9
Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen kualitas jasa service quality management, yakni upaya meminimasi
kesenjangan gap antara tingkat layanan dengan harapan konsumen Bastian, 2006. Dengan demikian, pemerintah daerah harus mampu mengalokasikan
alokasi belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan salah satu langkah bagi pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada publik.
Belanja Modal digunakan untuk memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang sesuai dengan masa manfaat ekonomis aktiva yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, perhitungan antara biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh harus dapat diperbandingkan.
2.3 Belanja Pegawai
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negaralembaga, Belanja Pegawai adalah
belanja kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang diberikan kepada pegawai
pemerintah, pegawai negeri sipil PNS, dan pegawai yang dipekerjakan yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Termasuk dalam kelompok belanja pegawai ini adalah pengeluaran-pengeluaran untuk gaji dan
tunjangan-tunjangan, uang makan, lembur, honorarium dan vakasi. Gaji dan tunjangan adalah pengeluaran untuk kompensasi yang harus dibayarkan kepada
pegawai pemerintah berupa gaji pokok dan berbagai tunjangan yang diterima
Universitas Sumatera Utara
10
berkaitan dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan tunjangan istrisuami, tunjangan anak, tunjangan jabatanyang dipersembahkan dengan tunjangan
jabatan, tunjangan kompensasi kerja, tunjangan perbaikan penghasilan, tunjangan beras, tunjangan pajak penghasilan, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, dan
tunjangan umum baik dalam bentuk uang maupun barang.
2.4 DANA PERIMBANGAN 2.4.1 PENGERTIAN DANA PERIMBANGAN
Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam
mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik Widjaja, 2002.
Menurut Elmi 2002, secara umum tujuan pemerintah pusat melakukan transfer dana kepada pemerintah daerah adalah:
1. Sebagai tindakan nyata untuk mengurangi ketimpangan pembagian kue
nasional, baik vertikal maupun horisontal. 2.
Suatu upaya untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran pemerintah dengan menyerahkan sebagian kewenangan dibidang pengelolaan keuangan
negara dan agar manfaat yang dihasilkan dapat dinikmati oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Namun selama ini sumber dana pembangunan
daerah di Indonesia mencerminkan ketergantungan terhadap sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat Sumiyarti dan Imamy, 2005. Sejalan
dengan itu, Elmi 2002 juga menyatakan bahwa ketidakseimbangan fiskal fiscal inbalance yang terjadi antara pemerintah pusat dan daerah selama
Universitas Sumatera Utara
11
ini telah menyebabkan ketergantungan keuangan pemerintah daerah kepada bantuan dari pemerintah pusat yang mencapai lebih dari 70 persen
kecuali Propinsi DKI Jakarta. Pemerintah daerah kepada bantuan dari pemerintah pusat yang mencapai lebih dari 70 persen kecuali Propinsi DKI
Jakarta. Padahal sebenarnya bantuan dana dari pemerintah pusat tersebut hanyalah untuk rangsangan bagi daerah agar lebih meningkatkan sumber
penerimaan pendapatan asli daerahnya, yang merupakan bagian penting dari sumber penerimaan daerah, bukan menjadikannya sebagai prioritas
utama dalam penerimaan daerah.
2.4.2 PEMBAGIAN DANA PERIMBANGAN 2.4.2.1 DANA ALOKASI UMUM DAU
Dengan terbitnya Peraturan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang dana perimbangan antara pemerintah Pusat dan Daerah menyebutkan
Dana Alokasi Umum DAU yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah untuk membiayai
pelaksanaan desentralisasi Dana Alokasi Umum ini bersifat Block Grant yang berarti penggunaan dana ini diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan
kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dimana dasar hukum pengalokasian dana ini sesuai
dengan Undang-undang nomor 33 tahun 2003 tentang perimbangan dana antara pusat dan daerah besaran Dana Alokasi Umum DAU ini sekurang-kurangnya 26
dari pendapatan dalam negeri PDN Netto yang ditetapkan dalam APBN. Sedangkan proporsi DAU untuk daerah Propinsi dan KabupatenKota sesuai
Universitas Sumatera Utara
12
dengan kebutuhan dan kewenangan antara propinsi dan Kabupatenkota formula DAU menggunakan pendekatan celah fiskal fiskal gap yaitu selisih antara
kebutuhan. Penyaluran DAU,DAK dan DBH disalurkan dengan cara pemindah bukuan dari rekening Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah. Hal ini berkaitan
dengan perimbangan antara pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan antara pusat dan daerah Darwanto dan
Yustikasari, 2007 lebih lanjut menurut Darwanto dan Yustikasari 2007 hal tersebut menunjukkan terjadinya transfer yang cukup signifikan di dalam APBN
dari Pemerintah Pusat dan Daerah, dimana dana tersebut secara leluasa dapat dipergunakan untuk pelaksanaan desentralisasi.
