Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Jumlah Eschericia coli pada Air Minum Isi Ulang dengan Metode Desinfeksi Sinar Ultraviolet dan Ozonisasi di Kota Medan Tahun 2011

(1)

HIGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN JUMLAH Eschericia coli PADA AIR MINUM ISI ULANG DENGAN METODE DESINFEKSI

SINAR ULTRAVIOLET DAN OZONISASI DI KOTA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

OLEH:

NIM 071000078 SUKMA FAIZAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HIGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN JUMLAH Eschericia coli PADA AIR MINUM ISI ULANG DENGAN METODE DESINFEKSI

SINAR ULTRAVIOLET DAN OZONISASI DI KOTA MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

071000078 SUKMA FAIZAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

(4)

ABSTRAK

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat, salah satu alternatifnya adalah pemakaian air minum isi ulang karena harganya murah. Berdasarkan laporan pemerintah, beberapa produk depot air minum isi ulang mengandung Total coli dan Eschericia coli. Ini menunjukkan bahwa proses desinfeksi belum optimal. Untuk menjamin agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat maka diperlukan upaya penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum dan metode desinfeksi yang efektif membunuh bakteri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui higiene sanitasi dan pemeriksaan jumlah Eschericia coli pada air minum isi ulang dengan metode desinfeksi sinar ultraviolet dan ozonisasi di Kota Medan.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana, yaitu untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi depot air minum isi ulang dan ada atau tidaknya kandungan bakteri Eschericia coli di dalam air minum isi ulang yang telah diolah melalui metode desinfeksi sinar ultraviolet dan ozonisasi di Kota Medan tahun 2011 melalui observasi dan analisa laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa higiene sanitasi depot air minum di Kota Medan yang telah diperiksa sebagian besar telah memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 8 depot (80%). Air minum isi ulang yang telah diproses dengan metode desinfeksi sinar ultraviolet semuanya mengandung Eschericia coli yaitu sebanyak 5 depot (100%) dan air minum isi ulang yang telah diproses dengan metode desinfeksi ozonisasi, ditemukan mengandung Eschericia coli yaitu sebanyak1 depot (20%).

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada pemilik depot air minum untuk melakukan pemeriksaan air minum secara rutin sehingga kualitas air minum aman dan sehat. Selain itu, Pemerintah diharapkan untuk mengeluarkan peraturan mengenai pengawasan depot air minum sehingga pemilik depot air minum lebih memperhatikan proses pengolahan air minum.

Kata kunci : depot air minum, Eschericia coli, metode sinar ultraviolet, metode ozonisasi


(5)

ABSTRACT

Water is one of the most important human needs. To fulfill drinking water needs of the community, one of the alternative is the use of refill drinking water since it was cheap. According to the government report, some refill depot product treated water which contain Total coli and Eschercia coli. It means disinfection process not optimum. To ensure that drinking water is safe and healthy,it is necessary to attempt the implementation of water refill depot hygiene and sanitation, and disinfection methods that effectively kills bacteria.

The purpose of this research is to determine the hygiene and sanitation process, and the number of Eschericia coli of drinking water which use disinfection methods with ultraviolet light and ozonation in Medan City.

The method used in this research is simple descriptive experiment, which is to know the description of sanitary hygiene of water refill depot and the presence or absence of Escherichia coli bacteria content in water that has been processed through ultraviolet disinfection, and ozonation in Medan City 2011 through observation and laboratory analysis.

The results showed that the higiene sanitation of water refill depot in Medan City is compatible with health standard with 8 depots (80%). All of the water that has been processed by the method of ultraviolet disinfection are positve contain Eschericia coli with 5 depots (100%) and the water that has been processed by ozonation disinfection method, Escherichia coli are positive contain Eschericia coli with 1 depot (20%).

According to the results of the research, the owner of the water refill depot recommended to do a regular checks of the water so the quality of the water was safe and healthy. In addition, the government is expected to issue regulations regarding the supervision of water refill depot so that the owners could pay more attention to water treatment processes.

Key words: water refill depot, Eschericia coli, ultraviolet disinfection, ozonation disinfection


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sukma Faizah

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 04 Desember 1989

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Pasar 2 Setia Budi, Komplek Taman Harapan Indah Blok C No. 16 Tanjung Sari, Medan

Riwayat Pendidikan Formal :

1. 1995-2001 : SD Negeri 101900 Lubuk Pakam 2. 2001-2004 : SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

3. 2004-2007 : SMA Al Ulum Medan

4. 2007-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Riwayat Pendidikan Non Formal :

1. Training Mahasiswa Islam (Tamsil) PHBI FKM USU Tahun 2007 2. Training KeIslaman Dasar (T’KAD) UKMI Ad-Dakwah USU 2008 3. Pelatihan Dasar Jurnalistik (PDJ) UKMI Ad-Dakwah USU 2009

4. Training KeIslaman Lanjutan (TRANSIL) UKMI Ad-Dakwah USU 2010 5. Training KeIslaman Intensif (TRANSISI) UKMI Ad-Dakwah USU 2011 Riwayat Organisasi :

1. Anggota Bidang Pembinaan Anggota PHBI FKM USU Periode 2008-2010 2. Wakil Sekretaris Umum Bidang Kajian Kontemporer UKMI Ad-Dakwah USU

Periode 2009-2010

3. Ketua Bidang Kajian Kontemporer UKMI Ad-Dakwah USU Periode 2009-2010


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Higiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Jumlah Eschericia coli Pada Air Minum Isi Ulang Dengan Metode Desinfeksi Sinar Ultraviolet Dan Ozonisasi Di Kota Medan Tahun 2011” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan bagi kedua orang tua, Ayahanda Drs. H. Busra, SH, MH dan Ibunda Eldawati, SPd, yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang yang tiada putus-putusnya dan senantiasa memberikan doa, dukungan, serta nasehat kepada penulis.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Indra Chahaya S, M.Si, selaku dosen Pembimbing I dan Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan motivasi yang luar biasa dengan penuh keikhlasan serta waktu yang diluangkan kepada penulis dalam bimbingan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. dr. Devi Nuraini Santi, MKes, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah

memberi masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Prof. DR. Irnawati Marsaulina, MS, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.


(8)

6. dr. Surya Dharma, MPH, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu DR. Dra. Indah Anggraini, M.Si selaku Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Medan (BTKL-PPM) 8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan.

9. Teristimewa kepada keluarga, Kakanda drg. Yulia Fadilah dan drg. Ika Andryas, Adinda M. Rumi Ramadhan, serta keponakanku tersayang M. Rafi Aziz, terima kasih atas segala doa dan dukungan moril maupun materil, motivasi dan kasih sayang yang kalian berikan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

10. Kepada orang – orang istimewa yang telah memberikan dan berbagi banyak hal bersama, BU tersayang, teman-teman terbaikku, Hessy, Kak Nina, Kak Dina, Tania, Ilza, Yopa, Faizal, Kak Arinil, Oni, Sri L, Rahmi, Winni, Annisa, Sri E, Defi, Isna, Suli, Una, Hapni, Siti, dan Deden yang selalu menemani, memberikan dukungan dan motivasi serta kasih sayang yang tidak akan terlupakan oleh penulis.

11. Kepada adik-adikku tersayang seluruh pengurus PHBI terdahulu, UKMI FKM USU Periode 2011-2012, LDK UKMI Ad-Dakwah USU, Lembaga Jurnalistik UKMI Ad-Dakwah USU, DPW KAM RABBANI FKM USU, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

12. Terkhusus kepada kakanda-kakanda senior dan alumni yang telah memberikan sumbangan ide, dukungan dan pengalaman kepada penulis.

13. Rekan-rekan peminatan Kesehatan Lingkungan (IMAKEL) dan teman-teman di FKM USU atas do’a, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.


(9)

14. Kepada semua pihak yang telah banyak terlibat dan membantu Penulis selama menjalankan aktivitas perkuliahan sampai menyusun skripsi ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga bermanfaat.

