53
6. Sumber informasi media massa adalah penyalahgunaan seks yang
disebabkan oleh media massa yang menayangkan seks terlalu ekspos mengakibatkan kurangnya kemampuan remaja untuk mengarahkan emosinya
secara positif. 7.
Kehamilan sebelum menikah married by accident adalah pernikah dini yang disebabkan karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah, mempunyai
motivasi untuk melakukan pernikahan dini karena ada suatu kepaksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya
pernikahan. 8.
Peran orangtua adalah pernikahan dini yang disebabkan oleh dukungan dari orangtua bahkan keluarga. Orangtua atau keluarga meminta anaknya untuk
menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan
anaknya.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan yaitu melalui data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan cara wawancara mendalam indepth
interview pada remaja yang melakukan pernikahan dini berdasarkan pada pedoman wawancara yang telah disusun. Selain wawancara mendalam, peneliti
juga melakukan observasi pada lokasi penelitian.
Universitas Sumatera Utara
54
Data sekunder diperoleh dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Siantar Martoba Kota Pematangsiantar.
3.6 Metode Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan EZ Text. Penganalisaan data dilakukan dengan menggunakan penyajian data dalam bentuk matrix
terhadap variabel yang dimaksud. Data yang ditemukan akan dianalisa dengan menggunakan teori atau pustaka yang ada.
Universitas Sumatera Utara
55
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kecamatan Siantar Martoba adalah salah satu kecamatan di Kota Pematangsiantar, dengan luas wilayah 18,022 km² yang terdiri dari 7
desakelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Siantar Utara
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Siantar Timur Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siantar Selatan
Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Siantar Barat
4.1.1 Demografi
Kecamatan Siantar Martoba mempunyai penduduk sebanyak 38.750 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 19.368 jiwa dan wanita 19.382 jiwa data demografi
kecamatan siantar martoba, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 10.424 KK.
4.1.2 Menurut Agama Tabel 4.1
Persentase Penduduk Berdasarkan Agama No
Agama Persentase Penduduk
1 Islam
59 2
Protestan 36
3 Khatolik
4,9 4
Hindu 0,06
5 budha
0,04 Jumlah
100 Dari tabel diatas, tampak bahwa mayoritas penduduk kecamatan Siantar
Martoba menganut agama islam sekitar 59, kemudian diikuti penganut agama
Universitas Sumatera Utara
56
protestan sebanyak 36. Sementara itu penganut agama Khatolik hanya 4,9. Untuk penganut agama Budha sebanyak 0,04 dan penganut agama Hindu hanya
sekitar 0,06.
4.1.2 Menurut Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian Penduduk Desa Sambirejo Timur beragam-ragam. Berikut ini di sajikan data tentang Jenis mata pencarian penduduk.
Tabel 4.2 Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian
NO Mata Pencaharian
Jumlah KK
1 Buruh harian lepas
45 2
Petani 30
3 Pekerja Konstruksi
7 4
Pedagang 4,11
5 PNS
2,5 6
TNIPOLRI 0,35
7 Jasa
0,10 8
Pensiunan 1,44
9 Lainnya
9,44 Jumlah
100 Pada umumnya penduduk Kecamatan Siantar Martoba mayoritas bermata
pencaharian sebagai buruh kuli bangunan konstruksi. Sekitar 52 penduduk Kecamatan Siantar Martoba bekerja sebagai buruh bangunan baik sebagai tukang
maupun kernet bangunan. Selain bermata pencaharian sebagai buruh masih ada lagi mata pencaharian lain yang digeluti oleh penduduk Kecamatan Siantar
Martoba. Untuk ibu-ibu misalnya mempunyai peran ganda selain mengurusi urusan rumah tangga juga ikut membantu suami dalam mencari nafkah. Ibu-ibu
ini biasanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga ataupun buruh cuci pakaian baik di desa maupun di luar desa.
Universitas Sumatera Utara
57
4.1.3 Fasilitas Pendidikan Tabel 4.4
Fasilitas Pendidikan Kecamatan Siantar Martoba No
Sekolah Jumlah
1 TK
3 2
SD 18
3 SMP
3 4
SMA 2
5 SMK
1 TOTAL
27
Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Siantar Martoba memiliki 3 unittaman kanak-kanak, 18 unit Sekolah Dasar. Untuk tingkatan Sekolah Lanjutan
Pertama terdiri dari 3unit SLTP, 2 unit SMA dan 1 unit SMK.
