Efek Silikosis Efek Klinis Silikosis

penyakit lain yang harus disingkirkan dalam menegakkan diagnosis silikosis adalah kanker paru, sarkoidosis retikulosis granulomatosa generalisata kronis progresif tanpa sebab yang jelas mengenai banyak organ termasuk paru, artritis rematoid, dan mungkin lainnya. Sehubungan dengan itu, riwayat pekerjaan yang disertai risiko paparan terhadap debu silika bebas sangat penting artinya. Menurut Material Safety Data Sheet MSDS tahun 2008 bahwa debu silika menyebabkan silikosis yang ditandai dengan gejala sesak napas dan batuk tidak berdahak. Menurut LaDou 2004, jika penderita silikosis telah mengalami fibrosis paru maka akan meningkatkan sesak napas.

2.3.3 Efek Klinis Silikosis

Menurut WHO 1995, efek klinis dari silikosis yaitu:

2.3.3.1 Efek Silikosis

Silikosis akut adalah suatu penyakit progresif cepat. Pada kondisi-kondisi ekstrim dapat terjadi kesulitan bernapas dan batuk kering dalam beberapa minggu setelah paparan. Dada sesak dan ketidakmampuan bekerja timbul dalam beberapa bulan, dan kematian akibat kegagalan pernapasan mungkin terjadi dalam 1-3 tahun. Pada pemeriksaan ditemukan pergerakan dada yang terbatas, sianosis serta ronki pada akhir inspirasi, dan dengan kelainan fungsi paru restriktif serta berkurangnya pertukaran gas. Radiografi memperlihatkan bayangan-bayangan perifer seperti kapas, yang secara bertahap mengeras dan menjadi linier. Seringkali bayangan-bayangan ini tidak diketahui bahkan pada saat otopsi, hal ini karena kematian makrofag dan reaksi selular seringkali terjadi dalam alveoli tanpa Universitas Sumatera Utara pembentukan nodul-nodul tipikal. Partikel-partikel silika yang refraktil ganda sangat banyak dalam jaringan paru. Dalam kondisi kerja sekarang ini, yaitu dengan tingkat paparan yang biasanya berlaku di negara-negara industri, maka silikosis baru timbul bertahun- tahun setelah paparan. Kecepatan perkembangan dan beratnya penyakit sangat bervariasi, keduanya tergantung pada tingkat paparan, aktivitas biologis debu dan ada tidaknya zat-zat yang memperlambat reaksi jaringan. Mula-mula, sebagian besar debu tersebut akan dibersihkan. Namun kemudian dengan rusaknya sistem limfatik dan kelenjar hilus, proporsi debu yang tertahan akan meningkat dan tempat kerusakan akan berpindah ke parenkim paru. Terbentuk nodul-nodul jaringan kolagen yang melingkar-lingkar mengelilingi agregat-agregat debu dan menarik pembuluh darah, limfe dan saluran napas kecil yang berdekatan, sehingga menyebabkan kerusakan iskemik paru dan pembentukan jaringan parut sekunder. Ini seringkali terjadi pada bagian atas atau tengah paru serta terlihat pada foto sinar-X sebagai bayangan tak teratur dengan koalesensi dan klasifikasi. Juga sering ditemukan klasifikasi kelenjar hilus yang membesar. Tahap-tahap awal silikosis biasanya uji fungsi ventilasi dasar paru tetap dalam batas fisiologi normal. Pada tahap yang lebih lanjut timbul dispnea.

2.3.3.2 Silikosis dengan Tuberkulosis Paru