Medan, Juli 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... .... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengertian Air Minum ... 8

2.2 Sumber Air Minum ... 9

2.3 Kualitas Air Minum ... 10

2.4 Manfaat Air Minum ... 12

2.5 Depot Air Minum ... 12

2.5.1 Pengertian Depot Air Minum ... 12

2.5.2 Peralatan Depot Air Minum ... 13

2.5.3 Proses Produksi Depot Air Minum ... 14

2.5.4 Proses Desinfeksi Pada Depot Air Minum ... 18

2.5.5 Higiene Sanitasi Depot Air Minum ... 28

2.6 Pencemaran Air Minum ... 37

2.7 Pengaruh Air terhadap Kesehatan……… . 37

2.8 Escherichia coli……… . 38

2.9 Kerangka Konsep Penelitian……….. ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 44

3.2.2 Waktu Penelitian ... 44

3.3 Populasi dan Sampel ... 44

3.3.1 Populasi ... 44

3.3.2 Sampel ... 45


(11)

3.4.1 Data Primer ... 45

3.4.2 Data Sekunder ... 46

3.5 Defenisi Operasional ... 46

3.6 Metode Pengukuran ... 47

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.8 Analisa Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 51

4.2.1 Karakteristik Responden ... 51

4.2.2 Higiene Sanitasi Depot Air Minum ... 53

4.2.2.1 Kualitas Bahan Baku ... 54

4.2.2.2 Tandon Air Bahan Baku ... 56

4.2.2.3 Tabung Filter ... 57

4.2.2.4 Mikro Filter ... 57

4.2.2.5 Peralatan Pompa dan Pipa Penyalur Air ... 58

4.2.2.6 Peralatan Desinfeksi ... 59

4.2.2.7 Pencucian Galon ... 60

4.2.2.8 Pengisian Galon ... 61

4.2.2.9 Operator ... 62

4.2.2.10 Pengawasan Tikus, Lalat, dan Kecoa ... 63

4.2.2.11 Pencahayaan ... 64

4.2.2.12 Faktor Higiene Sanitasi Lainnya ... 65

4.2.3 Hasil Pemeriksaan Bakteri Eschericia coli ... 66

4.2.4 Tabulasi Silang Antara Higiene Sanitasi dengan Kontaminasi Bakteri Eschericia coli ... 68

BAB V PEMBAHASAN ... 70

5.1 Karakteristik Responden ... 70

5.2 Higiene Sanitasi Depot Air Minum ... 71

5.2.1 Kualitas Bahan Baku ... 73

5.2.2 Tandon Air Bahan Baku ... 75

5.2.3 Tabung Filter ... 75

5.2.4 Mikro Filter ... 75

5.2.5 Peralatan Pompa dan Pipa Penyalur Air ... 76

5.2.6 Peralatan Desinfeksi ... 76

5.2.7 Pencucian Galon ... 77

5.2.8 Pengisian Galon ... 77

5.2.9 Operator ... 78

5.2.10 Pengawasan Tikus, Lalat, dan Kecoa ... 79

5.2.11 Pencahayaan ... 80

5.2.12 Faktor Higiene Sanitasi Lainnya ... 82


(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 90 6.1 Kesimpulan ... 90 6.2 Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pemilik Depot Air Minum di Kota Medan Tahun 2011 ... 52 4.2 Tabulasi Silang Higiene Sanitasi Depot Air Minum Dengan Depot

Menurut Metode Desinfeksi ... 53 4.3 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Kondisi

Bahan Baku Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 54 4.4 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Kondisi

Tandon Air Bahan Baku Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 56 4.5 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Kondisi

Tabung Filter Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 57 4.6 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Kondisi

Mikro Filter Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 58 4.7 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Kondisi

Peralatan Pompa dan Pipa Penyalur Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 59 4.8 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Kondisi

Peralatan Desinfeksi Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 60 4.9 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Fasilitas

Pencucian dan Pembilasan Galon Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 61 4.10 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Kondisi

Dalam Pengisian Galon Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 62 4.11 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Kondisi


(14)

4.12 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Pengawasan Tikus, Lalat dan Kecoa pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 64 4.13 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan

Pencahayaan pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 65 4.14 Tabulasi Silang Depot Menurut Metode Desinfeksi Dengan Faktor

Higiene Sanitasi Lainnya pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Medan Tahun 2011 ... 66 4.15 Hasil Pemeriksaan Bakteri Eschericia coli Pada Air Minum Isi

Ulang Dengan Metode Desinfeksi Sinar Ultraviolet dan Ozonisasi Di Kota Medan Tahun 2011 ... 67 4.16 Tabulasi Silang Higiene Sanitasi Depot Air Minum dengan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Skema Instalasi Pengolahan Air Minum

Lampiran 2 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang

Lampiran 3 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Lampiran 4 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Lampiran 5 Surat izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Lampiran 6 Hasil Uji Laboratorium BTKL

Lampiran 7 Surat izin telah melakukan penelitian dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan


(16)

ABSTRAK

Air merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat, salah satu alternatifnya adalah pemakaian air minum isi ulang karena harganya murah. Berdasarkan laporan pemerintah, beberapa produk depot air minum isi ulang mengandung Total coli dan Eschericia coli. Ini menunjukkan bahwa proses desinfeksi belum optimal. Untuk menjamin agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat maka diperlukan upaya penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum dan metode desinfeksi yang efektif membunuh bakteri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui higiene sanitasi dan pemeriksaan jumlah Eschericia coli pada air minum isi ulang dengan metode desinfeksi sinar ultraviolet dan ozonisasi di Kota Medan.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif sederhana, yaitu untuk mengetahui gambaran higiene sanitasi depot air minum isi ulang dan ada atau tidaknya kandungan bakteri Eschericia coli di dalam air minum isi ulang yang telah diolah melalui metode desinfeksi sinar ultraviolet dan ozonisasi di Kota Medan tahun 2011 melalui observasi dan analisa laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa higiene sanitasi depot air minum di Kota Medan yang telah diperiksa sebagian besar telah memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 8 depot (80%). Air minum isi ulang yang telah diproses dengan metode desinfeksi sinar ultraviolet semuanya mengandung Eschericia coli yaitu sebanyak 5 depot (100%) dan air minum isi ulang yang telah diproses dengan metode desinfeksi ozonisasi, ditemukan mengandung Eschericia coli yaitu sebanyak1 depot (20%).

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada pemilik depot air minum untuk melakukan pemeriksaan air minum secara rutin sehingga kualitas air minum aman dan sehat. Selain itu, Pemerintah diharapkan untuk mengeluarkan peraturan mengenai pengawasan depot air minum sehingga pemilik depot air minum lebih memperhatikan proses pengolahan air minum.

Kata kunci : depot air minum, Eschericia coli, metode sinar ultraviolet, metode ozonisasi


(17)

ABSTRACT

Water is one of the most important human needs. To fulfill drinking water needs of the community, one of the alternative is the use of refill drinking water since it was cheap. According to the government report, some refill depot product treated water which contain Total coli and Eschercia coli. It means disinfection process not optimum. To ensure that drinking water is safe and healthy,it is necessary to attempt the implementation of water refill depot hygiene and sanitation, and disinfection methods that effectively kills bacteria.

The purpose of this research is to determine the hygiene and sanitation process, and the number of Eschericia coli of drinking water which use disinfection methods with ultraviolet light and ozonation in Medan City.

The method used in this research is simple descriptive experiment, which is to know the description of sanitary hygiene of water refill depot and the presence or absence of Escherichia coli bacteria content in water that has been processed through ultraviolet disinfection, and ozonation in Medan City 2011 through observation and laboratory analysis.

The results showed that the higiene sanitation of water refill depot in Medan City is compatible with health standard with 8 depots (80%). All of the water that has been processed by the method of ultraviolet disinfection are positve contain Eschericia coli with 5 depots (100%) and the water that has been processed by ozonation disinfection method, Escherichia coli are positive contain Eschericia coli with 1 depot (20%).

According to the results of the research, the owner of the water refill depot recommended to do a regular checks of the water so the quality of the water was safe and healthy. In addition, the government is expected to issue regulations regarding the supervision of water refill depot so that the owners could pay more attention to water treatment processes.

