2.3.2 Recharge dan Discharge antara Air Tanah dan Sungai