4.2 Gambaran Umum Karateristik Informan
Dalam penelitian ini diperoleh 7 orang informan yang merupakan remaja putri yang sudah menikah dan bersuku jawa di Kecamatan Siantar Martoba Kota
Pematangsiantar dengan karateristik sebagai berikut :
Matrix 4.1 Distribusi Informan Berdasarkan Karateristik
NAMA UMUR
PEKERJAAN ALAMAT
USIA SAAT MENIKAH
Informan 1 19 tahun
Pembantu Rumah Tangga
Jl. Pdt
J Wismar Saragih
17 tahun Informan 2
17 tahun Ibu rumah
tangga Jl. Ronda Haim
no.12 16 tahun
Informan 3 19 tahun
Karyawan Ponsel
Jl. Simpang
Kerang 19 tahun
Informan 4 18 tahun
Jualan Jl.
Rakuta Sembiring no.
70 17 tahun
Informan 5 21 tahun
Pembantu Rumah Tangga
Jl. Rami Gg. Saudara
19 tahun
Universitas Sumatera Utara
58
Informan 6 17 tahun
Ibu rumah tangga
Jl. Perumahan Karang
Sari Permai
16 tahun
Informan 7 21 tahun
Ibu rumah tangga
Jl. Kebun
Tanjung Pinggir Gg. Rame
19 tahun
4.3 Gambaran Perilaku Terhadap Tingginya Angka Pernikahan Dini di Kecamatan Siantar Martoba Kota Pematangsiantar
4.3.1 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tentang pengaruh tingkat pendidikan informan terhadap pengambilan keputusan untuk menikah dini hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Matrix 4.2 Ditribusi Pengaruh Tingkat Pendidikan Informan Terhadap Pernikahan
Dini Informan
Pernyataan
1 Pentinglah kak, kalau nggak sekolah kita yaa mau jadi apa,
sekarang pekerjaan paling dikit minimal SMA gitu baru diterima kerja. Kalo tamat SMP aja kerja sama cina-cina itu lah kak, jual-
jualan di kios. Pernah tapi cuman sampe kelas 2 SMA aja kak.
Gara-gara nikah inilah kak nggak mungkin lanjut lagi. Nggak lah kak, payah juga ngurus suami lagi ngurus anak lagi
uangpun tak mendukung ya kan. 2
Penting kak, kan makin tinggi pendidikan kita makin gampang nyari kerja kak.
Pernah kak sampai SMP aja. Udalah kak sampai SMP aja uda syukur. Payah nanti kalo
dilanjutin orangtua nggak sanggup putus ditengah jalan pula nanti.
Iya sih kak, mau ngapain lagi ya kan, lebih baik nikah kak
Universitas Sumatera Utara
59
daripada di rumah orangtua trus jadi nambah pikiran orangtua nanti.
Aduh kak, malu lah uda nikah sekolah lagi, apa kata orang coba. Malu entah kita pas hamil misalnya pake baju sekolah.
3 Jelas pentinglah, jaman sekarang payah kalau cuman tamatan SD,
SMP gitu kak, SMA aja payah juga nyari kerja. Pernah kak, tapi sampai SMA aja.
Nggak ada duit kak, biaya kuliah kan mahal. Iya kak, biar lepas tanggungan dari orangtua juga, masih banyak
adek soalnya. Kek mana ya kak, uang sih sebenarnya yang nggak ada.
4 Penting kak, sekarang lagi kan makin banyak orang yang udah
kuliah-kuliah gitu, pasti lebih diterima kerja kalo pendidikannya tinggi gitu. Jadi sebenarnya lebih enak kalau kita bisa kuliah kak.
Pernah kak. Sampai SMP aja. Karna malas sebenarnya kak, udah gitu payah juga biayanya. Bukannya dikit itu SMA biayanya.
Bisa dibilang iya lah kak. Supaya lepas juga tanggungan orangtua ini.
Kalau uang memadai mau lah kak. Ini duit pun nggak ada. 5
Pendidikan itu yaa pasti penting. Kalau nggak sekolah wah payah lah mau kerja yang enak dan pasti gitu. Penerimaan PNS pun
minimal SMA kan. Pernah sampai tamat SMA aja. Uda lumayan lah itu kan hahaha.
Mau kerja aja langsung, lagian kuliah pun besar kali biayanya. Mau masuk aja butuh jutaan.
