3. menetapkan apa saja yang hendak dicapai dalam organisasi 4. menyelesaikan point
– point yang mudah untuk diselesaikan terlebih dahulu atau  menunda hal – hal yang rumit untuk diselesaikan
5. memberikan argumentasi yang logis serta analogi untuk menjelaskan posisi  pandangan.
Negosiasi ini bisa sederhana yang hanya dilakukan para pihak yang berkepentingan, dan bisa  juga  kompleks  melibatkan  negosiator  khusus  seperti  advokad,  penasihat  hukum,  lawyer,
disini para pihak telah mempunyai negosiator sendiri. Selanjutnya, mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan melibatkan pihak ketiga
yang  netral,  yang  tidak  memiliki  kewenangan  mengambil  keputusan,  yang  membantu  pihak-
pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian solusi yang diterima oleh kedua belah pihak. 16.
Pertanyaan:  Bagaimana  perkembangan  hukum  waralaba  sejak  franchise  AW  dibeli oleh Mr Zaina pada tahun 1985 hingga saat ini?
Jawaban:
Sejauh  ini  menurut  informan  yang  penulis  wawancarai,  perkembangan  hukum  di  Restoran AW  Plaza  Medan  Fair  berjalan  cukup  baik,  terbukti  dari  tidak  adanya  permasalahan
hukum hingga sekarang ini menyangkut usaha waralaba yang dijalankan di Restoran AW
Plaza Medan Fair.
51
17. Pertanyaan:  Apabila  terjadi  perselisihan  menyangkut  perjanjian  antara  franchisor
dengan franchisee perlindungan hukum seperti apa  yang diterima oleh franchisee?
51
Hasil wawancara dengan  Supervisor  Restoran Khas Amerika AW Plaza Medan Fair Medan Risdo. S pada tanggal 30 Mei 2013
Universitas Sumatera Utara
Jawaban:
Franchisee  perlu  memperoleh  perlindungan  hukum  dari  pemutusan  perjanjian  secara sepihak oleh franchisor hal ini dikarenakan adanya perjanjian baku yang dibuat hanya oleh satu
pihak saja  yaitu pihak franchisor. Dengan adanya pemutusan sepihak  yang tidak sesuai dengan perjanjian, maka franchisor telah melakukan wanprestasi. Oleh karena itu pihak franchisee dapat
meminta  ganti  rugi  sejumlah  uang  atau  pelaksanaan  perjanjian  kembali.  Penyimpangan  yang dilakukan  franchisor  ini  menimbulkan  wanprestasi,  yang  berakibat  kerugian  pada  franchisee.
Konsekuensi  yuridis dari tindakan wanprestasi adalah timbulnya hak dari pihak yang dirugikan untuk menuntut ganti rugi kepada pihak yang merugikan.
Pasal 8 PP No 42 tahun 2007 tentang Waralaba, menyebutkan franchisor wajib memberikan pembinaan  dalam  bentuk  pelatihan,  pembinaan,  bimbingan,  operasional,  managemen,
pemasaran, penelitian dan pengembangan kepada franchisee secara berkesinambungan. Sehingga apabila  franchisee  mengalami  kesulitan  dalam  memasarkan  franchisenya,  maka  franchisor
bersedia  melakukan  pembinaan.  Dalam  Pasal  7  PP  No.  42  Tahun  2007  menyebutkan  bahwa franchisor  wajib  mendaftarkan  prospektusnya,  yang  memberitahu  tentang   identitas  franchisor,
sejarah  kegiatan  usahanya,  struktur   organisasi  franchisor,  laporan  keuangan,  jumlah  tempat usaha,  daftar  franchisee  serta  hak  dan  kewajiban  para  pihak.  sehingga  franchisee  dapat
mengetahui secara jelas tentang franchise yang akan mereka pilih sebagai usahanya. Dalam PP No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba juga menyebutkan apabila franchisor tidak
melaporkan  prospektusnya,  maka  akan  dikenakan  sanksi.  Hal  tersebut  merupakan  salah  satu usaha  pemerintah  untuk  melindungi  franchisee  dari  franchisor  yang  hanya  ingin  mendapatkan
keuntungan dari bisnis waralaba.
Universitas Sumatera Utara
18. Pertanyaan: Bagaimana pengaturan bisnis waralaba di indonesia?