Tabel 4.3 Hubungan Masa
Kerja, Riwayat
Pekerjaan Terdahulu,
Kebiasaan Merokok dan Bagian Kerja di Unit Batching Plant dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit
Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Masa kerja Gejala Gangguan Sistem
Pernapasan Total
p Gejala
Tidak Gejala
n n
n
Lama ≥ 5 tahun Baru 5 tahun
17 4
100 50
4 50
17 8
100 100
0, 006 Total
21 84
4 16
25 100
Riwayat Pekerjaan Terdahulu
Pernah Bekerja di Tempat Berdebu Tidak Pernah Bekerja di Tempat
Berdebu 18
3 94,7
50 1
3 5,3
50 19
6 100
100 0, 031
Total 21
84 4
16 25
100
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak Merokok
19 2
95 40
1 3
5 60
20 5
100 100
0, 016 Total
21 84
4 16
25 100
Bagian Kerja di Unit Batching Plant
Operator Helper
3 18
75 85,7
1 3
25 14,3
4 21
100 100
0, 527 Total
21 84
4 16
25 100
4.2.2.1 Hubungan Masa Kerja, Riwayat Pekerjaan Terdahulu, Kebiasaan
Merokok dan Bagian Kerja di Unit Batching Plant dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT.
X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 17 pekerja yang memiliki masa
kerja lama ≥ 5 tahun, terdapat 17 pekerja 100 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 006,
maka p value lebih kecil dari 0,05 0,006 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gejala gangguan
Universitas Sumatera Utara
sistem pernapasan pada pekerja unit batching batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 19 pekerja yang memiliki riwayat pekerjaan terdahulu, terdapat 18 pekerja 94,7 mengalami gejala
gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 031, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,031 0,05 sehingga Ho diterima
yang artinya ada hubungan yang bermakna antara riwayat pekerjaan terdahulu dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X
Kabupaten Deli Serdang. Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 20 pekerja yang memiliki
kebiasaan merokok, terdapat 19 pekerja 95 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 016, maka p
value lebih kecil dari 0,05 0,016 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli
Serdang. Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 21 pekerja yang memiliki
bagian kerja di unit batching plant sebagai helper, terdapat 18 pekerja 85,7 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher
didapat p value sebesar 0, 527, maka p value lebih besar dari 0,05 0,527 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 terdapat 21 pekerja 84 mengalami
gejala gangguan sistem pernapasan. Diperoleh informasi dari 21 pekerja yang mengalami gejala gangguan
sistem pernapasan, terdapat 9 pekerja mengalami gejala gangguan sistem pernapasan setiap hari dan sebanyak 20 pekerja menyatakan bahwa gejala
gangguan sistem pernapasan tersebut hilang ketika pekerja libur atau selesai bekerja.
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hubungan antara penyakit
dengan pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali bekerja
Ikhsan, 2002. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyakit silikosis pada
stadium ringan ditandai dengan sesak napas yang merupakan gejala sakit yang terpenting, mula-mula sesak napasnya ringan, kemudian bertambah berat. Pada
stadium ini sesak napas juga disertai batuk kering tidak berdahak. Pada silikosis tingkat sedang, gejala sesak napas dan batuk menjadi sangat dikenali. Bila
penyakit silikosis sudah mencapai stadium berat maka sesak napas akan mengakibatkan keadaan penderita cacat total Suma’mur, 2009. Hal ini juga
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada silikosis akut dapat terjadi
Universitas Sumatera Utara
kesulitan bernapas dan batuk kering dalam beberapa minggu setelah paparan. Silikosis timbul bertahun-tahun setelah paparan WHO, 1995. Menurut Material
Safety Data Sheet MSDS tahun 2008 juga menyatakan bahwa debu silika menyebabkan silikosis yang ditandai dengan gejala sesak napas dan batuk tidak
berdahak. Jika penderita silikosis telah mengalami fibrosis paru maka akan meningkatkan sesak napas LaDou, 2004.
5.2 Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT.
X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 17 pekerja yang memiliki masa kerja lama ≥ 5 tahun, terdapat 17 pekerja 100 mengalami
gejala gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 006, maka p value
lebih kecil dari 0,05 0,006 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gejala gangguan sistem
pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang
bekerja maka semakin banyak terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat
mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyaw
an.
