Langkah-Langkah Pelestarian Arsip Audio Visual

22 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelestarian arsip audio visual adalah daftar arsip yang telah diolah melalui kegiatan penataan secara fisik untuk melindungi agar dokumen yang dikerjakan tidak mengalami kerusakan sepanjang masa dan memudahkan dalam pencarian dan penemuan kembali arsip audio visual.

2.4.1 Langkah-Langkah Pelestarian Arsip Audio Visual

Arsip audio visual yang ada di lembaga kearsipan perlu dipelihara dan dilestarikan, karena untuk menjaga kondisi fisik dan informasi yang terkandung di dalam arsip. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelestarian arsip audio visual seperti pengolahan, pemeliharaan, penataan dan upaya penyelamatan arsip audio visual. Berikut uraian masing-masing dari langkah-langkah pelestarian arsip audio visual:

1. Pengolahan Arsip Audio Visual

Pengolahan adalah kegiatan yang dilakukan agar memudahkan penataan arsip. Sumrahyadi 2014, 6.13 mengemukakan bahwa “pengolahan arsip audio visual adalah kegiatan penataan secara intelektual dengan menghasilkan sarana penemuan kembali berupa daftar arsip dan inventaris”. Selanjutnya Sumrahyadi 2014, 6.15-6.18 menyatakan bahwa pengolahan arsip audio visual sebagai berikut: 1. Pengolahan arsip foto Pengolahan arsip foto dilakukan dengan pencatatan data-data melalui pendaftaran umum atau pendaftaran deskriptif. Data yang dikumpulkan dalam pendaftaran umum adalah judul koleksi foto dan kondisi fisiknya termasuk bentuk dan ukuran foto. Sedangkan dalam pendaftaran deskriptif adalah kondisi fisik, nama koleksi dan wilayah. Universitas Sumatera Utara 23 2. Pengolahan arsip film Arsip film adalah mendaftar arsip dengan cara melakukan pengecekan secara teknis terhadap bahan dasar film, jenis kopi, format, warna, parforsi, emulsi, mutu suara dan tingkat kerusakan. 3. Pengolahan arsip video Arsip video juga dilakukan pendataan dengan dibuatkan catatan mengenai kondisi arsip. Data informasi dalam arsip video adalah nomor identitas dari video, judul, perihal, masalah, tokoh atau pelaku, format, tempat, waktu masa putar, bahasa, mutu suara, kualitas gambar dan jenis video. 4. Pengolahan arsip rekaman suara atau kaset Untuk jenis arsip rekaman suara dapat dilakukan pengolahan dengan langkah sebagai berikut: a. Pembuatan indeks adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara meringkas isi dari rekaman yang akan memudahkan bagi pengguna tentang isi secara keseluruhan semacam daftar isi dari kaset. b. Pembuatan label adalah kegiatan pemberian label pada setiap kaset rekaman baik dari kulit kaset yang diluar ataupun pada kasetnya yang diharapkan dapat digunakan sebagai nomor identitas dari kaset agar tidak tertukar dengan isi kaset yang lain. c. Mengadakan penelitian dan pengecekan terhadap bentuk fisik, label kaset, mutu suara dan kondisi fisiknya. d. Pembuatan daftar kaset yang disusun menurut waktu penerimaan dan instansi pengkisah. e. Pembuatan transkripsi adalah pembuatan daftar dari seluruh isi kata- perkata dan kalimat-perkalimat tanpa mengubah isi dari pembicaraan dengan cara mendengarkan melalui transcriber. f. Pembuatan abstraksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merumuskan intisari dari arsip rekaman suara. g. Pembuatan buku sebagai sarana untuk penemuan kembali. 5. Pengolahan arsip microfilm Pendataan arsip microfilm sebagai berikut: a. Pencatatan nomor reel. b. Nomor lokasi penyimpanan. c. Judul koleksi. d. Kurun waktu tahun. e. Nomor bundel untuk arsip kertas yang telah dibuat microfilm. f. Jumlah berapa reel. g. Tahun pembuatan tanggal atau bulan atau tahun. h. Asal-usul membuat sendiri atau hibah. i. Lokasi asli. j. Kondisi fisik lainnya. 6. Arsip Elektronik Jenis arsip elektronik mempunyai kecendrungan meningkat dengan cepat seiring perkembangan teknologi informasi yang pesat sehingga organisasi harus mengikuti perkembangan tersebut kalau tidak ingin Universitas Sumatera Utara 24 kalah bersaing dengan pesaing atau untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan dalam Buku Pedoman Pengelolaan Arsip Dinamis Universitas Negeri Semarang 2013, 55-56 dinyatakan pengolahan arsip audio visual sebagai berikut: 1. Identifikasi adalah menentukan pencipta arsip, pemilik, dan sistem penataan yang digunakan. 