Key words: water refill depot, Eschericia coli, ultraviolet disinfection, ozonation disinfection


(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu seratus derajat celcius. Ahli kimia mendefinisikannya terdiri dari dua unsur yaitu oksigen dengan dua lengan menggandeng hidrogen membentuk satu kesatuan disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar molekul tadi yang saling tumpang-tindih, yang tidak dapat dilihat melalui indera penglihatan secara langsung (Chandra, 2007).

Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air pun diperlukan oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan (Depkes RI, 2006).

Menurut Slamet (2004), air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 – 70% dari seluruh berat badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu minum minimal sebanyak 1,5 – 2 liter sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme.


(19)

Menurut WHO dalam Depkes (2006) beberapa data menyebutkan bahwa volume kebutuhan air bersih bagi penduduk rata-rata di dunia berbeda. Di negara maju, air yang dibutuhkan adalah lebih kurang 500 liter/orang/hari, sedangkan di Indonesia (kota besar) sebanyak 200 - 400 liter/orang/hari dan di daerah pedesaan hanya 60 liter/orang/hari.

Di perkotaan, air tawar bersih untuk air minum semakin langka. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar oleh berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah juga sudah tidak aman dijadikan sebagai air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun, harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat masyarakat sebagai konsumen mencari alternatif baru yang murah.

Air minum isi ulang menjadi pilihan yang lain. Air minum jenis ini dapat diperoleh di depot-depot dengan harga sepertiga lebih murah dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga yang beralih pada layanan ini sehingga keberadaan air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan. Namun sayangnya tidak semua air minum isi ulang dikelola dengan baik sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, terutama dalam persyaratan bakteriologis yaitu air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 0 Coli/100 ml air.


(20)

Bakteri E. coli merupakan parameter ada tidaknya materi fekal didalam habitat yang sangat menentukan kualitas air atau bahan makanan. E. coli dipilih sebagai indikator, karena bakteri ini ditemukan dimana-mana (dalam tinja manusia maupun hewan). Kehadiran E. coli di dalam air dan makanan yang berhubungan dengan kepentingan manusia sangat tidak diharapkan, karena kehadiran kelompok mikroba tersebut menandakan bahwa air atau makanan telah tercemar materi fekal, yaitu materi yang berada bersama tinja atau feses manusia (Kusnoputranto, 1986).

Hasil pengujian kualitas 120 sampel air minum isi ulang dari 10 kota besar (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2002, sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan adanya kontaminasi mikroorganisme. Sekitar 16% dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform, yang mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang.

Medan merupakan kota nomor tiga terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk di atas 2 juta jiwa ditambah ± 566 ribu jiwa penduduk yang tidak tetap, dengan tingkat konsumsi air minum rata-rata 2,1 - 2,8 liter per orang per hari, maka dibutuhkan sebanyak 5,5 - 7,2 juta liter per hari. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air khususnya air minum juga semakin meningkat. Namun kualitas air sumur dan air sungai di Medan ternyata sudah banyak yang tercemar, sementara pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi belum menjangkau semua warga (Johana, 2009).


(21)

Dinas Kesehatan Kota Medan telah memeriksa sejumlah 170 depot air minum isi ulang dan ditemukan 25 depot (14,7%) diantaranya positif terkontaminasi bakteri coli. Dinas Kesehatan kesulitan untuk melaksanakan pengawasan depot air minum isi ulang disebabkan instansi ini bukan sebagai pemberi izin. Perizinan dikeluarkan oleh Disperindag, sementara Dinas Kesehatan hanya sebagai pemberi rekomendasi. (Johana, 2009).

Air minum yang dihasilkan oleh depot air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Tetapi untuk menjamin agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat untuk dikonsumsi maka diperlukan proses pengolahan air yang tepat dan upaya penyelenggaraan higiene sanitasi depot air minum.

Proses pengolahan air baku menjadi air minum isi ulang pada prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan proses desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring oleh proses sebelumnya.

Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki pencampur ozon minimal

0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 254 mm atau kekuatan 2.537


(22)

derajat Angstrom. Proses desinfeksi sinar ultraviolet yaitu dengan melewatkan air ke dalam tabung atau pipa yang disinari dengan lampu ultraviolet (Sulistyandari, 2009).

Beberapa faktor dapat mempengaruhi kualitas air minum yang dihasilkan oleh proses di atas, diantaranya adalah kualitas sumber air baku, pengangkutan, jenis peralatan yang digunakan, pemeliharaan peralatan, penanganan air hasil pengolahan dan lain-lain. Pada produksi AMDK, seluruh proses pengolahannya dilakukan secara otomatis dan terkontrol sehingga apabila ada peralatan yang tidak berfungsi dapat diketahui dengan segera. Sedangkan pada proses pengolahan air di depot air minum isi ulang tidak seluruhnya dilakukan secara otomatis, sehingga hal ini diduga dapat mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan (Pitoyo, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian tentang pengaruh higiene sanitasi dan efektivitas proses desinfeksi pada depot air minum isi ulang yang menggunakan metode sinar UV dan ozonisasi terhadap jumlah E. coli pada air minum isi ulang di Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh higiene sanitasi dan efektivitas proses desinfeksi pada depot air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan ozonisasi terhadap jumlah E. coli pada air minum isi ulang di Kota Medan Tahun 2011.


(23)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh higiene sanitasi dan efektivitas proses desinfeksi pada depot air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan ozonisasi terhadap jumlah E. coli pada air minum isi ulang di Kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kondisi higiene sanitasi depot air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan ozonisasi di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang sebelum dilakukan

proses desinfeksi dengan metode sinar ultraviolet.

3. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi dengan metode sinar ultraviolet.

4. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang sebelum dilakukan proses desinfeksi dengan metode ozonisasi.

5. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi dengan metode ozonisasi.

6. Untuk mengetahui jumlah E. coli pada air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi dengan metode sinar ultraviolet dan ozonisasi sudah memenuhi standar persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pengelola depot air minum dan masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang mengenai higiene sanitasi dan kandungan


(24)

E. coli pada air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan ozonisasi, agar lebih baik lagi dalam mengelola depot air minum isi ulang dan lebih selektif dalam memilih depot yang higienis, bebas dari bahan tercemar dan memenuhi syarat kesehatan.

2. Sebagai masukan bagi instasi pemerintah terkait (Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan) dalam hal pengawasan dan pembinaan higiene sanitasi dan kualitas air minum isi ulang sehingga program yang disusun dan dilaksanakan dapat lebih berhasil dan berdaya guna.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Minum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, maka defenisi air minum adalah : “Air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.” Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55 - 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.

Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan manusia, dengan terpenuhinya kebutuhan air, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat berlangsung dengan baik. Sebaliknya jika kekurangan air proses metabolisme akan terganggu dan akibatnya akan menimbulkan kematian. Salah satu upaya pengamanan makanan dan minuman untuk melindungi kesehatan masyarakat adalah pengawasan terhadap kualitas air minum. Hal tersebut dikarenakan air minum merupakan salah satu komponen lingkungan yang mempunyai peranan cukup besar dalam kehidupan. Air dari sumber air baku harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu sampai air tersebut memenuhi syarat kesehatan (Mulia, 2005).

Air juga merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus


(26)

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Sumber Air Minum

Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2003):

1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni. Walau pada saat prestipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.

2. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.

3. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi


(27)

secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.

4. Mata Air

Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar.

Pada umumnya air baku depot air minum isi ulang bersumber dari mata air pegunungan dan PDAM. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 dalam Pasal 3 menetapkan bahwa depot air minum dilarang mengambil air baku yang berasal dari air PDAM yang ada dalam jaringan distribusi untuk rumah tangga.

2.3 Kualitas Air Minum

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga, untuk air minum, air mandi dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air tersebut.


(28)

1. Syarat Fisik

Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), tidak keruh (maksimal 5 NTU), dan suhu udara maksimal ± 30C dari udara sekitar.

2. Syarat Kimia

Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung zat-zat organik dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada batas maksimum dan minimum (6,5 – 8,5) dan tidak mengandung zat kimia beracun sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.

