Responsivitas Identitas Umum Informan

85

4. Perataan

Perataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik, erat hubungannya dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan.Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya-manfaat merata.Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, informan mengatakan bahwa pelaksanaa perda ini sudah merata di setiap tempat di kota medan dimana terdapat gelandangan dan pengemis serta PSK. Terkhususnya hasil wawancara dengan kabid operasional dan pembinaan SATPOL PP mengatakan bahwa tidak hanya ketika disosnaker berkoordinasi dengan mereka maka mereka mengadakan razia dan pembinaan, tapi setiap saat ketika mereka berpatroli dan mereka melihat gepeng tersebut beraksi, maka mereka akan menertibkannya dan membawa mereka ke kantor utk dinasihati dan diberi peringatan.

5. Responsivitas

Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai tanggapan sasaran kebijakan publik atas penerapan suatu kebijakan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Suatu keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanaan setelah Universitas Sumatera Utara 86 terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun wujud yang negatif berupa penolakan. Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya efektivitas, efisiensi, kecukupan, kesamaan masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.Oleh karena itu, kriteria responsivitas cerminan nyata kebutuhan, preferensi, dan nilai dari kelompok- kelompok tertentu terhadap kriteria efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesamaan. Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan , respon masyarakat atau gepeng terhadap kebijakan penertiban gepeng dalam hal ini peraturan daerah nomor 6 tahun 2003 tentang ketertiban sosial adalah sebagian besar mereka tidak tahu bahwa ada larangan tentang gelandangan dan pengemis serta praktek tuna susila kota medan. Mereka berpendapat bahwa pemerintah kurang mensosialisasikan tentang perda ini, sehingga mereka kebingungan dalam memilih sebuah tindakan, apakah pro atau kontra dengan kegitan menggelandang dan mengemis tersebut, apakah pro atau kontra terhadap pihak-pihak yang melakukan razia dan penertiban tersebut khususnya terhadap SATPOL PP sebagai pihak yang paling sering melakukan razia dan penertiban tersebut. Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa pengamen di jalan Iskandar Muda Kota Medan. Hasil wawancara dengan mereka adalah mereka menganggap bahwa mereka akan dibasmi dan akan hidup sangat menderita dan Universitas Sumatera Utara 87 terkekangtidak bebas. Mereka merasa bahwa SATPOL PP sangat kasar dan jahat, karena mereka dihukum dan disuruh membersihkan toilet bahkan ada masa mereka dipukul.

6. Ketepatan