36
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional
dimana data yang menyangkut variabel bebas risiko dan variabel terikat akibat yang terjadi pada obyek penelitian diukur dan dikumpulkan pada
waktu yang bersamaan. Desain ini digunakan karena mudah dilaksanakan, sederhana, murah, ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh
dengan cepat Notoatmodjo, 2010. Penelitian ini bersifat analitik yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala gangguan sistem
pernapasan pada pekerja beton PT. X Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. X Kabupaten Deli Serdang pada bulan Agustus – Desember tahun 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh pekerja unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2015 yang berjumlah 25 pekerja pria yang
terbagi sebagai helper sebanyak 21 pekerja dan sebagai operator sebanyak 4 pekerja.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel
Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah metode total sampling, yaitu pengambilan sampel secara total yang dilakukan dengan cara menetapkan
sejumlah anggota sampel secara total Notoatmodjo, 2002, kemudian jumlah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil sampel yang diperlukan dari
populasi sebesar 25 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden melalui : 1.Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penelitian. Dalam hal ini dilakukan tanya jawab atau wawancara secara langsung kepada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang tahun 2015
dan diisi kedalam kuesioner penelitian. 2. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan variabel dependent yaitu gejala gangguan sistem pernapasan dan variabel
independent yaitu :
masa kerja, riwayat pekerjaan terdahulu, kebiasaan merokok
dan bagian kerja di unit batching plant.
Universitas Sumatera Utara
Kuesioner kebiasaan merokok pada nomor 7 dan 8 diadopsi dari skripsi milik Karbella Kuantanades Hasty mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan Judul “ Hubungan Lingkungan Tempat Kerja dan Karakteristik Pekerja Terhadap Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bagian Plant
PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011” dengan pengujian validitas kuesioner diperoleh nilai r tabel 0,602 sehingga dinyatakan valid dan dengan
pengujian realibilitas diperoleh nilai r alpha crombah 0,819 nilai r tabel 0,7 sehingga kuesioner dinyatakan realiabel. Kuesioner kebiasaan merokok pada
nomor 9 telah dimodifikasi. Kuesioner masa kerja diadopsi dari skripsi milik Annisa Fathmaulida
mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja
Pengolahan Batu Kapur di Desa Tamansari Kabupaten Karawang Tahun 2013”. Kuesioner riwayat pekerjaan terdahulu diadopsi dari skripsi milik Yuma
Anugrah mahasiswi Universitas Negeri Semarang dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Penggilingan Divisi
Batu Putih di PT. Sinar Utama Karya Tahun 2013” dengan pengujian validitas kuesioner diperoleh nilai r hasil lebih besar dari nilai r tabel 0,632 sehingga
dapat disimpulkan bahwa ketiga pertanyaan tersebut sudah valid dan dengan pengujian realibilitas diperoleh nilai r alpha 0,931 lebih besar dibandingkan
dengan r tabel 0,632 sehingga ketiga pertanyaan tersebut dinyatakan sudah reliabel. Kuesioner riwayat pekerjaan terdahulu pada 2 dua pertanyaan terakhir
telah dimodifikasi.
Universitas Sumatera Utara
Kuesioner gejala gangguan sistem pernapasan nomor 1 dan 2 diadopsi dari tesis milik Khumaidah mahasiswi Universitas Diponegoro Semarang dengan judul
”Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo
Kabupaten Jepara Tahun 2009”. Kuesioner gejala gangguan sistem pernapasan nomor 3 dan 4 telah dimodifikasi.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pihak personalia perusahaan berupa data jumlah karyawan.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Terikatdipengaruhi dependent variabel
Variabel terikat atau dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau independen. Variabel terikat atau dependent dalam
penelitian ini adalah gejala gangguan sistem pernapasan. 2.
