pola kerjanya dalam kegi atan sehari-harinya, dimana ideology hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini sebagai sumber
motivasi bagi manusia untuk melakukan perbaikan atas kinerjanya di dalam menempuh apa yang diinginkan dan apa yang direncanakan dalam Setiadi, 2011
2.2 Mobilitas Sosial
Menurut Horton dan Hunt 1987, mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerakan perpindahan dari suatu kelas sosial kelas sosial lainnya. Mobilitas
sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa
individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Tingkat mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada masyarakat yang bersistem kelas
sosial terbuka maka mobilitas sosial warga masyarakat akan cenderung tinggi. Tetapi, sebaliknya pada sistem kelas sosial tertutup seperti masyarakat feodal atau
masyarakat bersistem kasta maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cenderung sangat rendah dan sangat sulit diubah atau bahkan sama sekali tidak ada
dalam Narwoko, 2004.
2.2.1 Tipe-tipe Mobilitas Sosial
Sosiologi memandang mobilitas sosial sebagai salah satu gejala yang ditujukan pada gerakan berpindahnya status sosial satu ke status sosial lainnya.
Gerakan sosial social mobility diartikan sebagai gerakan dalam struktur sosial social structure, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi kelompok
sosial. Struktur sosial sendiri mencakup sifat-sifat dari hubungan antara individu dalam kelompok ini dan hubungan antara individu dan kelompok. Mobilitas sosial
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian ini dikaitkan dengan adanya perpindahan penduduk yang terkena bencana Gunung Meletus, ke tempat pengungsian. Dalam hal ini struktur dan
sistem sosial yang sudah tertanam sebelumnya di tempat mereka berasal akan mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang dahulunya
berkumpul dalam suatu sistem dan struktur yang sama berpencar. Ada penduduk yang tinggal penggungsian, tinggal tempat saudara dan bahkan ada penduduk yang
sudah membuat tinggal baru di daerah lain. Hal ini menyebabkan stratifikasi sosial yang sudah ada sebelumnya mengalami perubahan dan membentuk sistem yang
baru. Dalam hal ini, tipe-tipe gerakan sosial ada dua macam yaitu: 1. Gerakan sosial horizontal, yaitu peralihan individu atau objek-objek sosial
lainnya tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.
2. Gerakan sosial vertikal, perpindahan individu atau objek sosial dari kedudukan sosial yang satu kedudukan sosial lainnya dalam posisi yang tidak sederajat. Sesuai
dengan arahnya, dalam gerakan sosial vertikal ini dibedakan menjadi dua macam yaitu;
2.1. Gerakan sosial naik social climbing, gerakan sosial vertikal naik mempunyai dua bentuk yaitu:
1. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan sosial rendah ke posisi kedudukan sosial yang lebih tinggi. Contoh: Ibu Rika adalah seorang
guru Sosiologi di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah di SMA tersebut karena memenuhi persyaratan yang
ada.
Universitas Sumatera Utara
2. Pembentukan suatu kelompok baru, pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan kedudukan status sosialnya.
Contoh: pembentukan organisasi baru, dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi, sehingga statusnya naik,
2.2. Gerakan sosial turun social sinking, gerakan sosial vertikal menurun juga dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Turunnya kedudukan individu ke posisi atau kedudukan lain yang lebih rendah derajatnya. Contoh:
Dengan meletusnya Gunung Sinabung
Pembangunan Sembiring penyintas Gunung Sinabung mengalami stress karena rumah dan lahan telah tertutup oleh abu vulkanik dan harta benda tidak ada
terselamatka, dan ia harus meninggalkan tempat tinggalnya karena meletusnya Gunung Sinabung. Sehingga ia menggungsi dan tidak memiliki harta benda,
dengan keadan ini turunya kedudukan Pembangunan Sembiring karena tidak ada lagi harta benda yang dia miliki ke posisi yang lebih rendah derajatnya.
2. Turunya derajat sekelompok individu dari suatu derajat atau posisi atau kedudukan yang lebih tinggi ke posisi atau kedudukan yang lebih rendah. :
Dengan datangnya bencana ini penyintas Gunung Sinabung mengalami stres yang sangat tinggi karena rumah dan lahan masyarakat penyintas Sinabung
telah tertutup oleh abu vulkanik dan harta benda masyarakat penyintas Sinabung tidak ada yang tersisa. Masyarakat penyintas Sinabung harus
meninggalkan tempat tinggal mereka karena meletusnya Gunung Sinabung sehingga mereka harus menggungsi dengan keadan ini turunya kedudukan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat penyintas Sinabung ke posisi yang lebih rendah derajatnya karena tidak memiliki harta benda mereka.
Horton dan Hunt dalam Narwoko, 2004 mencatat ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas pada masyarakat modern yaitu:
1. Faktor struktural, yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan
harus diisi serta kemudian untuk memperolehnya. Ketidak seimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar
atau pencari kerja adalah termasuk faktor structural 2.
Faktor individu, yakni orang per orang baik dari tingkat pendidikannya, penampilannya, ketrampilan pribadi dan juga faktor kemujuran yang
berhasil mencapai kedudukan tersebut. Sementara ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas
sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut: 1.
Kemiskinan faktor ekonomi dapat membatasi sosial. Bagi masyarakat miskin mencapai
status sosial tertentu merupakan hal yang sangat sulit. 2.
Diskriminasi kelas sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas keatas, terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu organisasi
tertentu dengan berbagai syarat dan kententuan. 3.
Pembedaan ras dan agama dengan sistem kelas tertentu dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal keatas. Dalam agama tidak
dibenarkan sesorang dengan sebebas-bebasnya dan kehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
Universitas Sumatera Utara
4. Perbedaan jenis kelamin. Dalam masyarakat, pria di padang lebih tinggi
derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil dari pada wanita. Perbedaan ini mempengaruhi dalam mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan
kesempatan-kesempatan dalam masyarakat. 5.
Faktor pengaruh sosialisasi yang sangat kuat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama
berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku. 6.
Perbedaan kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam satu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling
bersaing untuk memperebutkan sesuatu. Dampak mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu: 1
Mendorong sesorang untuk lebih maju. Terbukanya kesempatan untuk pindah dari stara ke stara yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada
diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
2 Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik
mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contohnya perubahan dari masyarakat
agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya memiliki kualitas.
3 Meningkatkan intergrasi sosial. Mobilitas sosial dalam suatu masyarakat
dapat meningkatkan intergrasi sosial misalnya, ia akan menyesuaikan diri
Universitas Sumatera Utara
dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi sosial.
Dampak negatif yaitu: 1.
Konflik antar kelas di masyarakat terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Dan apabila
terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas
2. Konflik antarkelompok sosial. Di masyarakat juga terdapat pula kelompok
sosial yang beragam diantaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk
menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbullah konflik dalam suatu masyarakat.
2.3 Bencana Alam dalam Perspektif Sosiologi