Sebenarnya nggak juga sih. Tapi uda memang jodohnya datang umur segini hahaha.
Mau lah kalau bisa kak. Sekarang mana ada yang nikah masi sekolah kan.
6 Penting kak. Yaa gimana yaa kak, kan kalau bisa sampe tamat
SMA gitu lebih dipandang orang, kerja pun enak, nggak susah- susah kerjanya nanti.
Universitas Sumatera Utara
60
Pernah kak, tapi gitulah kelas 1 SMA itu uda nggak sekolah lagi kak.
Karna inilah kak, kawin ini hahaha Iya kak, karna kan nggak bisa sekolah kalau kita lagi hamil gitu.
Malu lah kak, apa kata orang yak an. Kalo biasa-biasa aja pikiran orang yaa mau juga aku.
7 Penting lah itu. Kalau nggak tau apa-apa kita mau jadi apa.
Minimal bisa baca sama ngitung-ngitung aja lumayan. Kalau punya ilmu kita bisa kita kerja. Kalaupun nggak kerja yang
lumayan buka kede kan bisa. Kalau ngitung sama baca aja nggak bisa kek mana mau buat usaha sendiri kita coba.
Pernah lah. Sampai tamat SMA. Waduh kalau sampai kuliah nggak bisa lah, mahal kan kalau mau
kuliah. Kalau pun kita ngejar beasiswa tetap aja pasti ada kebutuhan-kebutuhan lagi nanti. Harus bagus juga itu penghasilan
orangtua. Mau kuliah sambil kerja nanti takutnya nggak fokus kuliahnya.
Salah satu alasannya lah itu hahaha. Pas pula kan uda kerja aku, jadi punya penghasilan sendiri trus dapat suami yang uda kerja
juga, bagus nikah ajalah. Mau sih, tapi tamat SMA aja uda cukuplah, bagus untuk biaya
anak aja uangnya. Berdasarkan matrix 4.2 diatas terlihat bahwa semua informan menyatakan
pendidikan itu penting. Dan keseluruhan informan menyatakan pendidikan yang tinggi mempengaruhi mudah atau tidaknya untuk mendapatkan pekerjaan. Dari 7
informan, 3 informan menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SMA, 2 informan menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SMP dan 2 informan
terputus pendidikannya di tingkat SMA. Sebagian besar informan menyatakan salah satu alasan menikah dini karena tidak melanjutkan pendidikan lagi. Untuk
Universitas Sumatera Utara
61
pertanyaan apakah jika di ijinkan pemerintah ingin sekolah lagi walaupun sudah menikah, 3 informan menyatakan ingin melanjutkan sekolah lagi namun ekonomi
yang tidak mendukung, 4 informan menyatakan tidak karena malu jika telah menikah namun masih sekolah.
4.3.2 Pengetahuan tentang Pernikahan Dini
Dari hasil wawancara untuk mengetahui tingkat pengetahuan informan mengenai pernikahan dini dan dampaknya, maka dapat dilihat tingkat
pengetahuan informan pada matrix berikut :
Matrix 4.3 Distribusi Pengetahuan Informan Tentang Pernikahan Dini
Informan Pernyataan
1 Pernikahan dini itu kayak nikah belum pas usianya. Misalnya
perempuan nikahnya dibawah umur 17 tahun trus laki-laki dibawah 18 tahun.
Dampaknya apa yaa, oh dampaknya payah pas hamil katanya. Karna masih muda kan jadi agak payah mungkin.
Kan beda itu ukuran pinggul yang dewasa sama yang nggak. 2
Apa yaa, nikah dini yang ku tau pernikahan yang dilakukan remaja yang seharusnya masih cocok untuk sekolah. Umur-
umur 17 tahun kebawah gitu lah. Bisa payah pas hamil kayaknya kak. Apalagi melahirkan
nanti. Payahnya ya misalnya karna pinggul kita masi kecil gitu.
3 Pernikahan dini itu pernikahan yang dilakukan oleh wanita
dibawah usia 19 tahun dan untuk pria dibawah 21 tahun. Dampaknya lebih ke kesehatan sih. Misalnya ada masalah pas
persalinan nanti. Kan usia ibu masih muda jadi pasti lebih beresiko sebenarnya. Yang usia diatas 20 tahun aja mau ada
masalah apalagi yang masi muda ya kan.