2. Diskripsi adalah mencatatat data teknis dan intelektual arsip secara akurat. Isi diskripsi audio visual adalah sebagai berikut: a. Diskripsi arsip film dokumenter: nomor reel, tipe copy, ukuran, masa putar, warna, narasi, produksi, tahun produksi, copyright, series, file, isi informasi. b. Diskripsi arsip video: nomor video, tahun, format, durasi, tipe, warna, series, file, isi informasi. c. Diskripsi arsip foto: nomor positif atau item, nomor negatif, tempat atau lokasi, tanggal, jumlah, series, file, isi. d. Diskripsi arsip rekaman suara: nomor kaset, tanggal rekam, durasi, tipe copy, mutu suara, file, isi informasi. e. Diskripsi arsip rekaman suara sejarah lisan: nomor kaset, pengkisah, pewawancara, tempat atau tanggal wawancara, type copy, series, file, isi informasi. f. Diskripsi arsip microfilm: nomor reel, tahun, bundel, jumlah halaman, ukuran, selesai di microfilm, asal arsip, isi informasi. 3. Indeksing adalah memberi tanda pengenal arsip. 4. Labeling adalah menuliskan indeks atau tanda pengenal arsip pada tempat penyimpan arsip. 5. Tunjuk silang adalah memberikan kode atau tanda atau kata-kata yang memperlihatkan adanya hubungan informasi antara arsip video visual dengan lainnya. 6. Penyusunan sarana temu balik arsip finding aid adalah menyusun hasil diskripsi arsip secara sistematis pada suatu daftar inventaris, yang digunakan sebagai sarana bantu penemuan atau temu balik arsip audio visual film, video, foto, kaset, microform. 7. Penataan adalah menempatkan dan menyusun arsip audio visual pada rak atau lemari penyimpanan sesuai dengan penciptanya, format, dan ukuran arsip secara teratur pada ruang penyimpanan. Dalam Peraturan Gubernur Sumatera Barat 2006, 28-29 dinyatakan bahwa pengolahan arsip audio visual sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 25 1. Pemeriksaan arsip yang akan disimpan apakah sudah ada tanda bahwa arsip benar akan disimpan, apakah arsip lengkap dan apakah kondisi fisik arsip. 2. Penentuan kode klasifikasi adalah kegiatan untuk menentukan kode klasifikasi yang sesuai dengan informasi arsip yang menonjol subyek atau masalah yang terkandung didalamnya. 3. Penentuan indeks dan pelabelan, penentuan indeks adalah penentuan kata tangkap arsip yang dikaitkan dengan informasi yang terkandung didalamnya; pelabelan adalah kegiatan untuk menuliskan indeks dan kode klasifikasi yang telah ditentukan secara konsisten dan jelas. a. Pembuatan indeks dan label pada arsip film Penulisan indeks dapat ditempatkan pada label ditempelkan yang khusus digunakan untuk film, indeks terlebih dahulu ditempel pada pembungkus film dan diletakkan disisi samping pembungkus. b. Pembuatan indeks dan label pada arsip video Penulisan indeks dapat ditempatkan pada label ditempelkan yang khusus digunakan untuk video, indeks terlebih dahulu ditempel pada pembungkus video dan diletakkan pada samping kaset video. c. Pembuatan indeks dan label pada arsip rekaman suara Penempelan label kaset diletakkan disisi samping dan permukaan atas dari kaset. 4. Pembuatan indeks dan label pada arsip foto atau slide a. Negatif foto biasanya ditempatkan oleh pencetak foto pada plastik transparan yang berjalur. b. Positif foto penulisan indeks pada positif foto dapat dilakukan pada amplop dan dibelakang kertas positif foto. c. Slide penulisan indeks pada slide dapat dilakukan perbingkai dan diletakkan dibagian atas frame baik dibagian atas dari frame baik dibagian muka ataupun bagian belakang. 5. Membuat daftar isi berkas adalah memuat tentang isi atau teknis dari sebuah atau sekelompok arsip audio visual. Daftar isi file biasanya berbentuk tabel atau isian yang berisi tentang nomor, tanggal, peristiwa, time kode in-outnya untuk video atau track pada kaset audio, isi dan lain sebagainya. Daftar isi file ditempatkan atau disisipkan didalam pembungkus film atau video atau dalam sampul kaset audio. 6. Membuat tunjuk silang adalah kode atau tanda yang diberitahukkan adanya hubungan informasi antara arsip yang satu dengan yang lainnya. 7. Pengelompokan arsip adalah menyatukan arsip yang sesuai dengan klasifikasinya disusun sesuai dengan rencana pemberkasan. 8. Penyimpanan arsip adalah menempatkan dan menata arsip pada sarana yang tersedia sesuai dengan klasifikasi atau pengelompokan. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pengolahan arsip audio visual adalah kegiatan penataan arsip dengan penyediaan sarana penemuan kembali Universitas Sumatera Utara 26 berupa daftar arsip dan inventaris. Pengolahan arsip audio visual terdiri dari pengolahan arsip foto, pengolahan arsip film, pengolahan arsip video, pengolahan arsip rekaman suara, pengolahan arsip microfilm dan pengolahan arsip elektronik.