Peraturan terkait mengenai dana alokasi umum antara lain : 1.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005
2.UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
DAU = Realisasi DAU Realisasi Total Pendapatan Daerah
X100
2.4.2.2 DANA ALOKASI KHUSUS
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus DAK ádalah
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah yang sesuai dengan prioritas nasional yang dilaksanakan di tingkat daerah. Kegiatan khusus ini sulit untuk diperkirakan
Universitas Sumatera Utara
13
dengan rumus alokasi khusus.DAK ditujukan untuk daerah khusus yang terpilih untuk tujuan khusus. Karena itu, alokasi yang didistribusikan oleh pemerintah
pusat sepenuhnya merupakan wewenang pemerintah pusat untuk tujuan nasional Kebutuhan khusus alokasi DAK meliputi :
1 Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di daerah terpencil yang tidak
rnempunyai akses yang memadai ke daerah lain. 2
Kebutuhan prasarana dan sarana fisik di daerah yang menampung transmigrasi.
3 Kebutuhan prasarana dan sarana fisik yang terletak di daerah pesisir
kepulauan dan tidak mempunyai prasarana dan sarana yang rnemadai. 4
Kebutuhan prasarana dansarana fisik di daerah guna mengatasi dampak Kerusakan lingkungan.
5 Pembangunan Jalan, rumah sakit, irigási dan air bersih DAK disalurkan
dengan cara pemindah bukuan dari rekening Kas Umum Negara ke rekening Kas Umum Daerah, oleh sebab itu DAK dicantumkan dalam
APBD. DAK tidak dapat digunakan untukmendanai adiministrasi kegiatan, penelitian, pelatihan dan perjalanan dinas.
Pembiayaan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus DAK ini bisa disamakan dengan belanja pembangunan karena digunakan untuk mendanai
peningkatan kwalitas pelayanan publik berupa pembangunan sarana dan prasana publik Ndadari dan Adi, 2008. Menurut Abdullah dan Halim 2006 aset tetap
yang dimiliki dari penggunaan belanja modal merupakan prasyarat utama dalam
Universitas Sumatera Utara
14
memberikan pelayanan publik oleh pemerintahan daerah. Menurut Abimayu 2005 yang dikutip oleh Arianto dan Adi 2007 infrastruktur dan sarana prasana
yang ada di daerah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Jika sarana prasana yang memadai di daerah itu maka masyarakat akan dapat
melaksanakan aktifitas pekerjaan sehinga akan berdampak positif terhadap roda perekonomian sehingga akan berpengaruh pada produktifitas yang semakin
meningkat. Peraturan terkait mengenai dana alokasi khusus antara lain:
1.UU No.322004 tentang Pemerintahan Daerah 2.UU No.332004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah 3.PP No.552005 tentang Dana Perimbangan
DAK = Realisasi DAK Realisasi Total Pendapatan Daerah
X100
2.4.2.3 DANA BAGI HASIL
Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikankepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi UU No.33 Tahun 2004,Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah daerah. DBH yang ditransfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah terdiri dari dua 2 jenis, yaitu DBH pajak danDBH Sumber Daya Alam
SDA.Pola bagi hasil penerimaan tersebut dilakukan dengan presentase tertentu yang didasarkan atas daerah penghasil.
Universitas Sumatera Utara
15
Penerimaan DBH pajak bersumber dari: 1
Pajak Bumi dan Bangunan PBB, 2
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan BPHTB 3
Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri PPh WPOPDN dan PajakPenghasilan Pasal 21 PPh 21.
Sedangkan penerimaan DBH SDA bersumber dari: Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan, Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan
Gas Bumi, dan Pertambangan Panas Bumi. Pada umumnya setiap daerah memiliki sektor unggulan sendiri-sendiri
dalam hal keuangan dan hal ini sangat bergantung pada pemerintah daerah itu sendiri dalam menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada. Demikian
halnya dalam sistem DBH yang bersumber dari pajak dan SDA. Mekanisme bagi hasil SDA dan pajak bertujuan untuk mengurangi ketimpangan vertikal pusat-
daerah. Namun, pola bagi hasil tersebut dapat berpotensi mempertajam ketimpangan horisontal yang dialami antara daerah penghasil dan non penghasil.
Horisontal tersebut disebabkan karena dalam kenyataannya karakteristik daerah di Indonesia sangat beraneka ragam.
