10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pernikahan Dini
Menurut Alfiah 2010 dalam Jannah 2011, faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini yaitu:
a. Faktor Ekonomi Terjadi pada masyarakat yang tergolong menengah ke bawah. Biasanya
berawal dari ketidakmampuan mereka melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Terkadang mereka hanya bisa melanjutkan sampai sekolah
menengah saja atau bahkan tidak bisa mengenyam sedikitpun kenikmatan pendidikan, sehingga menikah merupakan sebuah solusi dari kesulitan yang
mereka hadapi. Terutama bagi perempuan, dimana kondisi ekonomi yang sulit, para orangtua lebih memilih mengantarkan putri mereka untuk menikah, karena
paling tidak beban mereka akan berkurang. Tetapi berbeda bagi anak laki-laki yang mempunyai peran dalam kehidupan berumah tangga sangatlah besar,
sehingga bagi kaum adam minimal harus mempunyai keterampilan terlebih dahulu sebagai modal awal membangun rumah tangga mereka. Bagi sebuah
keluarga yang miskin, pernikahan usia dini dapat menyelamatkan masalah sosial ekonomi keluarga.
b. Faktor Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan menjadikan para remaja tidak mengetahui
berbagai dampak negatif dari pernikahan anak. Dengan demikian meraka menikah
Universitas Sumatera Utara
11
tanpa memiliki bekal yang cukup tentang dampak bagi kesehatan reproduksi, mereka tentu tidak tahu. Untuk itu perlu sosialisasi dampak negatif ini, karena
rata-rata mereka hanya lulusan SD. Padahal pentingnya untuk memberikan pendidikan seks mulai anak berusia dini. Hal ini bertujuan agar anak nantinya
setelah dewasa mengetahui betul perkembangan reproduksi mereka, bagaimana menjaga kesehatan reproduksi mereka, dan kapan atau pada usia berapa mereka
sudah bisa memantaskan diri untuk siap melakukan hubungan yang sehat. c. Kekhawatiran Orang Tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki sangat dekat sehingga segera mengawinkan anaknya.
d. Media Massa Banyaknya media massa yang menayangkan seks menyebabkan remaja
modern kian permisif suka membolehkan terhadap seks. e. Faktor Adat
Faktor adat juga turut mengambil andil yang cukup besar, karena kebudayaan ini diturunkan dan sudah mengakar layaknya kepercayaan. Dalam
adat setempat mempercayai apabila anak perempuannya tidak segera menikah, itu akan memalukan keluarga karena dianggap tidak laku dalam lingkungannya. Atau
jika ada orang yang secara finansial dianggap sangat mampu dan meminang anak mereka, dengan tidak memandang usia atau status pernikahan, kebanyakan
orangtua menerima pinangan tersebut karena beranggapan masa depan sang anak akan lebih cerah, dan tentu saja ia diharapkan bisa mengurangi beban sang
orangtua. Tak lepas dari hal tersebut, tentu saja banyak dampak yang tidak terpikir oleh mereka sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
12
Menurut R.T. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari perkawinan usia muda adalah:
a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga. b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik
bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya. c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.
Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.
Terjadinya perkawinan usia muda menurut Hollean dalam Suryono disebabkan oleh:
a. Masalah ekonomi keluarga b. Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki apabila
mau mengawinkan anak gadisnya. c. Bahwa dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga
gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung jawab makanan, pakaian, pendidikan, dan sebagainya Soekanto, 1992.
Menurut teori Syafrudin dan Mariam, 2010. Faktor yang menyebabkan pernikahan usia dini adalah :
1. Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Universitas Sumatera Utara
13
Pendidikan secara umum dapat didefenisikan adalah suatu usaha pembelajaran yang direncanakan untuk mempengaruhi individu ataupun
kelompok sehingga mau melaksanakan tindakan-tindakan untuk menghadapi masalah-masalah dan meningkatkan kesehatannya. Berkaitan dengan defenisi
tersebut, maka pendidikan dibedakan atas tiga jenis yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.
Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan yang dicapai oleh seorang anak. Pernikahan anak seringkali menyebabkan anak
tidak lagi bersekolah, karena kini ia mempunyai tanggungjawab baru, yaitu sebagai istri dan sebagai calon ibu, atau kepala keluarga dan calon ayah, yang
lebih banyak berperan mengurus rumah tangga dan anak yang akan hadir. Pola lainnya yaitu karena biaya pendidikan yang tak terjangkau, anak berhenti sekolah
dan kemudian dinikahkan untuk mengalihkan beban tanggungjawab orangtua menghidupi anak tersebut kepada pasangannya UNICEF, 2006. Dari berbagai
penelitian didapatkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat pendidikan yang rendah dan usia saat menikah.
2. Ekonomi Motif ekonomi, harapan tercapainya keamanan sosial dan finansial setelah
menikah menyebabkan banyak orangtua menyetujui pernikahan usia dini UNICEF, 2001. Secara umum, pernikahan anak lebih sering dijumpai di
Universitas Sumatera Utara
14
kalangan keluarga miskin, meskipun terjadi pula di kalangan keluarga ekonomi atas. Di banyak negara, pernikahan anak seringkali terkait dengan kemiskinan.
Sayangnya, pernikahan gadis ini juga menikah dengan dengan pria berstatus ekonomi tak jauh berbeda, sehingga menimbulkan kemiskinan baru.
3. Sosial Budaya Budaya adalah satu kesatuan yang kompleks, termasuk didalamnya
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat istiadat, dan kesanggupan serta kebiasaan yang diperolah manusia sebagai anggota masyarakat. Latar belakang
budaya mempunyai pengaruh yang penting terhadap aspek kehidupan manusia, yaitu kepercayaan, tanggapan, emosi, bahasa, agama, bentuk keluarga, diet,
pakian, bahasa tubuh. a.