3. Syarat Bakteriologis

Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi Escherechia coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum. Keberadaan E. coli dalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja manusia.

4. Syarat Radioaktif

Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan. Efek radioaktivitas dapat berupa kerusakan pada sel, kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan. Sinar alpha, beta dan gamma berbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh (Mulia, 2005).

2.4 Manfaat Air Minum

Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap


(29)

saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjuta-juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lymph) lainnya (Depkes RI, 2006).

Menurut Slamet (2004), air digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Begitu juga dengan zat-zat makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang meliputi selaput lendir usus. Di samping itu, transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Air juga berguna untuk mempertahankan suhu badan karena dengan penguapannya suhu dapat menurun.

2.5 Depot Air Minum Isi Ulang

2.5.1 Pengertian Depot Air Minum Isi Ulang

Depot air minum isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen (Deperindag, 2004), sedangkan menurut Pedoman dan Pengawasan Higiene Sanitasi Depot Air Minum Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi Departemen Kesehatan, defenisi depot air minum adalah: “Badan Usaha yang mengelola air minum untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas.” Prinsip pengolahan air pada dasarnya harus mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi.


(30)

2.5.2 Peralatan Depot Air Minum

Alat-alat yang pada umumnya digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :

1. Storage Tank

Storage Tank berguna untuk penampungan air baku yang dapat menampung air sebanyak 3000 liter.

2. Stainless Water Pump

Stainless Water Pump berguna untuk memompa air baku dari tempat storage tank ke dalam tabung filter.

3. Tabung Filter

Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring patikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk untuk menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa klor dan bahan organik.

4. Micro Filter

Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang gunanya untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air minum.


(31)

5. Flow Meter

Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi ulang.

6. Lampu ultraviolet dan Ozon

Lampu ultraviolet dan ozon digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada air yang telah diolah.

7. Galon isi ulang

Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung atau menyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis. 2.5.3 Proses Produksi Depot Air Minum

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :

1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki pengangkut air bersih yang terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-zat beracun ke dalam air seperti food grade stainless steel atau wadah berlapis polycarbonat, dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir). Bak penampung juga harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas :


(32)

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman c. Harus mempunyai manhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi.

Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.

2. Penyaringan bertahap terdiri dari :

a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO

2) minimal 80%.

b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa klor dan bahan organik. Daya serap terhadap Iodine (I

2) minimal 75%.

c. Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron.

d. Tabung filter yang digunakan dalam proses penyaringan ini terbuat dari bahan food grade (aman untuk makanan dan minuman) contohnya terbuat dari bahan Poli Vinil Clorida (PVC), Polietilen (PP), Poli carbonat (PC), Stainless Steel


(33)

(SS) dan PVC Rucika (sudah food grade), selain itu juga harus mudah dalam pemeliharaannya serta tahan tekanan tinggi.

e. Tabung filter juga sebaiknya memiliki kemampuan dalam melakukan sistem back washing yaitu proses untuk membersihkan media filter dan dilanjutkan dengan pembilasan. Proses ini merupakan proses merekondisi media filter atau membuang kotoran yang tersaring oleh media yang dilakukan dengan cara merubah flow /aliran air sehingga media filter bekerja berlawanan dengan pengoperasian normal, lalu mengeluarkan air sisa backwash melalui saluran pembuangan/waste. Jadi proses backwash dilakukan untuk melepaskan partikel dari media filter sedangkan pembilasan berfungsi untuk mengatur lapisan media filter (filter bed) sebelum filter kembali beroperasi.

3. Desinfeksi

Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O

3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon

lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran ultraviolet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537

0

A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.

a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara pang an (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang


(34)

dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon (O

3) atau air ozon (air yang mengandung ozon).

Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85

0

C, kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci. b. Pengisian

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.

c. Penutupan

Penutupan wadah dapat dilakukan dengan penutup yang dibawa konsumen dan atau yang disediakan oleh depot air minum (Depkes, 2006).

2.5.4 Proses Desinfeksi pada Depot Air Minum

Desinfeksi air minum adalah upaya menghilangkan atau membunuh bakteri di dalam air minum. Di dalam depot air minum dikenal 2 (dua) cara desinfeksi yaitu: 1. Sinar Ultraviolet

a. Pengertian

Ultraviolet adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang diantara 100 – 400 nm (1nm = 0,0000001 mm). Panjang gelombang ini menempatkan ultraviolet diluar spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata. Sinar ultraviolet dibagi menjadi 4 (empat) spektrum, yaitu :


(35)

(1) UV, Sinar ultraviolet yang tidak dapat melewati atmosfir bumi.

(2) UV-A, berada diantara panjang gelombang 200 – 290 nm memiliki tingkat daya bunuh paling tinggi terhadap bakteri, protozoa maupun virus.

(3) UV-B, berada diantara panjang gelombang 290 – 300 nm terdapat dalam sinar matahari.

(4) UV-C, berada diantara panjang gelombang 300 – 400 nm terdapat dalam sinar matahari namun hampir tidak memiliki kemampuan sebagai desinfeksi.

b. Desinfeksi dengan UV

Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100 – 400 nm, dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air.

Radiasi sinar ultraviolet telah digunakan untuk desinfeksi air sejak pergantian abad 20. Apabila terdapat panjang gelombang yang terus menerus hingga mencapai panjang gelombang inframerah maka akan terjadi penurunan bahkan tidak ada kemampuan daya bunuh terhadap bakteri.

Secara alamiah sinar ultraviolet juga terdapat pada lapisan troposfer, tetapi tidak dalam jumlah yang besar. Dengan rusaknya ozon maka akan lebih banyak sinar ultraviolet memasuki lapisan troposfer. Apabila sinar ultraviolet tersebut dalam jumlah sedikit akan berguna bagi tubuh manusia dalam pembentukan vitamin D. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 280 – 320 nm bersifat bakterisidal dan sering digunakan untuk desinfeksi udara maupun air.


(36)

Desinfeksi menggunakan sinar UV mempunyai kelebihan dibandingkan dengan ozon dan klorin. Kelebihannya antara lain:

(1) Tanpa bahan kimia.

(2) Tanpa rasa atau bau yang mengganggu

(3) Sangat efektif dalam membunuh sebagian besar bakteri patogen seperti : E.coli, Giardia lamblia dan Cristoporidium.

(4) Tidak mengeluarkan produk sampingan yang bisa membahayakan. (5) Tidak tergantung pada pH

(6) Mudah pengoperasiannya

(7) Dapat menentukan dosis dengan tepat, dan jika dosis berlebih tidak menimbulkan masalah

Kerugian penggunaan sinar UV :

(1) Spora, cysta jamur, virus lebih resisten terhadap UV (2) Efisiensi tidak langsung dapat dimonitor

(3) Perlu pengkondisian karena UV juga di absorpsi oleh konstituen normal yang ada dan atau terlarut dalam air

(4) Iritasi pada kulit dan mata jika terkena kontak langsung c. Mekanisme desinfeksi UV

Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 253,7 nm mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat merusak Dcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid (RNA) yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan kematian bakteri. RNA berperan pada sintesis


(37)

protein mengatur anabolisme, menghasilkan dan membentuk enzim sebagai penyimpan makanan.

DNA terdapat dalam nukleus berisi kode genetika untuk reproduksi seluruh komponen sel. Air yang dilewati sinar ulra violet harus jernih. Air yang mengandung suspendid solid akan mempengaruhi transmisi dan penyerapan sinar ultraviolet sehingga dapat melindungi bakteri, terutama bakteri dengan ukuran yang lebih kecil dari partikel suspendid solid.

d. Faktor yang mempengaruhi daya kerja UV

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya kerja sinar ultraviolet pada pengolahan air minum, adalah :

(1) Kekeruhan

Air yang keruh akan menghalangi penyinaran sinar UV (2) Kontaminasi padatan

Sinar UV tidak efektif pada air dengan kontaminasi kepadatan tinggi. (3) Jarak antara lampu dengan permukaan air

Penyinaran pada jarak yang dekat akan lebih efektif dibanding dengan jarak yang semakin jauh.