2. Penataan Arsip Audio Visual

Penataan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memudahkan temu balik arsip. Menurut Sumrahyadi 2014, 6.26 “penataan arsip audio visual adalah daftar arsip yang telah diolah melalui kegiataan penciptaan, pemeliharaan dan penggunaan secara fisik dan memudahkan dalam pencarian dan penemuan kembali arsip”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001, 935 “penataan adalah proses, cara, perbuatan menata, pengaturan dan penyusunan. Jadi penataan arsip audio visual adalah cara menata dan menyusun arsip dalam bentuk audio visual”. Selanjutnya Sumrahyadi 2014, 6.26-6.28 menyatakan bahwa penataan arsip audio visual sebagai berikut: 1. Penataan Arsip Foto Untuk arsip foto baik positif maupun negatif ditempatkan pada amplop satu amplop isinya satu foto. Untuk memudahkan penemuan kembali setiap amplop diberi identitas nomor secara berurutan dengan deskripsi dari gambar tersebut. 2. Penataan arsip film Peralatan yang biasa digunakan untuk menyimpan arsip film adalah cara baik terbuat dari kaleng ataupun dari plastik tetapi nampaknya lebih awet dan tahan dari korosi adalah dengan menggunakan can plastik. 3. Penataan arsip video Arsip video ditempatkan pada rak khusus yang disusun secara literal. Rak tempat penyimpanannya mempunyai identitas tertentu dengan nomor sementara tempat dan video kasetnya diberi label dengan nomor identitas yang sama. 4. Penataan arsip rekaman suara Arsip rekaman suara ditempatkan pada rak khusus atau pada tempat yang dirancang khusus. Penataannya disusun secara horizontal dengan Universitas Sumatera Utara 27 identitas nomor tertentu yang dimulai dari nomor kecil disebelah kiri menuju ke kanan. 5. Penataan arsip elektronik Film pada arsip elektronik biasanya diatur didalam directory yang telah diciptakan dan diolah oleh operating system. Directory tersebut pada dasarnya berfungsi sebagai daftar isi bagi media yang bersangkutan. Sedangkan dalam Penataan Fisik Arsip Media Baru 2011, 5 langkah- langkah penataan arsip audio visual sebagai berikut: 1. Direktur preservasi melakukan koordinasi dengan direktur akuisisi dalam rangka pengiriman arsip media baru hasil akuisisi. 2. Kasubdit penyimpanan arsip media baru menugaskan kasie penyimpanan arsip. 3. Rekaman suara, citra bergerak dan elektronik untuk menyusun perencanaan penataan fisik arsip media baru. 4. Kasie penyimpanan arsip rekaman suara, citra bergerak dan elektronik melakukan perencanaan penataan fisik arsip media baru dan meneruskannya kepada arsiparis atau pengelola arsip atau penata arsip di subdit penyimpanan arsip media baru. 5. Arsiparis atau pengelola arsip atau menata arsip di subdit penyimpanan arsip media baru memilah arsip media baru yang kondisinya masih baik maupun yang kondisinya sudah tidak baik, sehingga memiliki 2 dua daftar yaitu daftar arsip kondisi media baru yang kondisinya baik dan arsip kondisi media baru rusak serta memberikan laporan arsip media baru yang kondisinya masih baik maupun yang kondisinya rusak kepada kasie penyimpanan arsip rekaman suara, citra bergerak dan elektronik yang diteruskan kepada kasubdit penyimpanan arsip media baru. 6. Kasubdit penyimpanan arsip media baru dan melakukan koordinasi dengan kasubdit restorasi arsip dan memerintahkan kasie penyimpanan arsip rekaman suara, citra bergerak dan elektronik untuk melakukan penataan fisik arsip media baru. 7. Arsiparis atau pengelola arsip atau penata arsip di subdit penyimpanan arsip media baru melakukan penataan fisik arsip media baru yang meliputi tahapan: a. Mencocokkan judul pada fisik arsip dengan isi informasinya. b. Mengganti kemasan arsip sesuai dengan medianya. c. Labeling. d. Menata arsip sesuai dengan peta lokasinya. 8. Kasie penyimpanan arsip rekaman suara, citra bergerak dan elektronik menerima laporan hasil penataan arsip media baru dari arsiparis atau pengelola arsip atau penata arsip di subdit penyimpanan arsip media baru dan melakukan koordinasi dengan kasubdit penyimpanan arsip media baru. Universitas Sumatera Utara 28 9. Kasubdit penyimpanan arsip media baru mengirim arsip media baru yang akan diselamatkan informasinya karena kondisi fisik yang kurang baik kepada kasubdit reproduksi arsip. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penataan arsip audio visual adalah arsip yang telah diolah melalui kegiatan penataan secara fisik dan informasinya, untuk memudahkan dalam pencarian dan penemuan kembali arsip. Penataan arsip audio visual terdiri dari penataan arsip foto, penataan arsip film, penataan arsip video, penataan arsip rekaman suara dan penataan arsip elektronik.