Adat Istiadat Di banyak daerah di Indonesia ada semacam anggapan jika anak gadis
yang telah dewasa belum berkeluarga dipandang merupakan aib keluarga. Untuk mencegah aib tersebut, para orangtua berupaya secepat mungkin menikahkan
anak gadis yang dimilikinya, yang pada akhirnya mendorong terjadinya pernikahan dini.
b. Pandangan dan kepercayaan
Di banyak daerah masih ditemukan adanya pandangan dan kepercayaan yang salah, misalnya kedewasaan seseorang dinilai dari status pernikahan, adanya
anggapan bahwa status janda lebih baik daripada perawan tua, adanya anggapan bahwa kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan pernikahan.
UNICEF mengemukakan dua alasan utama terjadinya pernikahan dini early marriage:
Universitas Sumatera Utara
15
1. Pernikahan dini sebagai sebuah strategi untuk bertahan secara ekonomi early marriage as a strategy for economic survival.
Kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan timbulnya pernikahan dini. Ketika kemiskinan semakin tinggi, remaja putri yang dianggap menjadi
beban ekonomi keluarga akan dinikahkan dengan pria lebih tua darinya dan bahkan sangat jauh jarak usianya. Hal ini adalah strategi bertahan sebuah
keluarga. 2. Untuk melindungi wanita protecting girls
Pernikahan dini adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa anak perempuan yang telah menjadi istri benar-benar terlindungi, melahirkan anak
yang sah, ikatan perasaan yang kuat dengan pasangan, dan sebagainya. Menikahkan anak di usia muda merupan salah satu cara untuk mencegah anak
dari perilaku seks pranikah. Kebanyakan masyarakat sangat menghargai nilai keperawanan dan dengan sendirinya hal ini memunculkan sejumlah tindakan
untuk melindungi anak perempuan mereka dari perilaku seksual pranikah. Mathur, Greene, dan Malhotra 2003 dalam International Center for
Research On Women ICRW, juga mengungkapkan beberapa penyebab pernikahan dini, yaitu:
1. Peran gender dan kurangnya alternatif gender roles and a lack of alternatives Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan
merupakan suatu periode ketika anak laki-laki dan anak perempuan menghadapi sejumlah tekanan yang menuntut mereka untuk menyesuaikan diri, menyelidiki,
dan mengalami kehidupan seperti yang telah budaya definisikan. Anak laki-laki pada sebagian besar masyarakat menghadapi tekanan sosial dan budaya selama
Universitas Sumatera Utara
16
masa remaja untuk berhasil di sekolah, membuktikan seksualitasnya, ikut serta dalam olahraga dan aktivitas fisik, mengembangkan kelompok sosial dengan
teman sebayanya, menunjukkan kemampuan mereka dalam menangani ekonomi keluarga dan tanggung jawab finansial. Remaja putri mengalami hal yang
berlawanan. Pengalamam masa remaja bagi para remaja putri di banyak negara berkembang lebih difokuskan pada masalah pernikahan, menekankan pada
pekerjaan rumah tangga dan kepatuhan, serta sifat yang baik untuk menjadi istri dan ibu.
2. Nilai virginitas dan ketakutan mengenai aktivitas seksual pranikah value of virginity and fears about premarital sexual activity
Beberapa budaya di dunia, wanita tidak memiliki kontrol terhadap seksualitasnya, tetapi merupakan properti bagi ayah, suami, keluarga, atau
kelompok etnis mereka. Oleh karena itu, keputusan untuk menikah, melakukan aktivitas seksual, biasanya anggota keluarga yang menentukan, karena perawan
atau tidaknya seseorang sebelum menikah menentukan harga diri keluarga. Ketika anak perempuan mengalami menstruasi, ketakutan akan aktivitas seksual sebelum
menikah dan kehamilan menjadi perhatian utama keluarga. 3. Pernikahan sebagai usaha untuk menggabungkan dan transaksi marriage
alliances and transactions Tekanan menggunakan pernikahan untuk memperkuat keluarga, kasta,
atau persaudaraan yang kemudian membentuk penggabungan politik, ekonomi, dan sosial cenderung menurunkan usia untuk menikah pada beberapa budaya.
Transaksi ekonomi juga menjadi bagian integral dalam proses pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
17
4. Kemiskinan the role of proverty Kemiskinan dan tingkat ekonomi lemah juga merupakan alasan yang
penting menyebabkan pernikahan dini pada remaja putri. Remaja putri yang tinggal di keluarga yang sangat miskin, sebisa mungkin secepatnya dinikahkan
untuk meringankan beban keluarga. Adapun pernikahan usia remaja yang disebabkan oleh faktor dari diri
sendiri, yaitu: 1. Menurut Sarwono 2006, pernikahan muda atau pernikahan dini banyak
terjadi pada masa pubertas karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah
sehingga menyebabkan kehamilan yang kemudian solusinya adalah dengan menikahkan mereka.
2. Sanderowitz dan Paxman dalam Sarwono 2006 menyatakan bahwa pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berpikir secara emosional
untuk melakukan pernikahan. Mereka berpikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Faktor penyebab lain pernikahan muda adalah perjodohan
orangtua. Perjodohan sering terjadi akibat putus sekolah dan permasalahan ekonomi.
3. Menurut Surjandi 2002, pernikahan usia remaja juga sering disebabkan oleh rasa ingin coba-coba, perubahan organobiologik yang dialami remaja
mempunyai sifat selalu ingin tahu dan mempunyai kecenderungan mencoba hal-hal baru.
Universitas Sumatera Utara
18
2.2 Perilaku Pernikahan Dini 2.2.1 Pengertian Perilaku