cenderung membayar dalam harga  yang lebih tinggi, perilaku mereka dikatakan sebagai price-seeking.
Banyak  bukti  yang  menyatakan  harga  sebagai  indikator  dari  kualitas  produk bervariasi  dari  situasi  dan  produk  yang  sedang  dievaluasi,  penemuan  dari
beberapa penelitian juaga mendukung bahwa konsumen cenderung menggunakan harga  sebagai  indikator  umum  tentang  kualitas  produk.  Sehingga,  price-quality
schema  adalah  kepercayaan  umum  terhadap  berbagai  kategori  produk  bahwa tingkatan petunjuk harga berhubungan secara positif terhadap dtingkatan kualitas
produk. 2.
Prestige sensitivity
Hampir  sama  dengan  persepsi  dari  petunjuk  harga  berdasarkan  sinyal  terhadap pembeli  mengenai  kualitas  produk  adalah  persepsi  terhadap  harga  berdasarkan
kesimpulan  tentang  bagaimana  sinyal  tersebut  terhadap  orang  lain  mengenai pembeli.  Sehingga  prestige  sensitivity  diartikan  sebagai  persepsi  harga
berdasarkan  perasaan  unggul  dan  status  dimana  harga  yang  tinggi  merupakan sinyal kepada orang lain terhadap pembeli.
C. Perilaku Konsumen Pria
Bakshi  2009  mengatakan  konsumen  pria  dalam  melihat  suatu  produk  lebih berfokus  pada  fungsi  utama  dari  pada  suatu  produk  dibanding  fungsi
sekundernya. Hal ini sangat berbeda dengan perempuan yang dikatakan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
berbelanja  merupakan  kebutuhan  sosial.  Dalam  tahap  pencarian  informasi,  pria cenderung  ke  tanda-tanda  atau  petunjuk  yang  mencolok  dan  kurang
komprehensif  dibandingkan  perempuan.  Kecenderungan  pria  adalah  berfokus pada  sumber informasi dan topik tertentu.
Block  dan  Morwitz  1999  mengatakan  kemungkinan  produk  yang  sudah dibeli  sudah  direncanakan  sebelumnya  lebih  rendah  terjadi  pada  pria  dibanding
wanita.  Kecenderungan  ini  terjadi  karena  konsumen  pria  membuat  keputusan pembelian berdasarkan kebutuhan saat itu dan sejauh mana barang atau jasa akan
memenuhi  kebutuhan  yang  dirasakan.  Dalam  pengambilan  keputusan,  pria didominasi oleh fakta dan data dibanding wanita dimana wanita lebih cenderung
bereaksi lebih kuat terhada interaksi personal dengan agen penjual. Bakshi  2009  juga  menambahkan  adanya  kecenderungan  pria  untuk  lebih
bersifat  analitis  dan  logis  pada  tahap  setelah  pembelian,  karena  pria  yang  pada umumnya  mempunyai  fokus  pada  kualitas  nilai  dan  suatu  produk  tidak  jarang
tetap  mengevaluasi  keputusan  pembelian.  Hal  ini  dikarenakan  mereka  ingin merasakan  percaya  diri  dengan  pilihan  mereka  dan  meyakinkan  bahwa  produk
tersebut  akan  memenuhi  kebutuhan  mereka.  Situmorang  2011,  menjelaskan terdapat lima jenis tipe konsumen pria, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Metroseksual
Meski banyak yang bilang tipe ini sudah mati, pria kota kaya berumur 20 sampai  50  tahun  ini  jelas  berbelanja,  bahkan  lebih  dari  sekedar  membeli.
Mereka  tak  hanya  mencari  barang  yang  diperlukan,  tapi  mengisi konsumerismenya  dengan  makna,  kualitas,  dan  keindahan  yang  lebih  dalam.
Misalnya, mereka memandang sandal selop sebagai karya seni, perawawatan tubuhsalon  bukan  hal  yang  tabumemalukan,  dsb.,  penampilan  menjadi  ciri
khas mereka. Berkat metroseksual, pemasaran untuk pria tak akan sama lagi. b.
Maturiteen Remaja  pria  ini  lebih  pintar,  bertanggung  jawab,  matang,  dan  pragmatis
dibanding  remaja  pria  pada  generasi  sebelumnya.  Pengamat  budaya berpendapat kepercayaan diri mereka tumbuh berkat orang tua generasi baby
boomer  yang  memperlakukan  anak-anak  layaknya  teman.  Lantaran  akrab dengan  teknologi,  mereka  sangat  terampil  dengan  riset  online  dan  kerap
bersikap  seperti  konsultan  belanja  di  rumah.  Mereka  tak  pernah  lepas  dari internet.  Aktivitas  para  remaja  ini  pun  membuat  mereka  punya  pandangan
radikal.  Perusahaan  yang  punya  merk  seperti  Adidas,  Sony  dan  Unilever terbukti sukses menuruti kemauan remaja-remaja ini.
Universitas Sumatera Utara
c. Pria Modern
Tidak masuk retro ataupun metro, mereka ada di tengah. Para pria ini adalah konsumen matang usia 20-an dan 30-an tahun, pembeli yang lebih besar dari pada
generasi  sebelumnya  tapi  juga  gemar  olah  raga.  Mereka  merasa  nyaman  dengan perempuan  tapi  tidak  menganggap  belanja  dengan  wanita  itu  menyenangkan.
Anggap saja begini: pelembab dan gel rambut masih bisa diterima tapi manicure rasanya agak berlebihan.
d. Sang Ayah
Adakah tipe pria lain yang terabaikan selain mereka? Begitu pria menikah dan  punya  anak,  mereka  berhenti  belanja.  Sekalinya  belanja,  mereka  paling-
paling  menjadi  seperti  ayah  yang  meminta  saran  anaknya  untuk  tampil  keren. Tapi pra pria ini cenderung berada dalam tahun-tahun pendapatan. Plus, mereka
sering terlihat sedang mendorong kereta bayi dan membeli popok, seperti halnya para ibu.
e. Retroseksual
Jika  metroseksual  mendukung  etos  wanita,  retroseksual  justtru  menentang. Para tradisionalis ini telah menjjalani kekacauan kultur dan konsumerisme yang
sama  dengan  pria  modern  dan  metroseksual,  tapi  retro  menolak  feminisme  dan dengan  senang  hati  menikmati  perilaku  para  tradisonal.  Ia  merindukan
bagaimana segala sesuatu dilakukan pada masa lalu.
Universitas Sumatera Utara
D.  Dinamika  Postpurchase  Dissonance  pada  konsumen  pria  dengan faktor hargasebagaipemicu.