Universitas Sumatera Utara
62
4 Nikah dini orang yang menikah di usia yang masih muda.
Misalnya usia 17 tahun atau 16 tahun kebawah gitu. Dampaknya kurang tau juga sih, tapi ada yang bilang nanti
payah rahimnya karna masih terlalu muda. 5
Kalau menurutku pernikahan dini itu pernikahan yang dilakukan oleh remaja-remaja yang masih muda atau usianya
masih dini. Dampaknya ke kesehatan misalnya bisa payah melahirkan
karna belum melebar pinggulnya kan, kalau ke rumah tangga lebih rentan cerai, kan masih muda jadi masih labil pastinya.
6 Kurang tau sih kak, paling nikah yang dilakukan sama anak-
anak yang belum dewasa lah. Dewasa itu dari segi umur sama pemikirannya.
Kalo dampaknya sih yang ku rasain sering berantem gitu, namanya juga masih kecil yaa kan.
7 Kalau menurutku pernikahan dini itu perkawinan yang
dilakukan oleh anak yang belum beranjak dewasa secara pemikiran dan perkembangan badannya.
Dampaknya setauku lebih ke rumah tangga kayaknya loh, karna belum dewasa pemikirannya jadi masalah kecil pun jadi
besar, soalnya ada juga temanku yang menikah dini akhirnya cerai karena masih mau main-main dua-duanya.
Dari matrix 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar informan menyebutkan pernikahan dini itu adalah pernikahan yang dilakukan oleh remaja
yang masih dini atau masih anak-anak. Dari 7 informan, 4 informan menyatakan dampak dari menikah dini lebih pada masalah kesehatan misalnya masalah saat
melahirkan, 2 informan menyatakan dampak dari menikah dini lebih pada masalah rumah tangga misalnya perceraian, dan 1 informan menyatakan dampak
dari menikah dini adalah perceraian dan masalah kesehatan sewaktu melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
63
4.3.3 Tingkat Ekonomi terhadap Pernikahan Dini
Dari hasil wawancara mengenai faktor ekonomi yang memengaruhi keputusan informan untuk melakukan pernikahan dini, dapat dilihat pada matrix
berikut ini :
Matrix 4.4 Distribusi Pengaruh Tingkat Ekonomi Informan Terhadap Pernikahan Dini
Informan Pernyataan
1 Masalah ekonomi ? Bisa dibilang iya kak, setauku pun
orangtuaku ada juga ngutang-ngutang gitu, mana lagi adek- adekku pada masih SD gitu, jadi memang harus banyak duit
lah. Iya kak, apalagi anak paling besar, jadi kerja lah sambil bantu-
bantu dikit. Iya kak, karna lepas satu tanggungan gitu jadi tinggal adek
ajalah yang di biayai. Kalau dibilang lebih baik lumayan lah kak. Nggak sampai
ngutang juga sana sini. 2
Nggak juga sih kak. Bagus-bagus aja kok nggak seret-seret kali.
Nggak kak. Karna minta juganya dari orangtua tiap bulan walaupun dikit kan lumayan ngebantu.
Biasa aja kak kayak biasa. Nggak tau lah yaa kalau jadi makin terbeban pas aku uda nikah tapi masi minta duit hahaha.
Nggak lah kak. Kalau lebih baik nggak mungkin minta sama orangtua. Ngga ada kerjaan pula, suami pun nggak pernah
ngasih cukup. 3
Nggak. Alhamdulillah masih cukup lah. Bisa di bilang gitu lah, kan uda punya penghasilan sendiri juga.
Kalau dibilang lebih baik lumayan lah, karna aku uda nikah kan nggak mungkin ku minta lagi sama orangtuaku. Malu lah
Universitas Sumatera Utara
64
hahaha. Cukup lah untuk makan sama kebutuhan yang penting. Kalau
lebih baik sih bisa juga di bilang baik. 4
Iya kak, kerja orangtuaku pun cuman ngebotot jadi agak pas- pasan kali memang.
Nggak juga sih kak. Sebelum nikah pun uda kerja aku, uda biaya sendiri lah bisa dibilang.
Nggak kak, masihnya payah walaupun aku uda kerja sama uda nikah gini.
Biasa aja kak, mana lagi uda cerai kan nggaknya dapat nafkah dari suami.
