Internal Perusahaan Tinjauan Penelitian Terdahulu

15 pekerjaan semuanya seperti yang diharapkan. Dengan pekerjaan yang fair tersebut diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna melindungi semua orang yang punya kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis kita.

2.1.1.2 Unsur-unsur Good Corporate Governance

Terdapat unsur-unsur corporate governance yang berasal dari dalam dan dari luar perusahaan yang bisa menjamin berfungsinya good corporate governance, seperti berikut :

a. Internal Perusahaan

Unsur yang berasal dari dalam perusahaan adalah pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan, sistem remunerasi berdasar kinerja dan komite audit. Sedangkan unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan yaitu keterbukaan dan kerahasiaan, transparansi, akuntabilitas, kewajaran, dan aturan dari code of conduct.

b. Eksternal Perusahaan

Unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah kecukupan undang- undang dan perangkat hukum, investor, institusi penyedia informasi, akuntan publik, pemberi pinjaman, lembaga yang mengesahkan legalitas. Unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan yaitu aturan code of conduct, kewajaran, akuntabilitas, dan jaminan hukum. Universitas Sumatera Utara 16

2.1.1.3 Faktor Penentu Keberhasilan Good Corporate Governance

Syarat keberhasilan penerapan GCG memiliki dua faktor yang memegang peranan sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain: a Terdapatnya budaya perusahaan corporate culture yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan. b Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG. c Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG. d Terdapatnya sistem audit pemeriksaan yang efektif dalam perusahaan untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi. e Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu. Universitas Sumatera Utara 17

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya: a Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif. b Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik lembaga pemerintahaan yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya. c Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat best practices yang dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam benchmark acuan. d Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela. e Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan Universitas Sumatera Utara 18 publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi GCG. Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung penerapan GCG secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas, dan integritas berbagai pihak yang menggerakkan organ perusahaan. Jika berbagai prinsip dan aspek penting GCG dilanggar suatu perusahaan, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama dalam persaingan bisnis global dewasa ini, meski perusahaan itu memiliki lingkungan kondusif bagi pertumbuhan bisnisnya.

2.1.2 Kepemilikan institusional

Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan keputusan strategis sehingga tidak mudah percaya pada tindakan manipulasi laba. Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan pengaruh corporate governance yang kuat yang dapat digunakan untuk memonitor manajemen Universitas Sumatera Utara 19 perusahaan. Adanya pengawasan yang dilakukan investor institusional secara optimal terhadap kinerja manajer, maka manajer akan lebih berhati – hati dalam mengambil keputusan atau dengan kata lain pengawasan yang dilakukan investor institusional dapat mengurangi perilaku opportunistic manajer sehingga manajer dapat memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan. Tindakan monitoring ini dapat menjamin kemakmuran bagi pemegang saham. Di negara-negara dimana pasar modal dan pasar uang mempunyai peranan penting sebagai sumber dana perusahaan, sebagai pemegang saham, investor institusional ikut aktif dalam mengawasi efektifitas dan efisiensi pengelolaan perusahaan. Dengan demikian tugas mengawasi efektifitas pengelolaan perusahaan tidak hanya menjadi tanggung jawab Board of Directors. Menurut Sutojo dan John 2008, penerapan peranan tersebut di atas antara lain berbentuk sebagai berikut : a Mengarahkan dan memonitor arah kegiatan bisnis perusahaan, b Sumber informasi perusahaan, c Pengajuan suara dalam rapat pemegang saham voting. .

2.1.3 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi Dewan Komisaris Independen dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Adanya dewan komisaris menjamin transparansi dan keinformatifan laporan keuangan sehingga memfasilitasi hak pemegang saham untuk mendapatkan Universitas Sumatera Utara 20 informasi yang berkualitas. Proporsi dewan komisaris independen dalam mekanisme good corporate governance berperan penting tidak hanya melihat kepentingan pemilik tetapi juga kepentingan perusahaan secara umum. Karakteristik dewan komisaris khususnya komposisi dewan komisaris independen dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Dewan komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang menerapkan good corporate governance. Menurut Sutojo dan John 2008, syarat yang harus dipenuhi seorang komisaris independen adalah sebagai berikut: a Tidak mempunyai kaitan dengan para pemegang saham mayoritas, komisaris yang lain atau direksi, b Tidak menjabat direksi anak perusahaan atau afiliasi perusahaan dimana mereka menjabat komisaris independen, c Mempunyai pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pasar modal dan corporate governance.

