Pertanyaan: Bagaimana pengaturan bisnis waralaba di indonesia?

18. Pertanyaan: Bagaimana pengaturan bisnis waralaba di indonesia? Jawaban: a. Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 1997 Tanggal 18 Juni 1997 Tentang Waralaba yang kini telah dicabut dengan dikeluarkannya peraturan terbaru yaitu Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2007 tanggal 23 Juli 2007 Tentang Waralaba Waralaba menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah RI No 16 tahun 1997 adalah “perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan dan atau penjualan barang dan atau jasa”. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 menyebutkan pengerti an waralaba adalah: “hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan ole h pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”. Dalam franchise ada dua pihak yang terlibat yaitu franchisor atau pemberi waralaba dan franchisee atau penerima waralaba di mana masing –masing pihak terikat dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian waralaba. Peraturan Pemerintah RI No.42 Tahun 2007 dalam pasal 1 ayat 2 yang dimaksud franchisor atau pemberi waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba dan dalam pasal 1 ayat 3 yang dimaksud franchisee atau penerima waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan dan atau menggunakan waralaba yang dimiliki pemberi waralaba. Universitas Sumatera Utara b. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259 Kep 7 1997 tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba dan dinyatakan tidak berlaku lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan RI No.12 M – DAG PER 3 2006 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba Peraturan Menteri Perdagangan RI No.12 M – DAG PER 3 2006, menegaskan kembali bahwa pemberian waralaba dapat dilakukan dengan pemberian hak lebih lanjut kepada penerima waralaba utama untuk mewaralabakannya kembali kepada penerima waralaba lanjutan. Dalam praktek seringkali disebut dengan Master Franchise yang menjadi kesepakatan pemberian waralabanya dibuat dalam suatu perjanjian penerima waralaba lanjutan. Dalam pasal 1 ayat 4 memberikan pengertian bahwa penerima waralaba utama Master Franchise adalah penerima waralaba yang melaksanaan hak membuat perjanjian waralaba lanjutan yang diperoleh dari pemberi waralaba dan berbentuk Perusahaan Nasional. Selanjutnya dalam pasal 1 ayat 5 menjelaskan lebih lanjut tentang penerima waralaba lanjutan adalah badan usaha atau perorangan yang menerima hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba melalui penerima waralaba utama. Perjanjian waralaba adalah perjanjian secara tertulis antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba utama. Perjanjian waralaba lanjutan adalah perjanjian secara tertulis antara penerima waralaba utama dengan penerima waralaba lanjutan. Kegiatan usaha waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara pemberi waralaba dan penerima waralaba dan terhadapnya berlaku Hukum Indonesia pasal 2 . Tujuan pembuatan perjanjian secara Universitas Sumatera Utara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna agar tidak timbul sengketa di kemudian hari. 4.3 Analisis Data 4.3.1 Analisis Praktik Pelaksanaan Bisnis Waralaba Usaha waralaba atau yang disebut juga dengan nama franchise merupakan suatu perjanjian penjualan produkjasa dengan merek dagang Pemberi Waralaba franchisor, dimana franchisor membantu Penerima Waralaba franchisee dibidang pemasaran, manajemen dan bantuan tehnik lainnya, dan atas hal tersebut Penerima Waralaba franchisee membayar fee atau royalti atas penggunaan merek Pemberi Waralaba franchisor. Bisnis waralaba merupakan salah satu cara untuk mempercepat meraih keuntungan, itu sebabnya tidak mengherankan jika bisnis ini selalu membangkitkan gairah bisnis pelakunya. Namun dibandingkan dengan waralaba dalam negeri, waralaba luar negeri cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek yang sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi. Pemilihan franchisee sebagai mitrapartner menjadi titik penentu berhasil tidaknya bisnis ini karena franchisee yang akan menjalankan usaha franchisor, sehingga franchisee haruslah orang yang tepat dan dapat dipercaya, harus ikut terlibat bersama-sama dan maju bersama dalam satu visi dan misi usaha yang sama dengan kata lain yang mempunyai cara pandang paradigma yang sama dalam mengembangkan usaha, sebab salah memilih franchisee bisa berdampak negatif. Karena franchisee yang tidak tepat bisa menjadi faktor penghambat dalam mengembangkan usaha, bisa merusak citra merek franchisor, mencuri sistem bisnis Universitas Sumatera Utara