(4) Temperatur

Temperatur yang semakin tinggi akan semakin menambah daya bunuh bakteri.

(5) Jenis Organisme

Bakteri yang menghasilkan spora sangat resisten sehingga pengaruh desinfeksi dengan sinar ultraviolet sangat kecil.


(38)

e. Sumber UV

Sistem UV menggunakan lampu mercury tekanan rendah berfungsi sebagai pusat energi listrik ultraviolet, yang tertutup dalam tabung quartz. Lampu tersebut banyak digunakan karena sekitar 85 % dari panas lampu adalah monokromatik pada panjang gelombang 253 nm. Panjang gelombang kisaran 250 – 270 nm, memerlukan ukuran panjang lampu 2,5 – 5 feet (0,75 – 1,5m) dengan diameter 0,6 – 0,8 inci (15 – 20 nm). Energi yang muncul dihasilkan oleh uap mercury yang diisikan kedalam lampu. Lampu yang tertutup oleh tabung ini dicelupkan dalam air yang mengalir dalam tangki sehingga tersinari oleh radiasi UV dengan panjang gelombang sebesar 2.537 A yang bersifat germmicidal. Namun transmisi UV dengan quartz berkurang sejalan dengan penggunaan yang terus menerus. Oleh karena itu lampu quartz harus dibersihkan secara teratur dengan cara pembersihan mekanik, kimiawi dan ultrasonik. Diusulkan bahan teflon sebagai pengganti quartz, namun transmisi radiasi UV nya rendah dibandingkan quartz.

f. Lama penyinaran UV

Lama penyinaran atau kontak merupakan faktor penting dalam desinfeksi air minum. Semakin lama kontak maka akan semakin banyak bakteri yang terbunuh. Menurut Query (2008), hidupkan UV selama jam kerja (jam kerja jam 8 pagi s/d 10 malam, maka UV dihidupkan jam 7.30 pagi s/d 10 malam), atau lebih baik hidupkan 30 menit lebih awal sebelum kerja karena panjang gelombang / penyinaran lampu UV baru akan stabil setelah dihidupkan selama 30 menit. Idealnya, untuk air minum isi ulang penggunaan UV minimal


(39)

adalah Tipe 5 GPM / lampu 30 watt dengan kecepatan laju air yang melaluinya adalah 19 liter / 1,5 menit. Maksudnya adalah jika UV yang digunakan 5 GPM / 30 watt maka untuk mengisi air 1 galon (19 liter) waktu yang diperlukan adalah 1,5 menit dan tidak boleh cepat.

2. Ozonisasi

a. Pengertian Ozon

Ozon adalah gas beracun dalam keadaan padat berwarna biru hitam, bila dicairkan akan berwarna biru tua dan bila dididihkan akan menjadi biru yang akhirnya terbentuk gas yang tidak stabil. Ozon atau O3, mudah larut didalam

air dan mudah terdekomposisi menjadi O2 pada temperatur dan pH tinggi,

karena sifat ini maka ozon harus disiapkan / dibuat sesaat sebelum digunakan. b. Pembuatan Ozon

Ozon dapat dibuat didalam alat yang dinamakan Ozoniser. Ozoniser adalah suatu unit alat yang menghasilkan arus listrik 5.000 – 20.000 v dan 50 – 500 Hz, mengubah O2 yang bersih dan kering menjadi Ozon (O3). Cara pembuatan

ozon tersebut dapat dilakukan dengan melewatkan udara kering yang telah difilter melalui tabung – tabung atau dilewatkan diantara lempengan tegangan listrik yang tinggi. Peluahan terputus-putus (intermittent discharge) yang berlangsung di antara dua elektroda pada lempengan tersebut akan menyebabkan elektron-elektron bertabrakan dengan molekul oksigen sehingga terbentuklah senyawa ozon (O3).


(40)

Reaksi pembentukan ozon secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :

O2 + e ---> 2 O + e (1)

O + O2 + M ---> O3 + (M) (2)

O3 + O ---> 2 O2 (3)

O3 + e ---> O + O2 + e (4)

Persamaan reaksi (1) dan (2) adalah reaksi pembentukan ozon, tetapi agar reaksi (2) berlanjut diperlukan material ketiga M. Material M tersebut dapat berupa oksigen, nitrogen atau dinding tabung. Di lain pihak jika reaksi terlus berlanjut maka ozon yang telah terbentuk akan terurai kembali melalui reaksi (3) dan (4). Dengan kata lain reaksi pembentukan dan peruraian ozon terjadi bersamaan di antara kedua kutup elektroda. Pada saat reaksi terjadi pada kesetimbangan terbentuk ozon pada konsentrasi dengan tertentu. Jika peluahan listriknya diperbesar atau voltase dinaikan, dan ruang peluahan yang dilaliri udara atau oksigen diperbesar sehingga waktu tinggal udara atau oksigen di dalam ruang peluahan menjadi lebih lama maka ozon yang terbentuk menjadi lebih besar. Tetapi pada saat mencapai konsentrasi yang tertinggi maka ozon yang terbentuk akan terurai kembali. Pada prakteknya konsentrasi ozon yang terbentuk berkisar antara 3 -4 % apabila menggunakan udara sebagai bahan baku. Jika menggunakan bahan baku oksigen murni konsentrasi ozon yang terbentuk berkisar 6 – 8 %.

c. Sifat-sifat Ozon

Ozon merupakan oksidator kuat yang bereaksi cepat dengan hampir semua zat organik, kecuali bagi ion klorida karena tidak bereaksi dengan ozon dan amonia yang sedikit bereaksi dengan ozon.


(41)

Sifat ozon yang bereaksi dengan cepat menyebabkan persistensinya didalam air hanya sebentar saja. Dengan demikian desinfektan ini kurang efektif bila ditujukan untuk menjaga kualitas air yang terkontaminasi di jaringan distribusi. Waktu paruh atau half life hanya 20 menit tanpa residen.

f. Mekanisme Cara Kerja Ozon

Dalam media cair ozon menghasilkan radikal bebas yang menginaktivasi mikroorganisme. Ozon mempengaruhi permeabilitas, aktivitas enzim dan DNA dari sel bakteri. Residu guanine dan/atau thymine merupakan sasaran dari ozon. Pengolahan ozon menyebabkan konversi circular plasmid DNA tertutup (ccDNA) E.coli menjadi circular DNA terbuka (ocDNA).

Ozon inaktivasi virus dengan cara merusak inti asam nukleat. Pelapis protein terpengaruh juga, namun perusakan pelapis protein kecil dan mungkin tidak ada pengaruhnya pada adsorpsi poliovirus ke dalam sel host (VP4, capsid polypeptide penyebab penempelan pada sel host, tidak terpengaruh oleh ozon). Terhadap rotavirus, ozon merubah capsid dan inti RNA.

e. Kemampuan Ozon

Ozon bersifat bakterisida, virusida, algasida serta mengubah senyawa organik komplek menjadi senyawa yang sederhana. Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena tidak meninggalkan bau dan rasa. Setelah melalui proses ozonisasi, air minum ditampung dalam tangki bersih untuk selanjutnya siap dikonsumsi.

Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak


(42)

ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman.

Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk membunuh bakteri-bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi, air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar zat-zat organik, besi dan mangan yang terkandung dalam air dapat dihilangkan. Kadar ozon pada tangki pencampur ozon minimum 0,6 ppm, sedangkan kadar ozon sesaat setelah pengisian minimum 0,1 ppm.

Desinfeksi dengan sistem ozonisasi, kualitas air dapat bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi, sedangkan yang tidak menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya dapat bertahan beberapa hari saja sehingga air sudah tidak layak dikonsumsi. Karena tanpa ozonisasi, pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat (Sembiring, 2008).