3. Pemeliharaan Arsip Audio Visual

Pemeliharaan arsip audio visual dilakukan setiap enam bulan sekali dengan mengadakan pengecekan dan penilaian terhadap kondisi fisik arsip mana yang perlu diperbaiki dan mana yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Sumrahyadi 2014, 6.22 menyatakan bahwa “pemeliharaan arsip audio visual adalah untuk menjaga agar informasi arsip tetap dalam keadaan baik sepanjang waktu”. Selanjutnya Sumrahyadi 2014, 6.22-6.24 mengemukakan bahwa pemeliharaan arsip audio visual sebagai berikut: 1. Pemeliharaan arsip foto Arsip foto harus selalu diperiksa dari kemungkinan faktor alam seperti kelembapan udara atau faktor lainnya. Kelembapan menimbulkan tumbuhnya sejenis jamur berupa bercak-bercak putih yang menyerang foto baik positif maupun negatif. 2. Pemeliharaan arsip film Faktor dominan yang menyebabkan kerusakan pada arsip media baru adalah faktor fungsi atau sejenis jamur. Pemeliharaan dengan cara lain juga dapat dilakukan misalnya dengan cairan zat kimia tertentu misalnya larutan trychorotetine yang dituangkan pada kain pembersih. 3. Pemeliharaan arsip video Arsip video agak sedikit khusus, misalnya untuk membersihkan pita dari kotoran seperti debu atau jamur digunakan video cleaner yang Universitas Sumatera Utara 29 berfungsi sebagai pembersih video. Arsip juga memerlukan perawatan secara rutin agar terbebas dari segala kotoran. 4. Pemeliharaan arsip rekaman suara Rekaman suara yang sering dipinjam atau digunakan oleh user, dimungkinkan untuk dibuatkan copy atau back-up. Hal yang perlu diperhatikan adalah jauhkan rekaman suara dengan medan magnet yang dapat merusak rekaman suara dan rak dari kayu dimungkin untuk digunakan sebagai tempat penyimpanan. 5. Pemeliharaan arsip elektronik Secara umum untuk pemeliharaan arsip elektronik ada standar yang dapat digunakan sebagai berikut: a. Semua media harus ditangani dengan hati-hati. b. Tidak diperbolehkan dekat dengan medan magnet apalagi ditempelkan. c. Permukaan media tidak boleh disentuh dengan tangan terbuka karena tangan berkeringat dan sedikit mengandung minyak. d. Pergunakan pembungkus yang telah terstandar. e. Penulisan informasi pada label ditempelkan setelah ditulisi informasi yang lengkap. f. Hindarkan sinar matahari secara langsung termasuk benda-benda lain yang mengeluarkan panas terutama untuk media magnetic. g. Semua peralatan dimana media itu akan dipergunakan harus beroperasi dengan baik sehingga kemungkinan terhapusnya data semakin kecil. h. Pergunakan pembersih media yang sudah terstandar. Untuk mencegah kemungkinan kerusakan untuk negatif film suhunya antara 10 ℃ sampai 15℃ dengan tingkat kelembapan 50-55 RH. Untuk media lainnya seperti foto, film positif, video, rekaman suara dan lainnya suhu sekitar 15 ℃ sampai 