Semakin lama manusia terpapar debu di tempat kerja yang bisa dilihat dari lama bekerja
maka debu kemungkinan besar akan tertimbun di paru-paru. Hal ini merupakan
Universitas Sumatera Utara
hasil akumulasi dari inhalasi selama bekerja. Lama bekerja bertahun-tahun dapat memperparah kondisi kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan yang sering
Suma’mur, 2009. Menurut Kurniawidjaja 2010, apabila debu terhirup oleh para pekerja dalam jangka waktu yang lama dan dalam intensitas dan konsentrasi
yang tinggi maka akan terjadi penimbunan atau pengendapan debu dalam jaringan paru-paru.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuma
Anugrah di tahun 2013 pada pekerja penggilingan divisi batu putih di PT. Sinar Utama Karya dengan lokasi kerja outdoor atau diluar ruangan bahwa dari hasil uji
Kolmogorov-Smirnov didapatkan ada hubungan antara masa kerja dengan
kapasitas vital
paru pada
pekerja penggilingan
divisi batu
putih.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dorce Mengkidi tahun 2006 pada pekerja PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan, dari hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru.
5.3 Hubungan Riwayat Pekerjaan Terdahulu dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT. X
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 19 pekerja yang memiliki riwayat pekerjaan terdahulu, terdapat 18 pekerja 94,7 mengalami
gejala gangguan sistem pernapasan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 031, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,031 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara riwayat pekerjaan terdahulu dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang. Diperoleh informasi dari 18 pekerja yang memiliki riwayat pekerjaan
terdahulu dan mengalami gejala gangguan sistem pernapasan bahwa pekerja pernah bekerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang pembuatan beton
selama 1 sampai 4 tahun dan diperoleh informasi dari 18 pekerja yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan dan memiliki riwayat pekerjaan terdahulu
bahwa 14 pekerja pernah mengalami keluhan pada saluran pernapasan dan sebanyak 10 pekerja menyatakan bahwa keluhan yang pernah dialaminya saat
bekerja di tempat kerja yang dahulu yaitu batuk kering tidak berdahak, sebanyak 2 pekerja pernah mengeluh sesak napas saat bekerja di tempat kerja yang dahulu,
dan sebanyak 2 pekerja pernah mengeluh sesak napas dan batuk tidak berdahak saat bekerja di tempat kerja yang dahulu.
Sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa adanya riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan mengakibatkan pneumokoniosis. Riwayat pekerjaan
dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan gangguan paru. Riwayat
pekerjaan yang menghadapi debu tetap harus diperhitungkan karena dapat menghasilkan akumulasi dari inhalasi debu selama bekerja di tempat kerja yang
lalu Suma’mur, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara penyakit dengan pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah
digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar dengan pekerjaan berdebu Ikhsan, 2002.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akgun et.al tahun 2015 pada mantan sandblasters, menyatakan bahwa diantara
145 mantan sandblasters diteliti pada tahun 2007 dan 83 mantan sandblasters diteliti pada tahun 2011, dengan pemantauan selama 4 tahun didapatkan 9 mantan
sandblasters 6,2 meninggal. Sebanyak 74 mantan sandblasters yang hidup
dilakukan pemeriksaan ulang, prevalensi silikosis meningkat dari 55,4 menjadi 95,9. Pemantauan selama 4 tahun ini menunjukkan bahwa hampir semua
mantan sandblasters dapat mengembangkan silikosis.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Calvert et.al tahun 2003 yang menilai pajanan debu silika dari riwayat pekerjaan responden yang meninggal karena tuberkulosis paru di 27 negara bagian di
Amerika Serikat. Proporsi kasus tuberkulosis paru yang terpajan debu silika
kategori sedang sampai tinggi pada penelitian tersebut adalah 16,5. 5.4 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Gejala Gangguan Sistem
Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 20 pekerja yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki kebiasaan merokok, terdapat 19 pekerja 95 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan.
Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 016, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,016 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli
Serdang.