2.1.4 Komite Audit

Disamping dewan komisaris independen, Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM juga mensyaratkan perusahaan yang memperdagangkan sahamnya di bursa efek wajib mengangkat komite audit. Jumlah komite audit minimum tiga orang, salah seorang dari ketiga anggota komite audit tersebut komisaris independen dan menjabat sebagai komite audit. Semua anggota komite audit wajib menguasai pengetahuan tentang laporan keuangan dan peraturan tentang pasar modal dan coporate governance Sutojo dan John, 2008. Universitas Sumatera Utara 21 Tanggung jawab komite audit dalam bidang good corporate governance adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang- undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif, terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Tugas utama komite audit adalah: a Mengawasi akurasi, keterbukaan, transparansi dan ketepatan waktu laporan keuangan perusahaan, b Mengawasi seberapa jauh perusahaan telah mematuhi ketentuan tentang good corporate governance dan peraturan pasar modal, c Mengawasi pelaksanaan pengawasan intern kegiatan bisnis dan kondisi keuangan perusahaan, d Mengawasi penerapan manajemen resiko yang dilakukan perusahaan. e Menilai kelengkapan, transparansi dan akurasi laporan keuangan yang dilakukan perusahaan akuntan publik, f Meneliti dugaan penyimpangan keputusan kebijaksanaan bisnis yang dilakukan direksi bilamana ada.

2.1.5 Leverage

Leverage adalah hutang yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai asetnya dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh suatu perusahaan dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi rasio leverage berarti semakin tinggi pula proporsi Universitas Sumatera Utara 22 pendanaan perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Dengan tingkat rasio leverage yang tinggi, hal ini akan memicu kekhawatiran dari investor karena jika suatu perusahaan memiliki hutang yang tinggi, dikhawatirkan perusahaan tersebut tidak dapat melunasi kewajibannya tepat waktu dan hal ini yang dapat menyebabkan suatu perusahaan dapat dilikuidasi. Dengan demikian, tingkat leverage perusahaan menggambarkan resiko keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang lebih tinggi diduga melakukan manajemen laba, karena perusahaan terancam gagal dalam memenuhi kewajiban utang pada waktunya. Widyaningdyah, 2001. Keadaan ini membuktikan bahwa perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki pengawasan yang lemah terhadap manajemen yang menyebabkan manajemen dapat membuat keputusan sendiri dan juga menetapkan strategi yang kurang tepat. 2.1.6 Manajemen Laba 2.1.6.1 Pengertian Manajeman Laba Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi akuntansi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan Sulistyanto, 2008. Istilah intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai Universitas Sumatera Utara 23 manajemen laba sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum. Menurut Sulistiawan dkk 2011, manajemen laba adalah aktivitas badan usaha memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi guna mendapatkan hasil yang diinginkan.

2.1.6.2 Motivasi Manajemen Laba

Menurut Sulistiawan, dkk 2011, Secara umum terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau badan usaha melakukan tindakan manajemen laba, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Motivasi bonus Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya. 2. Motivasi Hutang Agar kreditor mau menginvestasikan dana di perusahaannya, tentunya manajer harus menunjukkan performa yang baik dari perusahaannya, dan untuk memperoleh hasil maksimal yaitu pinjaman dalam jumlah besar, perilaku kreatif manajer untuk menampilkan performa yang baik dari laporan keuangannya pun seringkali muncul. Selain untuk mendapatkan pinjaman, kasus seperti itu juga berlaku untuk menjaga perjanjian utang. Jika suatu perusahaan mendapatkan dana dari kreditor, perusahaan berkewajiban menjaga rasio keuangannya agar berada pada batas bawah tertentu. Jika hal ini dilanggar, perjanjian utang dibatalkan. 3. Motivasi Politik Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba Universitas Sumatera Utara 24 terutama pada saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah. 4. Motivasi Pajak Menyatakan bahwa pajak merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar. 5. Motivasi Pergantian Direksi Biasanya Direksi yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. 6. Motivasi Penjualan Saham Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.

