Kesimpulan Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Kebijakan Tentang Larangan Gelandangan Dan Pengemisan Serta Praktek Tuna Susila Di Kota Medan Jangka Waktu 2015 (Studi Tentang Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003)

104 BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai evaluasikeberhasilan pelaksanaan kebijakan tentang larangan gelandangan dan pengemisan serta praktek tuna asusila di kota medan jangka waktu 2015 Studi Peraturan Daerah No 6 Tahun 2003 . Kesimpulan-kesimpulan yang dimaksud meliputi: 1. Efektivitas Berdasarkan indikator efektivitas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perda ini pada tahun 2015 yang lalu belum efektif karena beberapa faktor penghambat yang ada, seperti komunikasi kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat tentang adanya perda ini, sumber daya finansial dana tidak terkucur pada tahun 2015 yang lalu dan fasilitas yang kurang memadai sampai sekarang tidak ada panti untuk rehabilitasi, perda ini juga sudah cukup tua seiring dengan perubahan zaman khususnya tentang anak jalanan dan PSK namun sampai saat ini belum ada revisi, serta adanya faktor eksternal yaitu penyakit moral yaitu kemalasan dari gepeng dan PSK di kota medan. 2. Efisiensi Berdasarkan indikator efisiensi, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perda ini tahun 2015 yang lalu belum efisien, justru terdapat pemborosan dana yaitu ketika dilakukan pembinaan dengan menyewa sebuah tempat di Universitas Sumatera Utara 105 hotel yang seharusnya bisa saja dibuat disebuah tempat yang lebih sederhana. Banyak program yang tidak terlaksana karena dana yang tidak turun yang menurut informan disbebabkan oleh beberapa kegiatana pemerintahan seperti pemilihan walikota medan pada tanggal 9 desember 2015 yang lalu, sehingga yang boleh terlaksana hanyak penertiban dan pembinaan saja. Salah satu bukti nyata adalah rumah singgah yang berada di jalan setia budi yang sampai saat ini belum selesai dibangun. 3. Kecukupan Berdasarkan indikator kecukupan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaannya belum begitu mampu mengatasi masalah utamanya dan belum begitu mampu mencapai tujuan utamanya.Hasil yang dicapai oleh disosnaker belum bisa mengatasi masalah gepeng dan PSK di kota medan, dapat dilihat dari angkajumlah gepeng dan PSK yang masih tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini juga disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghalang baik secara internal maupun eksternal. 4. Perataan Berdasarkan indikator perataan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perda ini pada tahun 2015 sudah merata, dimana program yang dibuat, diterapkan kepada setiap gepeng dan PSK yang ditertibkan. Disosnaker sudah melakukannya dengan baik bahkan rutin untuk melakukan koordinasi dengan SATPOL PP dan kepolisian, sekalipun hanya program penertiban dan pembinaan yang terjadi disebabkan dana yang tidak turun pada tahun 2015 yang lalu. Namun disetiap tempat-tempat yang terdapat Universitas Sumatera Utara 106 gepeng dan PSK dilakukan razia, terkhusus SATPOL PP yang senantiasa setiap berpatroli, ketika mereka menemukan gepeng dan PSK maka mereka akan merazia dan menertibkannya. 5. Responsivitas Dilihat dari indikator responsivitas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perda ini masih kurang, karena sebagian besar masyarakat menganggap bahwa pemerintah tidak mensosialisaskan perda ini, sehingga masyarakat tidak mengetahui adanya perda ini, tidak mengetahui bahwa kegiatan menggelandang dan mengemis itu dilarang, yang mereka tahu hanya tentang PSK yang dilarang karena tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan. Hal ini menimbulkan sebuah pro dan kontra dikalangan masyarakat, dan menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan pelaksanaan perda ini. Namun, sebagian masyarakat merasa terpenuhi kebutuhannya khususnya kebutuhan akan rasa aman, dan sebagian gepeng dan PSK juga merasa dilindungi, sebagai contoh anak jalanan yang berada dibawah umur yang dimasukkan ke panti dan disekolahkan. 6. Ketepatan Dilihatdari indikator ketepatan, maka pelaksanaan perda ini pada tahun 2015 yang lalu sudah cukup tepat dan layak untuk diteruskan karena memberikan manfaat yang baik. Masyarakat bisa merasa aman dalam berkendaraan, sebagian gepeng dan PSK juga merasa dilindungi sebagai contoh sebagian anak jalanan yang disekolahkan dan diberikan tempat tinggal yang layak panti asuhan. Sudah cukup bukan berarti Universitas Sumatera Utara 107 pelaksanannya sudah sangat baik, banyak kendala dan faktor penghambat sehingga perda ini tidak sepenuhnya tercapai manfaat dan tujuan utamanya. Khususnya di tahun 2015 yang lalu, banyak sekali program yang tidak terjadi disebabkan dana yang tidak turun, sehingga program yang boleh terjadi hanyalah penertiban dan pembinaan seadanya terhadap gepeng dan PSK.Seperti yang terdapat pada Pasal 4 perda itu sendiri yaitu pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap gelandangan dan pengemis serta tuna a susila berupa kegiatan yang berbentuk dan mencakup keterampilan-keterampilan sertakeahlian lainnya. Hal ini disebabkan tidak adanya dana dan juga tempat rehabilitasi di kota medan.\

B. Saran