Keuntungan menggunakan ozon:

• Menghilangkan warna, rasa, dan bau pada air • Menambah konsentrasi oksigen pada air • Kecepatan desinfeksinya tinggi

• Mengurangi BOD dan COD

• Masih efektif pada konsentrasi yang rendah

• Tidak menimbulkan komponen yang berbahaya pada air • Daya desinfeksinya masih efektif pada kisaran pH yang luas


(43)

Kerugian penggunaan ozon :

• Prosesnya membutuhkan biaya yang besar

• Membutuhkan perlengkapan tertentu dan daya listrik yang besar 3. Reversed Osmosis (RO)

a. Pengertian

Indriatmoko dan Herlambang (1999) dalam Syafran (2004), Reversed Osmosis (RO) adalah suatu proses pemurnian air melalui membran semipermiabel dengan tekanan tinggi (50-60 psi). Membran semipermeabel merupakan selaput penyaring skala molekul yang dapat ditembus oleh molekul air dengan mudah, akan tetapi tidak dapat atau sulit dilalui oleh molekul lain yang lebih besar dari molekul air. Membran RO menghasilkan air murni 99,99%. Diameternya lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil dari sehelai rambut). Fungsinya adalah untuk menyaring mikroorganisme seperti bakteri maupun virus.

Bahan tambahan yang diperlukan dalam operasional unit pengolah air sistem RO antara lain : Kalium permanganat (KMnO4), anti scalant, anti fouling dan anti

bakteri. Kalium permanganat digunakan sebagai bahan oksidator terhadap zat besi, mangan dan bahan organik dalam air baku. Sistem pengolahan air sangat tergantung pada kualitas air baku yang akan diolah. Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan klorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem RO sehingga TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilangkan. 2.5.5 Higiene Sanitasi Depot Air Minum

Higiene sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap


(44)

air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Penilaian higiene sanitasi depot air minum didasarkan pada nilai persyaratan pemeriksaan fisik higiene sanitasi depot air minum, lokasi bangunan dan sarana sanitasi. Pedoman cara produksi yang baik depot air minum memberikan penjelasan mengenai cara produksi air minum yang baik pada seluruh mata rantai produksi air minum, mulai dari pengadaan bahan sampai penjualan ke konsumen. Higiene sanitasi depot air minum meliputi (Depkes RI, 2006):

1. Lokasi

a. Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan.

b. Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau bahan berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air.

2. Bangunan

a. Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya. b. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari :

- Ruangan proses pengolahan. - Ruangan tempat penyimpanan.

- Ruangan tempat pembagian/penyediaan. - Ruang tunggu pengunjung

c. Lantai


(45)

- Bahan kedap air.

- Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan.

- Kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan. - Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.

d. Dinding

Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut : - Bahan kedap air.

- Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan. - Warna dinding terang dan cerah.

- Selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung.

e. Atap dan langit-langit

- Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan tidak bocor.

- Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).

- Bahan langit-langit, mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu. - Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.

- Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai. f. Pintu

- Bahan pintu harus kuat, tahan lama.

- Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan. - Pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.


(46)

g. Pencahayaan

Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.

h. Ventilasi

Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara :

- Menjamin terjadi peredaran udara yang baik.

- Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum. - Menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan. 3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi

Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi sebagai berikut :

a. Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah

b. Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan). c. Tempat sampah yang memenuhi persyaratan.

d. Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap pengisian air.

4. Sarana Pengolahan Air Minum

a. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan (food grade) seperti :


(47)

- Tandon air baku.

- Pompa penghisap dan penyedot. - Filter.

- Mikro filter.

- Kran pengisian air minum curah. - Kran pencucian/pembilasan botol. - Kran penghubung (hose).

- Peralatan sterilisasi.

b. Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).

c. Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

5. Air Baku

a. Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

b. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum.

c. Untuk menjamin kualitas air baku harus dilakukan pengambilan sampel secara periodik.


(48)

6. Air Minum

a. Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

b. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali pengisian air baku.

c. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

7. Pelayanan Konsumen

a. Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih.

b. Proses pencucian botol dapat disediakan oleh pengusaha/pengelola air Depot Air Minum.

c. Setiap wadah yang diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter. d. Setiap air minum yang telah diisi harus langsung diberikan kepada pelanggan,

dan tidak boleh disimpan di DepotAir Minum. 8. Karyawan

a. Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

b. Bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran.

c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun). d. Memakai pakaian kerja/seragam yang bersih dan rapi.


(49)

f. Tidak berkuku panjang, merokok, meludah, menggaruk, mengorek hidung/telinga/gigi pada waktu melayani konsumen.

g. Telah memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air Minum.

9. Pekarangan

a. Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan. b. Selalu dijaga kebersihannya.

c. Bebas dari kegiatan lain atau sumber pencemaran lainnya. 10. Pemeliharaan

a. Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana yang menjadi tanggungjawabnya.

b. Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat meliputi : - Tugas dan kewajiban karyawan.

- Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern.

- Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan investigasi dan pembuktian).

Berikut adalah uraian detail tiap obyek pengawasan hygenesanitasi depot air minum:

1. Bahan baku yang dipakai sebagai bahan produksi air minum harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat Kesehatan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.


(50)

2. Kualitas air minum yang dihasilkan harus sesuai dengan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

3. Izin pengangkutan air mobil tanki dikeluarkan oleh instansi terkait, misalnya Dinas pertambangan atau dinas lainnya.

4. Zat-zat beracun yang dimaksud adalah Zn, Pb, Cu atau zat lainnya yang dapat membahayakan kesehatan

5. Bukti tertulis bisa berupa nota pembelian air baku dari perusahaan pengangkutan air.

6. Pengangkutan yang melebihi waktu 12 jam memungkinkan berkembangnya mikroorganisme yang membahayakan kesehatan.

7. Tandon penyimpanan air baku tidak terkena sinar matahari secara langsung. 8. Tandon air sebaiknya terbuat dari bahan food grade, seperti stainless steel atau

Poly Vinyl Carbonate (PVC).

9. Tabung filter air sebaiknya terbuat dari bahan food grade,seperti stainless steel atau Poly Vinyl Carbonate. Biasanya terdapat dua buah tabung yang berisi Pasir aktif dan karbon aktif. Tabungfilter ini harus tahan tekanan tinggi.

10. Sistem back washing adalah cara pembersihan tabung filter dengan cara mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran atau residu yang selama ini tersaring dapat terbuang keluar.

11. Bahan wadah tabung mikro filter terbuat dari bahan food grade.

12. Mikro filter terdapat lebih dari satu buah dengan ukuran berjenjang dari besar ke kecil. Contoh 10m, 5m, 1m, 0,4m(micron).


(51)

13. Masa pakai adalah umur (life time) dari mikro filter, masa pakai ini biasanya sudah ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter.

14. Pompa air sebaiknya terbuat dari stainless, dengan kekuatan tekanan kurang lebih 3-5kg/cm2, tekanan inidipergunakan untuk mendorong air melalui berbagai macam filter yang ada.

15. Alat penunjuk tekanan air adalah alat yang berfungsi untuk memonitor tekanan air hasil pemompaan dalam pipa penyalur.

16. Pipa penyalur atau distribusi menggunakan bahan food grade.

17. Peralatan desinfeksi harus ada pada sebuah depot air minum, dapat berupa ultraviolet atau ozonisasi atau peralatan desinfeksi lainnya atau bisa lebih dari satu alat desinfeksi yang berfungsi dan digunakan secara benar, contohnya jika kemampuan peralatan tersebut 8GPM (gallon per minute) berarti paling tidak, kran pengisian depot digunakan untuk mengisi sekitar 6-7 galon permenitnya. 18. Masa efektif membunuh kuman adalah umur (life time) dari peralatan

desinfeksi, masa efektif ini biasanya sudah ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter.

19. Fasilitas pencucian botol (galon) adalah sarana pencucian botol untuk membersihkan botol yang terdapat pada depot.

20. Fasilitas pembilasan botol (galon) adalah sarana pembilasan botol untuk membilas bagian dalam botol.

21. Fasilitas pengisian adalah sarana pengisian produk air minum kedalam botol (galon) yang terdapat diruang tertutup.


(52)

22. Setiap galon yang telah diisi langsung beri tutup yang baru dan bersih. Tetapi bukan dengan metode wrapping.

23. Pihak depot sebaiknya tidak membuat stock botol (galon) yang telah diisi, lebih dari 1x24 jam, botol yang telah diisisebaiknya langsung dibawa oleh konsumen. 24. Perilaku hidup bersih dan sehat dari operator.