2.1.6.3 Pola Manajemen Laba

Ada empat pola manajemen laba yang dikemukakan oleh Scott, 1997 yaitu : 1. Taking a Bath Pola ini terjadi selama periode tekanan organisasi atau pada saat terjadiya reorganisasi, apabila perusahaan harus melaporkan adanya kerugian, maka mendorong manajemen untuk melaporkan adanya kerugian yang besar, sebagai akibatnya akan meningkatkan keuntungan di masa depan. 2. Income Minimization Pola ini dilakukan oleh perusahaan dengan memilih kebijakan yang akan meminimalisasi pendapatan. Pola seperti ini hampir sama dengan taking a batch tetapi pelaksanaanya lebih halus. Universitas Sumatera Utara 25 3. Income Maximization Pola ini dilakukan oleh perusahaan untuk tujuan perolehan bonus, sehingga pola ini dilakukan dengan cara memaksimalkan laba tetapi tidak di atas batas atas, karena apabila laba yang dilaporkan melebihi batas atas atau di bawah batas bawah maka tetap tidak akan diperoleh bonus. 4. Income Smoothing Pola ini dilakukan oleh manajemen dengan cara melaporkan perolehan laba sehingga terlihat stabil dari satu periode ke periode selanjutnya.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Sertauli 2011 Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen -Kepemilikan institusional -Dewan komisaris -Komisaris independen -Komite audit Variabel Dependen -Manajemen laba Analisis regresi linier berganda Kepemilikan institusional dan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Popy 2012 Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Variabel Independen -Kepemilikan manajerial -Kepemilikan Analisis regresi linier berganda Mekanisme good corporate governance dalam hal ini kepemilikan Universitas Sumatera Utara 26 Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010 instutional -Proporsi dewan komisaris independen -Komite audit. Variabel Dependen: -Manajemen laba Manajerial, Kepemilikan institusioanal, Proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama- sama tidak mempengaruhi manajemen laba, Hasilnya menunjukan pengaruh yang lemah Thiodora 2013 Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011 Variabel Independen -Kepemilikan manajerial -Proporsi dewan komisaris -Komite audit. Variabel Dependen: -Manajemen laba Analisis regresi linier berganda Hanya Kepemilikan Manajerial yang berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Sedangkan Proporsi Dewan Komisaris dan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Rivaldo 2013 Analisis pengaruh GCG, Leverage, Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI V.Independen -Kepemilikan institusional -Kepemilikan manajerial -Proporsi dewan komisaris independen -Komite audit -Leverage -Profitabilitas V.Dependen -Manajemen Analisis regresi linear berganda Hanya variabel profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Universitas Sumatera Utara 27 laba Sertauli 2011 melakukan Penelitian mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007 sampai 2009. Mekanisme good corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan institusional, dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, variabel dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, variabel komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, dan variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Popy 2012 melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Variabel dependennya adalah manajemen laba. Sampel penelitian ini sebanyak 25 perusahaan dengan tahun pengamatan 2008-2010. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan Manajerial, Kepemilikan institusioanal, Proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama-sama tidak mempengaruhi manajemen laba. Thiodora 2013 melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009- Universitas Sumatera Utara 28 Manajemen Laba y 2011. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Variabel dependennya adalah manajemen laba. Sampel penelitian ini sebanyak 25 perusahaan dengan tahun pengamatan 2009-2011. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Hanya Kepemilikan Manajerial yang berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Sedangkan Proporsi Dewan Komisaris dan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Penelitian yang dilakukan Rivaldo 2013 yang berjudul Analisis pengaruh Good Corporate Governance, Leverage, Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, dimana tahun pengamatan hanya 1 tahun yaitu tahun 2011, dengan jumlah sampel sebanyak 103 perusahaan, variabel independennya adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, leverage, dan profitabilitas, variabel dependennya manajemen laba. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel profitabilitas yang berpengaruh positif terhadap manajemen laba, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Pengaruh Kualitas Auditor, Good Corporate Governance, dan Leverage pada Manajemen Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 49

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 1 11

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 0 2

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 0 9

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 0 23

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 0 3

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 0 11

ABSTRAK PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 12