Diperoleh informasi dari 19 pekerja yang memiliki kebiasaan merokok dan mengalami gejala gangguan sistem pernapasan bahwa pekerja telah memiliki
kebiasaan merokok sejak 6 sampai 25 tahun yang lalu. Sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa riwayat merokok merupakan
faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap rokok yang terhisap dalam saluran napas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas. Dengan
demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan napas. Perubahan struktur jalan
napas karena merokok biasanya di hubungkan dengan perubahankerusakan fungsi Antaruddin, 2003. Tenaga kerja yang merokok dan berada dilingkungan
yang berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja yang berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok
Mengkidi, 2006. Selain itu, menurut Gold et.al 2005, kebiasaan merokok pada pekerja yang terpapar oleh debu memperbesar kemungkinan untuk terjadinya
gangguan fungsi paru.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dorce Mengkidi tahun 2006 pada pekerja PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi
Selatan, dari hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru.
Hasil Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cowie tahun 2001 pada pekerja fiber industri keramik di Eropa yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penurunan nilai kapasitas vital paru sampai dibawah normal dengan kebiasaan merokok.
Hasil Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurihara dan Wada tahun 2004 pada pekerja yang terpapar silika yang
menyatakan dari hasil analisis didapatkan bahwa merokok sangat meningkatkan risiko kanker paru pada pasien silikosis risiko relatif, 4,47; 95 CI, 3,17-6,30.
Dengan demikian, penelitian ini menyarankan pentingnya mencegah silikosis dengan berhenti merokok untuk mengurangi insiden kanker paru-paru pada
pekerja yang terpapar oleh debu silika.
5.5 Hubungan Bagian Kerja di Unit Batching Plant dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 21 pekerja yang
memiliki bagian kerja di unit batching plant sebagai helper, terdapat 18 pekerja 85,7 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan.
Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 527, maka p value lebih besar dari 0,05 0,527 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya tidak ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang bermakna antara bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Radnoff et. al tahun 2014
yang menyatakan bahwa meskipun potensi paparan silika berkaitan dengan tugas khusus yang dilakukan pekerja, namun hal tersebut tidak berhubungan langsung
atau tidak dapat berdiri sendiri untuk berhubungan dengan kejadian silikosis, sehingga memerlukan variabel lain untuk bersama-sama berkorelasi dengan
silikosis. Pada penelitian ini terdapat 21 pekerja yang memiliki bagian kerja di unit
batching plant sebagai helper dan hanya ada 4 pekerja yang memiliki bagian
kerja di unit batching plant sebagai operator. Namun, sebagian besar pekerja helper 85,7 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan dan sebagian besar
pekerja operator 75 mengalami gejala ganggguan sistem pernapasan. Mengingat bahwa area kerja operator dan helper sama sehingga masing-masing
bagian memiliki risiko yang sama untuk terpapar debu. Dengan demikian dapat dipahami apabila dalam penelitian ini tidak terdapat adanya hubungan yang
signifikan antara bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan.
Meskipun tidak ada hubungan antara bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan, namun dari 21 pekerja yang
memiliki bagian kerja di unit batching plant sebagai helper terdapat 18 pekerja 85,7 yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan dan dari 4 pekerja
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki bagian kerja di unit batching plant sebagai operator terdapat 3 pekerja 75 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. Dengan demikian
perbedaan bagian kerja di unit batching plant tidak memastikan pekerja aman dari gejala gangguan sistem pernapasan.
Universitas Sumatera Utara
61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang diperoleh dari 25 pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015 sebagai berikut : 1.
Terdapat 21 pekerja 84 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. 2. Ada hubungan yang bermakna antara masa kerja, riwayat pekerjaan terdahulu
dan kebiasaan merokok dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang.
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant
PT. X Kabupaten Deli Serdang.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat memberikan saran untuk perbaikan sebagai berikut:
1. Pekerja sebaiknya berhenti mengkonsumsi rokok karena merokok akan
memperberat kondisi paru pekerja yang terpapar debu setiap hari. 2.
Perusahaan sebaiknya melakukan pemeriksaan fungsi paru pada pekerja yang sudah mengalami gejala gangguan sistem pernapasan untuk mengetahui
apakah gejala gangguan sistem pernapasan disebabkan oleh debu di tempat kerja atau disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Universitas Sumatera Utara