75
banyaknya yang melakukan pernikahan dini bersuku jawa. Dilihat dari jenis pekerjaan, 2 informan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, 3 informan
menjadi ibu rumah tangga, 1 informan bekerja sebagai karyawan ponsel dan 1 informan berjualan.
5.2 Tingkat Pendidikan terhadap Pernikahan Dini
Dari hasil wawancara dengan informan dapat dilihat bahwa rata-rata pendidikan informan itu sendiri masih tergolong rendah. Tidak ada informan yang
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, ini dikarenakan tingkat ekonomi keluarga mereka yang tidak mendukung.
Seperti penuturan informan berikut ini :
Informan lain juga mengatakan :
Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua informan menyatakan pendidikan itu penting. Untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan baik.
“Penting kak, kan makin tinggi pendidikan kita makin gampang nyari kerja kak.
Pernah kak sampai SMP aja. Udalah kak sampai SMP aja uda syukur. Payah nanti kalo dilanjutin
rumah orangtua trus jadi nambah pikiran orangtua nanti.” “Penting kak, sekarang lagi kan makin banyak orang yang udah kuliah-
kuliah gitu, pasti lebih diterima kerja kalo pendidikannya tinggi gitu. Jadi sebenarnya lebih enak kalau kita bisa kuliah kak.
Pernah kak. Sampai SMP aja. Karna malas sebenarnya kak, udah gitu
a lah kak. Supaya lepas juga tanggungan orangtua ini.”
Universitas Sumatera Utara
76
Namun akibat keterbatasan biaya membuat informan tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Seperti pernyataan informan berikut ini :
”Udalah kak sampai SMP aja uda syukur. Payah nanti kalo dilanjutin orangtua nggak sanggup putus ditengah jalan pula nanti.”
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah menerima atau
memilih suatu perubahan yang lebih baik Suprapto dkk., 2004. Tingkat pendidikan menggambarkan tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam
merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi wawasan berpikir atau merespon pengetahuan yang ada di sekitarnya.
Namun mengenai pertanyaan apakah informan ingin melanjutkan sekolah lagi jika di ijinkan pemerintah walaupun dalam keadaan sudah menikah, 5
informan menyatakan tidak, karena alasan malu jika sudah menikah masih sekolah :
“Aduh kak nggak lah, malu lah uda nikah sekolah lagi, apa kata orang coba. malu entah kita pas hamil misalnya pake baju sekolah.”
Dan juga dikarenakan ekonomi yang tidak mendukung untuk melanjutkan pendidikan lagi :
“Kek mana ya kak, uang sih sebenarnya yang nggak ada.”
Hal senada juga dikemukakan Rahman dan Kabir 2005 faktor yang menyebabkan pernikahan usia dini di Bangladesh adalah pendidikan. Menurut
Hanum 1997, yang melakukan penelitian di Bengkulu Utara salah satu faktor
Universitas Sumatera Utara
77
yang berkaitan tinggi rendahnya usia kawin pertama adalah rendahnya akses kepada pendidikan.
Hasil penelitian menunjukkan, keseluruhan informan menyatakan bahwa pendidikan itu penting untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan layak,
namun dikarenakan keterbatasan ekonomi menyebabkan informan tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Tidak melanjutkan pendidikan
juga menjadi salah satu faktor penyebab remaja untuk menikah di usia dini. Pendapat yang sama terdapat pada penelitian Darmawan 2010 yang
menyatakan bahwa masyarakat yang tergolong menengah kebawah biasanya tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terkadang hanya
sampai bisa melanjutkan pendidikan menengah saja atau bahkan tidak menempuh pendidikan sama sekali, sehingga menikah seakan-akan menjadi solusi yang
mereka hadapi terutama bagi kaum hawa.
5.3 Pengetahuan Informan tentang Pernikahan Dini