5 Iya, nggak lumayan kerjaan orangtuaku soalnya.
Iyalah, nggak orangtua lagi yang ngasih makan kan, ada suami. Kayaknya iya lah, soalnya lepas beban satu orang hahaha.
Lebih baik kali nggak lah. Pas-pasan juga. Kerja suami pun nggaknya bagus-bagus kali. Apalagi udah ada anak kan makin
butuh duit. 6
Nggak kak. Tapi kalau dibilang bagus nggak juga. Sedang lah. Nggak juga kak. Akupun masih tinggal di rumah orangtua,
makanku pun masih di tanggung orangtua. Gimana yaa kak, makin payah pun kayaknya ini.
Nggak lah kak, kerjaan aja nggak ada, makanpun ditanggung. 7
Memang agak susah kami ini. Makanya kerja semua kami, kalau mengharapkan uang dari bapak aja nggak lah bisa terbeli
baju lagi. Iya. Supaya nggak dibiayai sama bapak lagi.
Kayaknya iya, kan makan pun uda dari duit sendiri. Biasa aja sih, tapi memang kadang-kadang susah juga, untuk
biaya anak, beli susu kan mahal. Dari suami pun kadang pas- pasan juga.
Universitas Sumatera Utara
65
Dari matrix 4.4 diatas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan informan, ada 4 informan yang mempunyai masalah ekonomi dalam keluarga mereka sebelum
menikah dan 3 informan tidak mengalami masalah ekonomi dalam keluarga mereka sebelum menikah. Mengenai pertanyaan apakah dengan menikah di usia
dini mengurangi beban keluarga, 4 informan menjawab iya dan 3 informan menjawab tidak. Setelah menikah dini 4 informan menyatakan bahwa ekonomi
keluarga mereka menjadi lebih baik dan 3 informan menyatakan ekonomi keluarga mereka menjadi lebih berat lagi karena informan masih menjadi
tanggungan walaupun sudah menikah. Sebagian besar informan menyatakan bahwa setelah menikah kebutuhan ekonomi informan sendiri tidak lebih baik
dibandingkan sebelum menikah.
4.3.5 Sosial Budaya terhadap Pernikahan Dini
Dari hasil wawancara dilihat seberapa berpengaruh faktor sosial budaya terhadap pernikahan dini, dapat dilihat dari matrix berikut ini :
Matrix 4.5 Distribusi Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pernikahan Dini
Informan Pernyataan
1 Kalau seumuranku nggak lah kak, paling diatas 20an gitu.
Kalau dibilang biasa sih nggak kak, jarang. Ada pun 4 tahun yang lalu nikah umur-umur 17an juga.
Nggak lah kak, jaman sekarang kan biasa umur-umur 25an keatas gitu nikah.
Kalau dibilang tidak laku tergantung umurnya kali ya kak, kalau diatas 30an iya mungkin.
Malu mungkin iya kak, kan orangtua ini pun pening kalau anaknya nggak nikah-nikah gitu.
Mahar nggak mahal lah, 500 ribuan gitu.
Universitas Sumatera Utara
66
Uda lumayan lah itu kak 2
Ada tiga orang juga kak yang setauku. Lumayan lah itu kan. Anak-anak disini yaa gitu kak, tamat SMA perempuannya kalau
bisa langsung nikah. Nggak juga kak, kan tergantung kita juga itu mau nikah cepat
atau nggak. Biasa juga kok kak usia tua sekarang baru nikah.
Kalau menurutku sih nggak kak, asal nggak tua-tua kali juga hahaha.
Hahaa biasalah kak standart ratusan ribu gitu, nggak nyampe sejuta lah. 700an ada kayaknya.
Menurutku ya banyak lah segitu kak. 3
Kalau banyak sih nggak juga, satu dua orang gitu lah. Nggak biasa, tapi ada lah yang nikah muda 4 tahun sekali gitu
kira-kira. Perawan tua sih nggak, tapi pinginnya nggak jauh gitu jarak
umur sama anak hahaha. Maunya kan jangan Nampak tua kali nanti kalaupun anak uda mulai agak besar.
Kalau menurutku sih iya, payah lah kalau perempuan udah agak berumur gitu baru nyari jodoh.
Ditanyain orangtua aja mungkin yaa, apalagi perempuan kan, takut pasti anaknya nggak nikah-nikah, ditanyain sama kawan-
kawannya, pasti lah agak malu gitu kalau uda berumur anaknya tapi belum nikah-nikah juga.