Ada daerah yang dianugerahi kekayaan alam yang sangat melimpah seperti di Riau, Aceh, Kalimantan Timur dan Papua yang berupa minyak bumi
dan gas alam migas, pertambangan, dan kehutanan. Ada juga daerah yang sebenarnya tidak memiliki kekayaan alam yang besar namun karena struktur
perekonomian mereka telah tertata dengan baik maka potensi pajak dapat di optimalkan sehingga daerah tersebut menjadi kaya. Astuti dan Joko, 2005Hal
Universitas Sumatera Utara
16
tersebut sejalan dengan Cristyanto 2005 yang menyatakan bahwa potensi penerimaan daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan, dan Pajak Penghasilan dimana potensi yang cukup signifikan hanya dimiliki oleh beberapa daerah saja. Berdasarkan Undang-Undang
PPh yang baru UU Nomor 17 Tahun 2000, mulai tahun anggaran 2001 Daerah memperoleh bagi hasil dari Pajak Penghasilan PPh orang pribadi personal
income tax, yaitu PPh Pasal 21 serta PPh Pasal 2529 Orang Pribadi. Ditetapkannya PPh Perorangan sebagai objek bagi hasil dimaksudkan sebagai
kompensasi dan penyelaras bagi daerah-daerah yang tidak memiliki SDA tetapi memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negara APBN. Volume
perolehan pajak di daerah berasosiasi kuat dengan besarnya tingkat pendapatan sebagai basis pajak. Dengan demikian, daerah dengan tingkat pendapatan yang
lebih tinggi cenderung akan memperoleh DBH pajak yang lebih tinggi pula.DBH merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup potensial dan merupakansalah
satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah yang bukan berasal dari Pendapatan Asli Daerah selain
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. DBH = Realisasi DBH
Realisasi Total Pendapatan Daerah
X100
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Marizka 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus
Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Kabupaten Dan Kota Di
Universitas Sumatera Utara
17
Sumatera Barat Tahun 2006-2011. Marizka 2013 menyebutkan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif, DBH berpengaruh signifikan, DAU tidak
berpengaruh signifikan, dan DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
Nurmince 2014 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan KabupatenKota Di Provinsi Riau Tahun 2008-2011. Menyebutkan
bahwa hasil uji secara parsial uji t menunjukkan bahwa variabel dana alokasi umum, variabel dana alokasi khusus memiliki pengaruh negatif terhadap
kemandirian keuangan daerah, sedangkan variabel pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kemandirian
keuangan daerah. Hasil uji secara simultan uji F menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana bagi
hasil bersama-sama simultan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah pada kabupatenkota di Provinsi Riau.
Tria 2015 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada
Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Barat. Menyebutkan bahwa Belanja Modal dan Belanja Pegawai berpengaruh dan signifikan negatif terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah pada kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2009-2013.
Universitas Sumatera Utara
18
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penelitian
Terhadulu Judul
Penelitian Hasil
Peneliti 1
Reza Marizka
2013 Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Dan
Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah Pada Kabupaten
Dan Kota Di Sumatera Barat Tahun 2006-2011
- Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah.
- Dana Bagi Hasil tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah.
- Dana Alokasi Umum tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah.
- Dana Alokasi Khusus
berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah.
2 Sartika
Nurmince Siagian
2014 Pengaruh Rasio Efektifitas
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap
Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan
KabupatenKota Di Provinsi Riau Tahun 2008-
2011 -
Hasil uji secara parsial uji t menunjukkan bahwa
variabel dana alokasi umum, variabel dana
alokasi khusus memiliki pengaruh
negatif terhadap kemandirian
keuangan daerah, sedangkan variabel
pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
kemandirian keuangan daerah.
- Hasil uji secara simultan
uji F menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli
daerah, dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, dan dana bagi hasil bersama-sama simultan
Universitas Sumatera Utara
19
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kemandirian keuangan daerah pada
kabupatenkota di Provinsi Riau. Adjusted R square
dalam penelitian ini yaitu sebesar 0,492 yang berarti
49,2 variasi dari keuangan daerah dijelaskan
oleh keempat variabel bebas yaitu pendapatan asli
daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus
serta dana bagi hasil sedangkan sisanya 50,8
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh
penelitian ini, seperti pinjaman daerah, lain-lain
pendapatan yang dipisahkan dan investasi.
3 Esterlita Tria
Ramadhani Darwis
2015 Pengaruh Belanja Modal
Dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah Pada Kabupaten
Kota Provinsi Sumatera Barat.
- Belanja Modal
berpengaruh dan signifikan negatif terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah pada kabupaten dan
kota Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2009-
2013
- Belanja Pegawai
berpengaruh dan signifikan negatif terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah pada kabupaten dan
kota Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2009-
2013
Sumber : Diolah oleh peneliti 2.6 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian pustaka dan penelitian terhadulu maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
20
H2 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 HIPOTESIS