20
informasi yang berkualitas. Proporsi dewan komisaris independen dalam mekanisme good corporate governance berperan penting tidak hanya melihat
kepentingan pemilik tetapi juga kepentingan perusahaan secara umum. Karakteristik dewan komisaris khususnya komposisi dewan komisaris
independen dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Dewan komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk
melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang menerapkan good corporate governance.
Menurut Sutojo dan John 2008, syarat yang harus dipenuhi seorang komisaris independen adalah sebagai berikut:
a Tidak mempunyai kaitan dengan para pemegang saham mayoritas,
komisaris yang lain atau direksi, b
Tidak menjabat direksi anak perusahaan atau afiliasi perusahaan dimana mereka menjabat komisaris independen,
c Mempunyai pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan pasar modal dan corporate governance.
2.1.4 Komite Audit
Disamping dewan komisaris independen, Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM juga mensyaratkan perusahaan yang memperdagangkan sahamnya
di bursa efek wajib mengangkat komite audit. Jumlah komite audit minimum tiga orang, salah seorang dari ketiga anggota komite audit tersebut komisaris
independen dan menjabat sebagai komite audit. Semua anggota komite audit wajib menguasai pengetahuan tentang laporan keuangan dan peraturan tentang
pasar modal dan coporate governance Sutojo dan John, 2008.
Universitas Sumatera Utara
21
Tanggung jawab komite audit dalam bidang good corporate governance adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-
undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif, terhadap benturan kepentingan dan
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Tugas utama komite audit adalah:
a Mengawasi akurasi, keterbukaan, transparansi dan ketepatan waktu
laporan keuangan perusahaan, b
Mengawasi seberapa jauh perusahaan telah mematuhi ketentuan tentang good corporate governance dan peraturan pasar modal,
c Mengawasi pelaksanaan pengawasan intern kegiatan bisnis dan kondisi
keuangan perusahaan, d
Mengawasi penerapan manajemen resiko yang dilakukan perusahaan. e
Menilai kelengkapan, transparansi dan akurasi laporan keuangan yang dilakukan perusahaan akuntan publik,
f Meneliti dugaan penyimpangan keputusan kebijaksanaan bisnis yang
dilakukan direksi bilamana ada.
2.1.5 Leverage
Leverage adalah hutang yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai asetnya dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Leverage
merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin tinggi pula proporsi
Universitas Sumatera Utara
22
pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total hutangnya
lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Dengan tingkat rasio leverage yang tinggi, hal ini akan memicu kekhawatiran dari investor karena jika suatu
perusahaan memiliki hutang yang tinggi, dikhawatirkan perusahaan tersebut tidak dapat melunasi kewajibannya tepat waktu dan hal ini yang dapat menyebabkan
suatu perusahaan dapat dilikuidasi. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan menggambarkan resiko keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio
leverage yang lebih tinggi diduga melakukan manajemen laba, karena perusahaan terancam gagal dalam memenuhi kewajiban utang pada waktunya.
Widyaningdyah, 2001. Keadaan ini membuktikan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki pengawasan yang lemah terhadap manajemen yang
menyebabkan manajemen dapat membuat keputusan sendiri dan juga menetapkan strategi yang kurang tepat.
2.1.6 Manajemen Laba 2.1.6.1 Pengertian Manajeman Laba