25. Surat keterangan telah mengikuti kursus hygiene sanitasi depot air minum bisa didapat dari penyelenggara atau instansi yang melaksanakan kursus higiene sanitasi depot air minum, seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,Kab/kota atau asosiasi Depot Air Minum.

26. Depot air minum harus bebas dari tikus, lalat dan kecoa karena dapat mengotori dan merusak peralatan.

2.6 Pencemaran Air Minum

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air minum bukan air murni, meskipun bahan-bahan tersuspensi dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tetapi air minum masih mengandung komponen-komponen terlarut. Air minum yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan air minum (Ferdiaz, 1992). 2.7 Pengaruh Air terhadap Kesehatan

Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular (Mulia, 2005).


(53)

Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung disebut penyakit bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Menurut Slamet (2007) beberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia diantaranya:

a. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi, dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.

b. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba hystolytica. Gejala utamanya adalah tinja yang tercampur darah dan lendir.

c. Thypus abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan penyebabnya adalah Salmonella typii. Gejala utamanya adalah panas yang terus-menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu setelah infeksi.

d. Diare disebabkan oleh bakteri koliform misalnya E. coli bersifat patogen dengan gejala kram perut, mual dan rasa tidak enak badan.

2.8 Escherichia coli

Escherichia coli umumnya diketahui terdapat secara normal dalam alat pencernaan manusia dan hewan. Escherichia coli yang menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC). ada 2 (dua) golongan Escherichia coli penyebab penyakit pada manusia yaitu:

1. Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC) yaitu mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu


(54)

inkubasi penyakit ini 8 – 24 jam dengan gejala diare, muntah-muntah dan dehidrasi serupa dengan kolera.

2. Entero Invasive Escherichia coli (EIEC) yaitu mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang usus besar) atau gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah.

Pangan yang sering terkontaminasi bakteri ini adalah susu, air minum, daging, keju dan lain-lain. (Nurwantoro, 1997)

Di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya menggunakan bakteri Escherichia coli untuk pengujian air minum. Bakteri Escherichia coli lebih mudah mengisolasinya daripada jenis bakteri lainnya. Keberadaan bakteri Escherichia coli dalam sumber air dan makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia (Chandra, 2007). Karena itulah jika air atau makanan mangandung Escherichia coli, hendaknya harus dipertimbangkan penolakan pemakaian untuk air minum, sebab besar kemungkinan air atau makanan tersebut tercemar bahan-bahan kotor (Azwar, 1990).

Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia yang peranannya besar sekali terhadap kesehatan manusia. Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan manusia, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Sutrisno, 1996). Didalam penularan penyakit, air berperan dalam empat cara:

1. Cara Water Borne

Kuman patogen dapat berada di dalam air minum untuk manusia dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat terjadi


(55)

penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung ini seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau water borne disease. Diantara penyakit-penyakit tersebut diantaranya penyakit cholera, thypoid, hepatitis infeksiosa dan dysentri basiler. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Kusnoputranto, 2000).

2. Cara Water Washed

Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan umum alat-alat terutama alat-alat dapur dan makan dan kebersihan perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi penularannya pada manusia. Kelompok penyakit-penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis. Peranan terbesar air bersih dalam cara penularan water washed terutama berada di dalam bidang higiene dan sanitasi. Mutu air yang diperlukan tidak perlu seketat mutu air bersih untuk air minum, yang lebih menentukan dalam hal ini adalah banyaknya air yan tersedia. Kelompok penyakit yang sangat dipengaruhi oleh cara penularan ini sangat banyak dan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu (Kusnoputranto, 2000) :

a. Penyakit - penyakit infeksi saluran pencernaan yaitu penyakit diare

Penyakit diare merupakan penyakit yang penularannya bersifat fecal oral. Karena, penyakit-penyaki diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur diantaranya jalur yang melalui air (water borne) atau jalur yang melalui


(56)

alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed). Contoh penyakit dalam kelompok ini serupa dengan yang terdapat pada jalur water borne yaitu cholera, thypoid, hepatitis infeksiosa dan dysentri basiler. Berjangkitnya penyakit-penyakit ini sangat erat dengan kurang tersedianya alat untuk makan minum dan memasak serta untuk kebersihan alat-alat makan.

b. Penyakit infeksi kulit dan selaput lendir

Berjangkitnya penyakit-penyakit kelompok ini sangat erat dengan kurangnya penyediaan air bersih untuk higiene perorangan (mandi, cuci). pada umumnya dapat diturunkan angka penyakit ini dengan jalan menyediakan air yang cukup bagi kebersihan perorangan. Mutu mikrobiologis air bersih tidak seketat mutu mutu bagi air minum. Namun perlu diperhatikan persyaratan mutu air bersih sehingga air tidak mengandung mikroba-mikroba yang menimbulkan penyakit seperti fungus pada kulit, penyakit conjunctivitis, trachoma dan lain-lain.

c. Penyakit-penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit pada kulit dan selaput lendir

Kelompok penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygine perorangan yang ditujukan untuk mencegah insekta parasit pada tubuh dan pakaian. Insekta parasit akan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan perorangan dan kebersihan umum tidak terjamin. Parasit-parasit yang termasuk dalam kelompok ini adalah


(57)

lice, sarcoptes, scabieae, thypus endemik, louse borne relapsing fever dan sebagainya.

3. Cara Water Based

Penyakit ini dalam siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara. Pejamu perantara ini hidup di dalam air. Contoh kelompok penyakit ini adalah penyakit schitosomiasis dan dracumulus medinensis (guinea warm). Larva schitosomiasis hidup di dalam keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di dalam air tersebut. Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan air yang terdapat di alam, yang sering berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia seperti menangkap ikan, mandi, cuci dan sebagainya.

Dracunculus medinensis di Afrika Barat melengkapi siklus hidupnya di dalam crustacea air. Infeksi parasit dapat terjadi bila air yang mengandung parasit ini terminum (Kusnoputranto, 2000).

4. Water Related Insect Vector of Disease

Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta yang merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan salah satu unsur alam yang harus ada di dalam lingkungan manusia merupakan media yang baik bagi insekta unutk berkembang biak. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh insekta ini adalah malaria, yellow fever, dengue, onchocerciasis, (river blindness), trypanosomiasis (tse-tse fly). Nyamuk


(58)

Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit dengue berkembang biak dengan mudah bila di lingkungan tersebut terdapat tempat-tempat sementara untuk air bersih seperti gentong air, pot dan sebagainya (Kusnoputranto, 2000).

2.9 Kerangka Konsep Penelitian

Pemeriksaan Escherichia coli pada depot Air Minum Isi Ulang sebelum menggunakan Metode Desinfeksi:

• Sinar UV • Ozonisasi

Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang dengan Metode Desinfeksi:

• Sinar UV • Ozonisasi

Memenuhi persyaratan menurut

Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi

Depot Air Minum Depkes RI

Tidak memenuhi persyaratan menurut Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Depkes RI

Ada

Tidak Ada

Jumlah Escherichia coli yang ditemukan menurut Permenkes

RI No. 492/MENKES/PER/ IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum Proses desinfeksi: • Sinar UV • Ozonisasi


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui penyelenggaraan higiene sanitasi di depot air minum isi ulang, dan dengan analisa laboratorium untuk mengetahui jumlah kandungan bakteri Escherichia coli yang terdapat di dalam air minum isi ulang dengan metode desinfeksi sinar UV dan ozonisasi yang terdapat di kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan sebagai lokasi depot air minum isi ulang. Kota Medan dipilih menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa di Kota Medan telah banyak berdiri depot air minum isi ulang. Tahap observasi dan analisa kualitas air minum isi ulang dilakukan di laboratorium BTKL-PPM Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 – Januari 2012. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti yaitu seluruh unit usaha depot air minum isi ulang yang berada di wilayah penelitian dengan sumber air baku dari mata air pegunungan. Dari data survei awal diperoleh jumlah depot air


(60)

minum isi ulang di Kota Medan yang memiliki izin sejumlah 169 depot (Disperindag Kota Medan, 2011).