Satu juta kak. Banyak lah itu kak, uang pesta kan dari yang laki-laki juga.
4 Lumayan juga lah kak, kawanku pun udah 3 orang yang udah
nikah loh dikampung ini. Iya kak, kayakmana lah yah soalnya disini pun jarangnya ada
yang kuliah, jadi mungkin karna itu juganya itu, karna nggak lanjut lagi kan, bagus nikah.
Takut sih nggak kak, tapi pas datang pula jodoh umur segini kan
Universitas Sumatera Utara
67
hahaha. Menurutku iya kak, perempuan kalau uda tua kali pun susah
nanti nikahnya loh. Aib mungkin nggak kak.
Kalau mahar 500 ribu kak. Standart keknya segitu kak.
5 Nggak terlalu, tapi ada juga lah.
Nggak juga, jarangnya anak sini nikah cepat-cepat. Hahaha nggak lah, memang karna nggak mau lagi jadi
tanggungan orangtua kan bagus nikah, biar suami yang nanggung hidup.
Kalau tidak laku nggak juga, gini loh maunya ada batasan umurnya, jangan lah pula sampe kepala tiga, kalau itu orang pun
beranggapan nggak laku nanti. Aib sih nggak menurut aku, tergantung pemikiran orangtua sama
lingkungan kitanya itu, kalau memang kitanya yang sibuk kerja sih nggak lah sampe aib itu kalau kita nikah tua tapi tetap lah ada
batasan umur. Maharku yaa kak, satu juta ada lah kak.
Wah kalau untuk tamatan kek aku uda bisa lah itu kak.
6 Ada kak, tahun ini aja ada yang nikah juga, ada lagi ntah berapa
tahun yang lalu gitu ada juga yang nikah masih umur-umur 16an gitu kak.
Iya kayaknya yaa kak, yang nggak sekolah-sekolah lagi pun nikahnya itu kadang mau.
Nggak lah kak hahaha Kalau aku sih mikirnya iya kak, jarang disini perempuan nikah
20an tahunan gitu. Iya kayaknya kak, taulah orang jawa ini kak.
Nggak banyak lah kak, cuman 500 ribu. Haha bingung kak dibilang cukup yaa bisalah.
7 Setauku nggak lah, 20 tahunan juga kok rata-rata perempuan
disini nikahnya.
Universitas Sumatera Utara
68
Jarang, mungkin pas jaman-jaman dulu sering. Nggak takut, kan aku uda lama pacaran dulu, tamat SMA jadi
langsung nikah aja lah mending pikirku orang nggak lanjut kuliah lagi kok.
Menurutku nggak, perempuan sekarang sampe S3 pun sekolahnya dikejar sebelum nikah, makin banyak itu yang mau
laki-laki kan. Kalau anaknya nggak kerja-kerja trus nggak nikah yah aib lah,
pasti malu itu orangtua, tapi kalau anaknya pun sibuk kerja ngapain malu.
Satu juta kak maharnya. Cukup kok itu kak, yang penting kan nggak dari situ lagi duit
pestanya.
Dari matrix 4.5 diatas dapat dilihat 4 informan menyatakan bahwa pernikahan dini dilingkungan mereka bukan suatu kebiasaan dan jarang
ditemukan remaja yang melakukan pernikahan dini, namun 3 informan lainnya menyatakan pernikahan dini merupakan suatu kebiasaan di lingkungan mereka.
Dari keseluruhan informan, sebagian besar informan menyatakan alasan mereka melakukan pernikahan dini bukan dikarenakan takut dianggap sebagai perawan
tua, melainkan karna tidak melanjutkan sekolah lagi. Sebagian besar informan juga menyatakan bahwa menikah di usia tua bukan menandakan perempuan yang
tidak laku. Untuk pertanyaan mengenai apakah menikah tua merupakan aib bagi keluarga, 4 informan menyatakan bahwa hal itu termasuk aib dan memalukan bagi
orangtua mereka, namun 3 informan lagi menyatakan hal tersebut bukan merupakan aib karena di lingkungan mereka menikah di usia tua merupakan suatu
hal yang biasa. Semua informan menyatakan rata-rata mahar yang mereka terima
Universitas Sumatera Utara
69
sewaktu menikah hanya uang sebanyak Rp.500.000-Rp.1000.000 dan semua informan menyatakan itu adalah jumlah yang cukup untuk mahar mereka.