18℃ dengan kelembapan 55- 65 RH. Dan tentukan saja penggunaan AC Air Conditioner selama 24 jam nonstop dengan dilengkapi thermometer dan hygrometer. Selain pendapat di atas Rusidi 2014, 8-9 menyatakan bahwa pemeliharaan arsip audio visual sebagai berikut: 1. Arsip foto Bahan arsip foto adalah kertas, plastik yang diisi silver bromide dengan proses kimiawi. Pemeliharaan arsip foto dengan cara disimpan pada amplop yang tidak mengandung asam, ditempel pada kertas atau disimpan dalam album. Arsip foto dimasukkan pada ruangan penyimpanan dengan suhu udara yang benar-benar konstan yaitu 20 C dan kelembapannya 40 RH. Universitas Sumatera Utara 30 2. Mikrofilm Microfilm mudah sekali rusak karena kelembapan yang tinggi, temperatur udara yang tidak tetap, cendawan dan tangan-tangan kotor yang berminyak. Pemeliharaan arsip microfilm dengan cara disimpan dalam ruangan yang ber AC. Temperatur dan kelembapan udara tetap stabil. Temperatur yang ideal antara 18-21 C dan kelembapannya 40- 50 RH. Cara penyimpanan arsip microfilm yaitu dengan cara digulung, dimasukan dalam kaleng tertutup dan tahan karat serta dibungkus dengan kotak koran dan disimpan pada mikrofil cabinet yang terdiri dari beberapa laci dan mempunyai sirkulasi udara yang baik dan terbuat dari logam yang tahan karat. 3. Arsip film Pemeliharaan arsip film dengan cara dibersihkan dengan bahan airmixer. Pembersihan ini dilakukan untuk menghilangkan jamur, karat dan kotoran yang ada pada film. Untuk membersihkan arsip film dapat juga dengan menggunakan cairan kimia larutan trichlorotin yang dituangkan dalam kain katun, kemudian kain tersebut ditempelkan pada kedua sisi film dan diputar secara perlahan dan teratur dengan menggunakan alat bantu atau mesin penggulung film rewinder. Arsip film film negative disimpan dalam ruang bersuhu rendah antara 10- 15 C dengan kelembapan 50-55 RH. 4. Disket dan kaset Pada dasarnya pemeliharaan arsip disket dan kaset tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan arsip foto atau film negative. Dalam hal ini suhu dan kelembapan udara menjadi pertimbangan utama. Pemeliharaan dan perawatan arsip media baru non kertas ini dilakukan secara rutin. Setiap 6 enam bulan sekali dilakukan pengecekan untuk diperbaiki atau dirawat sesuai dengan kondisi fisik arsip. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pemeliharaan arsip audio visual adalah upaya menjaga agar informasi arsip tetap terawat dengan baik, sehingga mencegah kemungkinan adanya kerusakan dan hilangnya arsip. Pemeliharaan arsip audio visual terdiri dari pemeliharaan arsip rekaman suara, pemeliharaan arsip foto, pemeliharaan arsip film, pemeliharaan arsip video dan pemeliharaan arsip elektronik. Universitas Sumatera Utara 31

2.4.2 Upaya Penyelamatan Arsip Audio Visual