2.3 Tindakan
Suatu  sikap  belum  otomatis  terwujud  dalam  suatu  tindakan  overt behavior.  Untuk  mewujudkan  sikap  menjadi  suatu  perbuatan  yang  nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah  fasilitas  dan  faktor  dukungan  support  praktik  ini  mempunyai  beberapa
tingkatan : 1.
Persepsi Mengenal  dan  memilih  berbagai  objek  sehubungan  dengan
tindakan  yang  akan  diambil  adalah  merupakan  praktik  tingkat pertama.
2. Respon terpimpin
Dapat  melakukan  sesuatu  sesuai  dengan  urutan  yang  benar  dan sesuai  dengan  contoh  adalah  merupakan  indikator  praktik  tingkat
kedua. 3.
Mekanisme Apabila  seseorang  telah  dapat  melakukan  sesuatu  dengan  benar
secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4. Adopsi
Adaptasi  adalah  suatu  praktik  atau  tindakan  yang  sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa  mengurangi  kebenaran  tindakan  tersebut  Notoatmodjo, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran  atau  cara  mengamati  tindakan  dapat  dilakukan  melalui  dua cara, secara langsung,  maupun secara  tidak  langsung.  Pengukuran tindakan  yang
paling  baik  adalah  secara  langsung,  yakni  dengan  pengamatan  observasi,  yaitu mengamati  tindakan  subjek  dalam  rangka  memelihara  kesehatannya.  Sedangkan
secara  tidak  langsung  menggunakan  metode  mengingat  kembali  recall.  Metode ini  dilakukan  melalui  pertanyaan
– pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan.
2.4 Determinan Perilaku Kesehatan
Seperti telah diuraikan terdahulu, bahwa perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus  faktor eksternal dengan respons  faktor internal  dalam subjek
atau  orang  yang  berperilaku  tersebut.  Dengan  perkataan  lain,  perilaku  seseorang atau  subjek  dipengaruhi  atau  ditentukan  oleh  faktor
–  faktor  baik  dari  dalam maupun  dari  luar  subjek.  Faktor  yang  menentukan  atau  membentuk  perilaku  ini
disebut  determinan.  Banyak  teori  tentang  determinan  perilaku  ini,  masing –
masing  mendasarkan  pada  asumsi –  asumsi  yang  dibangun.  Dalam  bidang
perilaku  kesehatan,  ada  3  teori  yang  sering  menjadi  acuan  dalam  penelitian –
penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori tersebut adalah : a.
Teori Lawrence Green Berangkat  dari  analisis  penyebab  masalah  kesehatan,  Green
membedakan  adanya  dua  determinan  masalah  kesehatan  tersebut,  yakni behavioral  factors  faktor  perilaku,  dan  non-behavioral  factors  atau
faktor  non-perilaku.  Selanjutnya  Green  menganalisis,  bahwa  faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor predisposisi  predisposing factor . Faktor yang mempermudah
atau  mempredisposisi  terjadinya  perilaku  seseorang.  Faktor  ini termasuk  karateristik,  pengetahuan,  sikap,  kepercayaan,  keyakinan,
kebiasaan,  nilai –  nilai,  norma  sosial,  budaya,  dan  faktor  sosio-
demografi. 2.
Faktor pendorong  enabling factor . Faktor yang memungkinkan atau yang  memfasilitasi  terjadinya  perilaku  atau  tindakan.  Hal  ini  berupa
lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber – sumber khusus yang
mendukung dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan. 3.
Faktor  penguat    reinforcing  factor  .  Faktor  yang  memperkuat terjadinya  perilaku.  Kadang
–  kadang  meskipun  seseorang  tahu  dan mampu  untuk  berperilaku  sehat,  tetapi  tidak  melakukannya.  Faktor
– faktor yang termasuk faktor penguat adalah sikap dan perilaku petugas,
kelompok referensi, dan tokoh masyarakat Notoatmodjo, 2010 b.
Teori Snehandu B. Karr Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu  Perilaku,  Universitas  Kalifornia  di  Los  Angeles,  mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu :
1. Adanya niat intention seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
objek atau stimulus diluar dirinya. 2.
Adanya  dukungan  dari  masyarakat  sekitarnya  social  support.  Di dalam  kehidupan  seseorang  di  masyarakat,  perilaku  orang  tersebut
cenderung  memerlukan  legitimasi  dari  masyarakat  di  sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Apabila  perilaku  tersebut  bertentangan  atau  tidak  memperoleh dukungan  dari  masyarakat,  maka  ia  akan  merasa  kurang  atau  tidak
nyaman.  Demikian  untuk  berperilaku  kesehatan  orang  memerlukan dukungan  masyarakat  sekitarnya,  paling  tidak,  tidak  mendapat
gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat. 3.
Terjangkaunya  informasi    accessibility  of  information  ,  adalah tersedianya  informasi
–  informasi  terkait  dengan  tindakan  yang  akan diambil seseorang.
4. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi  personnal autonomy  untuk
mengambil  keputusan.  Di  Indonesia,  terutama  ibu –  ibu,  kebebasan
pribadinya  masih  terbatas,  terutama  lagi  di  pedesaan.  Seorang  istri dalam  pengambilan  keputusannya  masih  sangat  tergantung  kepada
suami. 5.
Adanya  kondisi  dan  situasi  yang  memungkinkan    action  situation  . Untuk bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi
yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada.
c. Teori WHO
Tim  kerja  pendidikan  kesehatan  dari  WHO  merumuskan determinan  perilaku  ini  sangat  sederhana.  Mereka  mengatakan,  bahwa
mengapa  seseorang  berperilaku,  karena  adanya  4  alasan  pokok determinan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Pemikiran  dan  perasaan    thoughts  and  feeling  .  Hasil  pemikiran  –
pemikiran dan perasaan – perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan
pertimbangan –  pertimbangan  pribadi  terhadap  objek  atau  stimulus,
merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. 2.
Adanya  acuan  atau  referensi  dari  seseorang  atau  pribadi  yang dipercayai    personnal  references  .  Di  dalam  masyarakat,  dimana
sikap  paternalistic  masih  kuat,  maka  perubahan  perilaku  masyarakat tergantung dari perilaku acuan referensi yang pada umumnya adalah
para tokoh masyarakat setempat. 3.
Sumber  day  resources  yang  tersedia  merupakan  pendukung  untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
4. Sosio budaya culture setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang Notoatmodjo, 2010
2.5 Gastritis