auditor internal dan auditor eksternal. Komite audit pada umumnya memilikia akses langusng dengan setiap unsur
pengendalian dalam perusahaan. Pada saat ini berkomunikasi antara komite audit dengan berbagai pihak, belum terjalin dengan
erat dan belum berjalan sebagimana mestinya. Komunikasi komite audit dengan pihak yang berkepentingan yang berjalan
lancar, akan menghasilkan kinerja perusahaan meningkat, terutama dari aspek pengendalian.
2.5. Good Corporate Governance
Di Negara Indonesia, isi mengenai Good Corporate Governance mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepenjangan sejak
tahun 1984Sejak saat itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam praktek corporate governance. Prinsip-prinsip
dasar dari good corporate governance pada dasarnya memiliki tujuan memberikan kemajuan terhadap nilai perusahaan. Forum for good
corporate governance in Indonesia 2001 menjelaskan sistem corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan efektif kepada para
pemegang saham dan kreditur untuk memperoleh kembali atas investasi yang wajar, tepat dan seefesien mungkin, serta memastikan bahwa
manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Good
Corporate Governance merupakan:
Universitas Sumatera Utara
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang
peran dewan komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.
2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset
perusahaan. 3.
Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2006 yang tertuang dalam Pedoman Umum GCG di Indonesia terdapat 5 asas prinsip yang
menjadi pedoman dalam penerapan GCG yaitu antara : 1. Transparansi transparancy, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
perusahaan. 2. Kemandirian independency, yaitu suatu keadaan dimana
perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh tekanan dari pihak manapaun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip- prinsip korporasi yang sehat
3. Akuntabilitas accountability, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
terlaksana secara efektif. 4. Pertanggungjawabab responsibility, yaitu kesesuain didalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-udangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
5. Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di daloam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang0undangan yang berlaku. Hubungan good corporate governance dengan nilai perusahaan adalah
signalling dan endogenity. Dalam signalling, praktik good corporate governance menyebabkan peningkatan nilai perusahaan, karena penerapan
good corporate governance yang baik akan memberikan sinyal positif. Endogenity berarti perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi cenderung
menerapkan good corporate governance yang lebih baik. Manfaat good corporate governance akan dilihat dari harga saham yang bersedia dibayar
oleh investor. Jika investor bersedia membayar lebih mahal, maka dipastikan perusahaan tersebut menerapkan good corporate governance
Kusumawati dan Riyanto, 2005. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimaliasai konflik keagenan yang terjadi antara manajer pemegang saham. Keberadaan
investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang daimbil oleh manajer, Hal ini
disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan keputusan
Universitas Sumatera Utara
yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang
memonitor perusahaan, Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar lebih dari 5 mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor
manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional maka efesien pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan
institusional bertindak sebagai pencegan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen.
2.6. Struktur Modal