Pengadilan, Negosiasi Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Waralaba

1. Pengadilan,

Lembaga resmi kenegaraan yang diberi kewenangan untuk mengadili, yaitu menerima, memeriksa, mengadili dan memutus perkara berdasarkan hukum materil dan hukum formil yang berlaku. 52 Apabila terjadi sengketa dari sebuah kontrak breach of contrac , diselesaikan secara perdata yang harus didahului dengan adanya surat gugatan ke pengadilan di wilayah hukum tergugat berada. Selanjutnya proses di pengadilan ini diupayakan melalui usaha perdamaian oleh Hakim Pengadilan Perdata. Perdamaian bisa dilakukan di luar pengadilan atau di muka pengadilan, apabila tercapai perdamaian maka gugatan dicabut oleh penggugat. Apabila jalan perdamaian tidak berhasil diupayakan, maka proses penyelesaian lewat jalur pengadilan akan ditempuh. Mengingat akan sifat dari pemberian waralaba khususnya format bisnis, maka penyelesaian lewat forum pengadilan relatif tidak menguntungkan. Cara ini kurang populer di kalangan pengusaha, bahkan kalau tidak terpaksa, para pengusaha pada umumnya menghindari penyelesaian sengketa di pengadilan . Hal ini kemungkinan disebabkan lamanya waktu yang tersita dalam proses pengadilan sehubungan dengan tahapan-tahapabn banding dan kasasi yang harus dilalui, atau disebabkan sifat pengadilan yang terbuka untuk umum sementara para pengusaha tidak ingin masalah bisnisnya dipublikasikan, ataupun karena penanganan penyelesaian sengketa tidak dilakukan oleh tenaga- tenaga ahli dalam bidang tertentu yang dipilih sendiri.

2. Negosiasi

Cara untuk mencari penyelesaian masalah melalui diskusi musyawarah secara langsung antara pihak-pihak yang bersengketa yang hasilnya diterima oleh para pihak tersebut. Jadi 52 Gatot , Arbitrasi dan Mediasi Di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006, hal .2 Universitas Sumatera Utara negoisasi tampak sebagai suatu seni untuk mencapai kesepakatan dan bukan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari. 53 Dalam praktik, negoisasi dilakukan karena 2 alasan, yaitu: 1. Untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya sendiri, misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual dan pembeli saling memerlukan untuk menentukan harga di sini tidak terjadi sengketa 2. Untuk menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang timbul di antara pihak. Negosiasi dilakukan dengan mendiskusikan perbedaan-perbedaan yang timbul di antara para pihak yang bersengketa melalui “musyawarah untuk mufakat” dengan tujuan untuk mencapai win-win solution sebuah solusi yang memuaskan semua pihak, bukan kemenangan satu pihak, atau kemenangan semu. Semua pihak harus mendapat keuntungan atau kerugian yang proporsional sesuai dengan posisi objektif para pihak yang terlibat. Jadi, penyelesaian sengketa dimaksud dapat diselesaikan atau tidak, sangat tergantung pada keinginan dan itikad baik para pihak yang bersengketa. Artinya, bagaimana mereka mampu menghilangkan perbedaan pendapat di antara mereka. Apabila penyelesaian secara damai telah disepakati oleh para pihak, mereka terikat pada hasil penyelesaian tersebut. Salah satu hal terpenting dalam negosiasi adalah kemampuan untuk menyampaikan posisi yang diinginkan dengan jelas dan menggunakan berbagai alasan untuk mendukung posisi tersebut. Hal lainnya adalah kemampuan untuk mematahkan argumentasi pihak lawan dengan memberikan alasan-alasan. Hasil akhir proses negosiasi adalah dituangkannya hasil kesepakatan tersebut ke dalam suatu perjanjian dalam bentuk tertulis, atau jika perlu sebaiknya dengan akta autentik akta notaris, dan secepatnya dilaksanakan. Menunda pelaksanaan hasil kesepakatan 53 Ibid, hal.1 Universitas Sumatera Utara bisa mengakibatkan perubahan persepsi para pihak yang terlibat, yang dapat membatalkan kesepakatan yang telah dicapai dalam negosiasi. Dalam pasal 6 ayat 2 UU No. 301999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa disebutka n: “Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 empat belas hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.” Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib di daftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak penandatangan Pasal 6 ayat 7 UU No. 301999.

3. Mediasi