4.3.6 Sumber InformasiMedia Massa terhadap Pernikahan dini
Dari hasil wawancara mengenai pengaruh sumber informasimedia massa terhadap pernikahan dini, dapat dilihat pada matrix berikut ini :
Matrix 4.6 Distribusi Pengaruh Sumber InformasiMedia Massa Terhadap Pernikahan
Dini Informan
Pernyataan
1 Hampir tiap hari lah nonton tv kak.
Nggak pernah kak, di tv pun nggak ada iklannya ku liat. 2
Kalau tv yaa sering kak, tapi radio uda nggak lagi lah. Nggak pernah dengar aku kak kalau masalah pernikahan din gitu
3 Seringlah, nonton tv, radio kadang-kadang sih, koran pun agak
jarang juga. Pernah baca, tapi dari hp gitu, dari facebook pernah ngebaca
tautan orang, tp pun cuman sekilas aja. 4
Untuk nontonlah kak paling, radio pun lagu-lagu yang didengar. Nggak pernah kak, soalnya iklan di radio tentang kesehatan-
kesehatan gitu kan paling bahaya rokok aja yang sering ku dengar.
5 Aku nonton tiap hari pun. Tapi kalau baca koran nggak pernah.
Nggak pernah aku dengar berita-berita gitu masalah pernikahan dini.
6 Nonton lumayan lah kak.
Nggak kak, nggak pernah pun. 7
Nonton tv tiap hari, radio pun sering kalau uda sore-sore gitu dengerinnya.
Nggak pernah, mungkin ada kali yaa di Koran, tapi aku nggak suka pula baca koran orangnya.
Universitas Sumatera Utara
70
Dari matrix 4.6 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar informan hanya memanfaatkan media televisi dan radio sebagai sumber informasi. Terlihat
minimnya informan untuk memanfaatkan media cetak seperti koran atau majalah sebagai penambah pengetahuan mereka. Seluruh informan juga menyatakan
bahwa mereka tidak pernah mendapatkan informasi mengenai pernikahan dini dari media televisi maupun radio.
4.3.7 Kehamilan Sebelum Menikah Married by Accident terhadap Pernikahan Dini
Dari hasil wawancara mengenai pengaruh kehamilan sebelum menikah married by accident terhadap pernikahan dini, dapat dilihat pada matrix berikut
ini :
Matrix 4.7 Distribusi Pengaruh Kehamilan Sebelum Menikah Married by Accident
Terhadap Pernikahan Dini
Informan Pernyataan
1 Aduh kak, kayak mana yaa ceritainnya…. Aku dulu sering kali
pergi-pergi gitu sama cowokku kak, awalnya yaa biasa lah,
ciuman, trus bablas lah kak, makanya pun ini karna hamilnya nikah aku, sebetulnya kan kak nggaknya mau nikah aku, tapi
maulah di usir betulan aku sama bapakku kalau nggak kawin awak sama cowok awak itu. Makanya berhenti aku sekolah pas
kelas 2 itu lah. 2
Iya kak pernah, cowokku itu yang ngajak kak, aku pun pas pula cinta-cintanya sama dia disitu jadi mau-mau aja. Nggak tau aku
kalau uda hamil aja, uda 4 bulan baru sadar. 3
Hahaha ciuman lah paling, meluk lah juga. Namanya juga pacaran kan hahaha.
Universitas Sumatera Utara
71
Nggak lah sampai hamil duluan, masih mikirkan orangtua juga kan, maulah mati di tempat sempat anaknya kek gitu.
4 Seks yang berhubungan badan gitu yaa nggak lah kak. Ciuman
iya lah pula pernah hahaha 5
Pernah sekali, nyoba-nyoba, tapi dari situ nggak lagi lah, takut nanti hamil pula gawat, keenakan kan jadi lupa eh uda jadi aja
nanti. 6
Iya kak, pernah. Kan gini kak, aku pernah ketauan ibu ku berduaan gitu,
mungkin di kira ibuku aku uda diapa-apain atau hamil gitu lah, makanya di paksa nikah aku sama cowokku sebelum kelamaan,
nggak ada lagi disitu meriksa-meriksa. Makanya ku kira aku hamil eh rupanya nggak. Uda terlanjur nikah pula.
