40
Penelitian Kepustakaan merupakan cara untuk mengumpulkan data dengan menggunakan dan mempelajari literature buku-buku
kepustakaan yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi dan teori-teori yang berhubungan erat dengan permasalahan. Studi kepustakaan
besumber dari laporan-laporan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
2. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara yang digunakan untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, skripsi, buku, surat kabar dan majalah.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini
berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul. Adapun tahapan analisis data tersebut adalah sebagai
berikut : 1. ReduksiData
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi
Universitas Sumatera Utara
41
data. 2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan dan
bagan. 3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk
mengambil tindakan.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan dari pembangunan adalah memunculkan banyak dampak positif yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun tidak dapat dipungkiri dampak
negatif tampaknya semakin sulit dihindari dalam pembangunan, sehingga selalu diperlukan usaha untuk lebih mengembangkan dampak positif pembangunan serta
mengurangi dan mengantisipasi dampak negatifnya. Salah satu dampak negatif pembangunan khususnya pembangunan perkotaan adalah munculnya gelandangan
dan pengemis serta praktek tuna susila. Penanggulangan salah satu dampak negatif pembangunan ini merupakan tanggung jawab negara sesuai pasal 34 ayat 1
UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Dan kemudian pasal 34 ayat 2 menegaskan “negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
Berdasarkan pasal 34 ayat 1 dan 2 UUD 1945 dan UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis pada bagian pertimbangan menyatakan: a Bahwa gelandangan dan
pengemis tidak sesuai dengan norma kehidupan bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 karena itu perlu diadakan usaha-usaha
penanggulangan. b bahwa usaha penanggulangan tersebut, di samping usaha- usaha pencegahan timbulnya gelandangan dan pengemis, bertujuan pula untuk
Universitas Sumatera Utara
2
memberikan rehabilitasi kepada gelandangan dan pengemis agar mampu mencapai taraf hidup kehidupan, dan penghidupan yang layak sebagai Warga
Negara Republik Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI saat ini memberikan
kewenangan kepada setiap daerah untuk mengurus rumah tangganya masing- masing.Berdasarkan Ketetapan MPR RI Nomor XVMPR1998 tentang
penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yg berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah dalam kerangka NKRI dan juga undang-undang terbaru tentang pemerintahan daerah yaitu UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Revisi UU No.32 Tahun 2004, maka setiap daerah berhak mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Atas dasar tersebut, pemerintah kota Medan
menciptakan sebuah kebijakan tentang larangan gelandangan dan pengemisan serta praktik tuna asusila yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 6 tahun 2003. Pengertian Gelandangan dan Pengemis menurut Peraturan Daerah Kota
Medan nomor 6 tahun 2003 adalah : Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat-tempat umum, dan
Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta- minta dimuka umum dengan berbagai cara baik berupa mengamen dan alasan
lainnya untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
Universitas Sumatera Utara
3
Kehadiran gelandangan dan pengemis di Kota Medan berdampak pada berbagai masalah sosial. Masalah umum gelandangan dan pengemis pada
hakikatnya erat terkait dengan masalah ketertiban dan keamanan yang mengganggu ketertiban dan keamanan di daerah perkotaan. Dengan
berkembangnya gelandangan dan pengemis diduga akan memberi peluang munculnya gangguan keamanan dan ketertiban, yang pada akhirnya akan
mengganggu stabilitas pembangunan perkotaan. Maraknya gelandangan dan pengemis yang ada di kota medan bukan sepenuhnya penduduk tetap kota medan,
melainkan mereka datang dari daerah tetangganya dan dari kota-kota dari provinsi tetangga.
Adapun penyebab para gelandangan dan pengemis ini memilih kota medan sebagai lokasi untuk menggelandang dan mengemis adalah karena ota medan
tumbuh secara baik dan bahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Perkembangan pesat, seperti berdirinya hotel-hotel, kantor-kantor, pusat
perbelanjaan, sarana perhubungan, pabrik, sarana hiburan dan sebagainya mendorong para urban mengadu nasib. Salah satu persoalan yang muncul adalah
kesenjangan atau ketimpangan yang semakin besar dalam pembagian pendapatan antara berbagai golongan pendapatan, antara daerah perkotaan dan pedesaan dan
pada kenyataannya pemerintah belum mampu mensejahterakan masyarakatnya, sehingga menimbulkan persoalan sosial di tengah masyarakat yaitu adanya adanya
gelandangan dan pengemisan serta tindak asusila di kota medan. Oleh karena itupenulis tertarik untuk melakukan penelitian sejauh mana keberhasilan
pelaksanaan kebijakan tentang larangan gelandangan dan pengemisan serta
Universitas Sumatera Utara
4
praktek tuna asusila yang dilakukan oleh pemerintah kota medan demi terciptanya ketertiban dan keindahan kota serta mengurangi permasalahan sosial. Maka dari
itu penulis mengangkat judul penelitian : “Evaluasi keberhasilan pelaksanaan kebijakan tentang larangan gelandangan dan pengemisan serta praktek tuna
asusila di kota medan jangka waktu 2015 Studi Peraturan Daerah No 6 Tahun 2003 .”
B. Rumusan Masalah