3.3.2 Sampel

Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, dimana penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target. Purposive Sampling artinya bahwa penetuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian, dalam hal ini penelitian dilakukan pada depot air minum isi ulang yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan yang menggunakan metode ozonisasi. Besarnya sampel yang ditentukan adalah 5 depot yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan 5 depot yang menggunakan metode desinfeksi ozonisasi. 3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap air minum isi ulang dan observasi terhadap higiene dan sanitasi depot air minum.

Data primer yang dikumpulkan adalah data dari hasil pengukuran kualitas air dengan cara pengambilan air sampel pada air hasil pengolahan di depot air minum isi ulang. Data primer tentang penerapan higiene sanitasi depot air minum isi ulang dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan wawancara dengan pemilik atau penanggung jawab depot air minum isi ulang. Data kualitas air baku dan air minum di depot air minum isi ulang diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium.


(1)

berhubungan dengan proses produksi tergantung di dinding. Langit-langit dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan desainnya dibuat sederhana. Dalam ruang produksi/pengolahan harus mendapatkan cahaya baik buatan ataupun alami dengan minimal 10 – 20 foot candle (100 – 200 lux). Ventilasipun harus diatur sehingga dapat menjaga suhu yang nyaman yang dapat dilakukan dengan exhuster fan ataupun alat yang lain (Sulistyandari, 2009).

Sanitasi lingkungan depot air minum isi ulang saja masih belum cukup apabila pegawai / karyawannya tidak sehat. Istilah higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan. Higiene perorangan yang terlibat dalam proses pengolahan makanan/minuman perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan produk, disamping untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit melalui makanan.

Tangan kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen dari tubuh, feses, atau sumber lain ke makanan/minuman. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang terlibat dalam penangan produk makanan/minuman. Pencucian tangan meskipun tampaknya merupakan kegiatan ringan dan sering disepelekan, terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan/minuman. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan. Frekuensi pencucian tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat, setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminasi atau cemaran.


(2)

Pakaian pengolah makanan/minuman harus selalu bersih, sebaiknya berwarna terang dan tidak bermotif. Hal dilakukan agar pengotoran pada pakaian mudah terlihat. Pakaian kerja sebaiknya dibedakan dari pakaian harian dan dibersihkan secara periodik untuk mengurangi resiko kontaminasi. Pekerja harus mandi setiap hari, sedapatkan mungkin dihindari penggunaan perhiasan seperti cincin, gelang dan sebagainya. Kulit di bagian bawah perhiasan seringkali menjadi tempat yang subur untuk tumbuh dan berkembang biak bakteri.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Depot air minum yang telah memenuhi higiene sanitasi depot air minum menurut Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Depkes RI yaitu sebanyak 8 depot air minum (80%), 3 depot (30%) yang menggunakan metode desinfeksi sinar UV dan 5 depot (50%) yang

menggunakan metode desinfeksi ozonisasi. 2. Bakteri Eschericia coli yang ditemukan pada depot air minum isi ulang

sebelum dilakukan proses desinfeksi sinar UV sebanyak 4 depot (80%).

3. Bakteri Eschericia coli yang ditemukan pada depot air minum isi ulang sebelum dilakukan proses desinfeksi ozonisasi sebanyak 1 depot (20%).

4. Bakteri Eschericia coli yang ditemukan pada depot air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi sinar UV sebanyak 4 depot (80%).

5. Bakteri Eschericia coli tidak ditemukan pada depot air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi ozonisasi.

6. Air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi dengan metode sinar ultraviolet seluruhnya (100%) belum memenuhi standar persyaratan kualitas air minum sedangkan air minum isi ulang setelah dilakukan proses desinfeksi


(4)

ozonisasi seluruhnya (100%) sudah memenuhi standar persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

6.2 Saran

1. Pemilik depot air minum diharapkan untuk melakukan pemeriksaan parameter kualitas air minum minimal 6 bulan sekali agar air minum yang dihasilkan aman dan sehat untuk dikonsumsi.

2. Operator depot air minum disarankan untuk mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum untuk meningkatkan pengetahuan mereka terhadap higiene sanitasi sehingga lebih menjamin kualitas air minum yang diproduksinya. 3. Kepada dinas terkait (Dinas Kesehatan serta Dinas Perdagangan dan

Perindustrian) diharapkan dapat mewajibkan setiap operator depot air minum isi ulang untuk mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum isi ulang sebelum memberikan perizinan operasi kepada depot tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A, 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Athena, dkk., 2004. Kandungan Bakteri Total coli Dan Eschericia coli/Fecal coli Air Minum Isi Ulang Di Jakarta, Bekasi, Dan Tangerang, Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 32 No. 4 Hal. 135-143.

Bambang, F, 2005. Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kota Surabaya, Jurnal Universitas Airlangga Folio Medica Indonesia Vol. 4 No. 1.

Chandra, Budiman, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.

Depkes RI, 1990. Permenkes RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Kesehatan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum, Depkes RI, Jakarta.

Depperindag RI, 2004. Keputusan Menperindag RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, Depperindag, Jakarta.

Jamaluddin, 2007. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kota Langsa Nangroe Aceh Darussalam, Working Paper Series No. 16 First Draft, Universitas Gadjah Mada.

Kemenkes RI, 2010. Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, Kemenkes RI, Jakarta.

Kusnoputranto, Haryoto, 1986. Kesehatan Lingkungan, FKM UI, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

………., Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Pitoyo, 2005. Dua Jam Anda Tahu Cara Memastikan Air yang Anda Minum Bukan Sumber Penyakit, Solo.


(6)

Pratiwi, AW, 2007. Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kota Bogor, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 2 No 2.

Sembiring, Firdaus Y, 2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan dan Kualitas Bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang Kota Batam Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soemirat, Juli, 2006. Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sulistyandari, Hartini, 2009. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kontaminasi Deterjen Pada Air Minum Isi Ulang Di Depot Air Minum Isi Ulang (Damiu) Di Kabupaten Kendal Tahun 2009. Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.

Sulistyawati, Dwi, 2003. Studi Kualitas Bakteriologi Air Minum Isi Ulang

Tingkat Produsen di Kota Semarang. ...

Suma’mur, 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. PT Toko Gunung Agung, Jakarta.

Suriawiria, U. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum, Penerbit Angkasa, Bandung Widiyanti, Ni L., Ni Putu R., 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform Pada

Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 3 No. 1 Hal. 64-73.


Dokumen yang terkait

Analisis Higiene Sanitasi Dan Kualitas Air Minum Isi Ulang (Amiu) Berdasarkan Sumber Air Baku Pada Depot Air Minum Di Kota Medan

17 146 95

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli DALAM AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

10 54 60

Identifikasi escherichia coli pada air minum isi ulang dari depot di Kelurahan Pisangan dan Cirendeu tahun 2015

2 13 69

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kawasan Universitas Muhammadyah Surakarta.

0 5 16

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kawasan Universitas Muhammadyah Surakarta.

0 2 12

FAKTOR HIGIENE SANITASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS BAKTERIOLOGI AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA TANJUNGPINANG

0 1 6

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN AIR MINUM ISI ULANG DENGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA

0 1 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Minum - Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Jumlah Eschericia coli pada Air Minum Isi Ulang dengan Metode Desinfeksi Sinar Ultraviolet dan Ozonisasi di Kota Medan Tahun 2011

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Higiene Sanitasi dan Pemeriksaan Jumlah Eschericia coli pada Air Minum Isi Ulang dengan Metode Desinfeksi Sinar Ultraviolet dan Ozonisasi di Kota Medan Tahun 2011

0 0 7

HIGIENE SANITASI DAN PEMERIKSAAN JUMLAH Eschericia coli PADA AIR MINUM ISI ULANG DENGAN METODE DESINFEKSI SINAR ULTRAVIOLET DAN OZONISASI DI KOTA MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI

0 0 15