7 Kalau kayak ciuman gitu iyalah kadang-kadang. Tapi kalau
sampai main sama cowokku nggak lah, mau lah mati dibunuh ayahku aku sempat hamil duluan.
Dari matrix 4.7 diatas dapat dilihat semua informan menyatakan pernah melakukan seks terlebih dahulu sebelum menikah. Dan dari 7 informan, 2
informan menyatakan mereka melakukan pernikahan dikarenakan hamil terlebih dahulu.
4.3.8 Peran OrangtuaKeluarga terhadap Pernikahan Dini
Dari hasil wawancara mengenai peran orangtuakeluarga terhadap keputusan untuk menikah dini, dapat dilihat dari matrix berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
72
Matrix 4.8 Distribusi Peran OrangtuaKeluarga Terhadap Perniakahan Dini
Informan Pernyataan
1 Ada juga lah ikut ambil alih, karna posisi juga kepepet kan kak.
Mau nggak mau lah kak. Mamakku dulu nikah pun masi muda juga kak, tapi karna nggak
sekolah itu mungkin ya. 2
Iya kak. Mendukung lah kak, karna uda kejadian juga kak.
Nggak ada kak. 3
Nggak, aku sendiri yang uda mutuskan memang mau nikah aja. Mendukung kok, selama jelas siapa calonnya.
Nggak ada kalau keluarga dekat gitu. 4
Mamakku yang nyuruh kak, dia pun yang ngebet kali ntah kenapa.
Mendukung kali pun kak, malah senang kayaknya. Kakakku lah kak, mamakku pun juga dulu katanya.
5 Aku sih, mamakku engge-engge wae aja nya.
Mendukung, nggak ada juga dilarang supaya jangan nikah dulu. Nggak ada, baru aku sih.
6 Iya kak.
Mau ngga mau lah kak walaupun keberatan kali. Nggak ada kak, tapi mamakku cepat nikahnya juga itu.
7 Aku sendiri yang mau.
Mendukung, supaya lepas tanggungan juga kayaknya. Ada, kakak aku dulu nikah dini juga seumuran aku gini lah.
Dari matrix 4.8 diatas dapat dilihat dari keseluruhan jawaban informan menyatakan bahwa adanya dukungan dari keluargaorangtua informan untuk
menikah dini. Dan 4 informan menyatakan bahwa orangtuakeluarga mereka yang
Universitas Sumatera Utara
73
mengambil keputusan agar menikah di usia dini sedangkan 3 informan lain menyatakan bahwa mereka yang berkeinginan sendiri untuk menikah di usia dini.
Selain itu, adanya latar belakang keluargaorangtua informan yang menikah dini menjadi acuan informan untuk menikah dini juga.
Universitas Sumatera Utara
74
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Karakteristik Informan
Menikah adalah ibadah, itu berarti segala hal yang dilakukan dalam kerangka pernikahan bernilai ibadah dan mendapat pahala yang besar. Sebagai
pelaku pernikahan usia dini, masyarakat memahami pernikahan sebagai tanda sahnya hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami istri.
Dimulai dari pernikahan itulah kehidupan rumah tangga dijalani hingga akhirnya terbentuklah sebuah keluarga.
Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina
keluarga bahagia. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam mempersiapkan segala sesuatunya meliputi aspek fisik, mental, dan sosial
ekonomi. Pernikahan akan membentuk suatu keluarga yang merupakan unit terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan perkembangan
suatu masyarakat bangsa dan negara. Di dalam realitasnya, masih banyak remaja yang melakukan pernikahan tanpa kesiapan mental dan sosial ekonomi. Padahal
beberapa masalah kesehatan dapat timbul jika fisik remaja belum utuh perkembangannya. Dampak negatif lain yang juga dapat timbul adalah terjadinya
perceraian di karenakan psikologis remaja yang belum stabil. Dalam penelitian ini, usia informan saat menikah berkisar antara 16
sampai 19 tahun. Seluruh informan berejenis kelamin wanita karena lebih rentan terhadap masalah kesehatan. Keseluruhan informan bersuku jawa, karena lebih
Universitas Sumatera Utara
75
banyaknya yang melakukan pernikahan dini bersuku jawa. Dilihat dari jenis pekerjaan, 2 informan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, 3 informan
menjadi ibu rumah tangga, 1 informan bekerja sebagai karyawan ponsel dan 1 informan berjualan.
5.2 Tingkat Pendidikan terhadap Pernikahan Dini