Variabel Bebasmempengaruhi independent variabel Variabel bebas atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel bebas atau independent dalam penelitian ini adalah masa kerja, riwayat pekerjaan terdahulu,
kebiasaan merokok dan bagian kerja di unit batching plant.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No. Variabel
Definisi Operasional Hasil
Pengukuran Skala Pengukuran
Variabel
1. Gejala
gangguan sistem pernapasan
Pekerja mengalami dua gejala berikut yaitu sesak napas
dispnea dan batuk kering tidak berdahak
1.Gejala 2.Tidak Gejala
Nominal
2. Masa kerja
Lama pekerja bekerja di PT. X Kabupaten Deli Serdang, yaitu
tahun dimulai bekerja sampai wawancara
ini dilakukan
dalam hitungan tahun 1.Lama ≥ 5
tahun 2. Baru 5
tahun Ordinal
3. Riwayat pekerjaan
terdahulu Sebelum bekerja di PT. X
Kabupaten Deli
Serdang, pekerja PT. X Kabupaten Deli
Serdang pernah atau tidak
pernah bekerja
di tempat
berdebu 1.Pernah bekerja
di tempat berdebu 2.Tidak
pernah bekerja di tempat
berdebu Nominal
4. Kebiasaan
merokok Aktifitas
yang dilakukan
pekerja dalam
menghisap batang
rokok yang
mengandung komponen gas dan
partikel yang
dapat merusak kesehatan
1. Merokok 2.Tidak Merokok
Nominal
5. Bagian Kerja di
unit batching plant
Bagian kerja pekerja di unit batching plant
menurut sistem kerja yang berlaku di PT. X
terbagi menjadi dua yaitu operator dan helper
1. Operator 2. Helper
Nominal
Universitas Sumatera Utara
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Gejala Gangguan Sistem Pernapasan
Variabel gejala gangguan sistem pernapasan diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian B. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 dua
kategori yaitu gejala jika responden menjawab ya pada kuesioner bagian B nomor 1 dan nomor 2. Kemudian untuk kategori tidak gejala apabila responden
menjawab tidak pada kuesioner bagian B nomor 1 dan nomor 2. Jawaban responden pada kuesioner bagian B nomor 3 dan 4 tidak masuk kedalam
perhitungan skor, melainkan akan dibuat untuk penjelasan.
3.6.2 Masa Kerja
Variabel masa kerja diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian C yang bersifat terbuka. Jawaban responden pada kuesioner bagian C
selanjutnya akan dikategorikan menjadi 2 dua kategori yaitu lama ≥ 5 tahun dan baru 5 tahun.
3.6.3 Riwayat Pekerjaan Terdahulu
Variabel riwayat pekerjaan terdahulu diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian D. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 dua kategori
yaitu pernah bekerja di tempat berdebu jika responden menjawab ya pada kuesioner bagian D nomor 6. Kemudian untuk kategori tidak pernah bekerja di
tempat berdebu jika responden menjawab tidak pada kuesioner bagian D nomor 6. Untuk jawaban responden pada kuesioner bagian D selanjutnya tidak masuk
kedalam perhitungan skor, melainkan akan dibuat untuk penjelasan.
Universitas Sumatera Utara
3.6.4 Kebiasaan Merokok
Variabel kebiasaan merokok diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian E. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 dua kategori yaitu
merokok jika responden menjawab ya pada kuesioner bagian E nomor 7. Kemudian untuk kategori tidak merokok jika responden menjawab tidak pada
kuesioner bagian E nomor 7. Jawaban responden pada kuesioner bagian E nomor 8 dan 9 tidak dimasukkan kedalam perhitungan skor, melainkan akan dibuat untuk
penjelasan.
3.6.5 Bagian Kerja di Unit Batching Plant
Variabel bagian kerja di unit batching plant diukur berdasarkan jawaban responden pada kuesioner bagian F. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 dua
kategori yaitu operator jika responden menjawab operator pada kuesioner bagian F nomor 10. Kemudian untuk kategori helper jika responden menjawab helper
pada kuesioner bagian F nomor 10.
3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.7.1.1 Menyunting data data editing
Editing dilakukan sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih
dahulu dengan tujuan untuk mengoreksi kelengkapan jawaban kuesioner yang
Universitas Sumatera Utara
telah diisi responden sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam
komputer. 3.7.1.2 Mengkode data data coding
Coding dilakukan dengan cara memberikan kode atau klasifikasi pada
jawaban dari setiap pertanyaan dari kuesioner guna mempermudah dalam proses pegelompokan dan pengolahannya.
3.7.1.3 Memasukkan data entry data
Data yang teleh diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer untuk selanjutnya akan diolah.
3.7.1.4 Membersihkan data data cleaning
Data yang telah dimasukkan dicek kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan
dalam membaca kode. Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis.
3.7.2 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 cara yaitu:
3.7.2.1 Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel dependen dan
independent yang ada pada penelitian ini. Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi Dahlan, 2013.
Universitas Sumatera Utara
3.7.2.2 Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat. Uji statistik menggunakan uji Chi-Square, uji Chi-Square
adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila variabel dependent dan variabel independent merupakan data kategorik. Uji Chi-Square
termasuk kedalam uji nonparametrik sehingga telah tepat digunakan untuk penelitian ini yang memiliki sampel sebanyak 25 responden. Syarat uji Chi-
Square adalah tidak ada sel yang mempunyai nilai expected E kurang dari 5.
Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher Dahlan,2013.
Universitas Sumatera Utara
45
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Gambaran Umum PT. X Kabupaten Deli Serdang
PT. X yang menjadi lokasi penelitian merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang pembuatan beton yang selanjutnya akan didistribusikan
kepada konsumen untuk membangun gedung. Lokasi industri ini berada di Kabupaten Deli Serdang yang telah berdiri selama 6 tahun.
Proses produksi di industri ini berlangsung selama 24 jam dengan sistem pembagian shift dimana terdiri dari dua shift yaitu shift pagi dan shift malam
dengan jam kerja masing-masing shift selama 12 jam dengan lokasi kerja di luar ruangan atau outdoor. Dalam perusahaan ini tidak diberlakukan sistem rotasi
kerja. Industri ini menggunakan bahan baku seperti abu batu, pasir dan fly as yang hanya ditumpuk hingga menggunung di dalam tempat kerja, kecuali semen yang
langsung dimasukkan kedalam alat penyimpanan berupa tangki. PT. X memiliki berbagai unit yaitu unit crusher, unit batching plant, unit
teknikal, supir truk cocrete mixer. Jumlah seluruh pekerja PT. X adalah 114 pekerja.
4.1.2 Proses Kerja Unit Batching Plant
Proses kerja pada unit batching plant yaitu pencampuran komposisi bahan-bahan seperti semen, pasir, abu batu, sika, dan fly as sesuai dengan mutu
beton yang diinginkan konsumen, semua komposisi bahan yang telah dicampur tanpa kandungan air dimasukkan kedalam truk cocrete mixer.
Unit ini berjumlah
Universitas Sumatera Utara
25 pekerja pria, namun unit ini terbagi kedalam 2 dua bagian kerja yaitu operator yang berjumlah 4 pekerja pria dan helper yang berjumlah 21 pekerja pria.
Proses pencampuran semua komposisi bahan-bahan dilakukan oleh mesin. Namun, dalam proses pencampuran yang dilakukan oleh mesin ini tidak lepas dari
peran operator dan helper. Adapun tugas pokok dari operator yaitu mengatur campuran komposisi bahan-bahan seperti semen, pasir, abu batu, sika, dan fly as
sesuai dengan mutu beton yang diinginkan konsumen melalui alat monitor dan selanjutnya dialirkan kedalam truk cocrete mixer. Tugas pokok dari helper yaitu
mengumpulkan semen dan bahan lainnya yang berjatuhan di tanah saat proses pengaliran bahan-bahan kedalam truk cocrete mixer berlangsung dan jika tangki
tempat pengaliran semen tersumbat maka tugas helper yaitu mengetuk tangki penyimpanan semen agar semen dapat mengalir kembali kedalam truk cocrete
mixer
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel dependen dan independent yang telah
diperoleh dari hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Distribusi Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2015
Gejala Gangguan Sistem Pernapasan Frekuensi
Persentase
Gejala Tidak Gejala
21 4
84 16
Total 25
100
Tabel 4.2 Distribusi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit
Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Masa kerja Frekuensi
Persentase
Lama ≥ 5 tahun Baru 5 tahun
17 8
68 32
Total 25
100
Riwayat Pekerjaan Terdahulu
Pernah Bekerja di Tempat Berdebu Tidak Pernah Bekerja di Tempat Berdebu
19 6
76 24
Total 25
100
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak Merokok
20 5
80 20
Total 25
100
Bagian Kerja di Unit Batching Plant
Operator Helper
4 21
16 84
Total 25
100
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.1 Distribusi Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit
Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant
diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu gejala dan tidak gejala.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 25 pekerja yang bekerja di unit batching plant
terdapat 21 pekerja 84 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan dan sebanyak 4 pekerja 16 tidak mengalami gejala gangguan
sistem pernapasan.
4.2.1.2 Distribusi Masa Kerja, Riwayat Pekerjaan Terdahulu, Kebiasaan
Merokok dan Bagian Kerja di Unit Batching Plant pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Masa kerja pekerja unit batching plant diukur menggunakan skala
pengukuran ordinal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu lama ≥ 5 tahun dan baru 5 tahun. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 25 pekerja yang bekerja
di unit batching plant terdapat 17 pekerja 68 memiliki masa kerja lama ≥ 5 tahun dan sebanyak 8 pekerja 32 memiliki masa kerja baru 5 tahun.
Riwayat pekerjaan terdahulu pada pekerja unit batching plant diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori
yaitu pernah bekerja di tempat berdebu dan tidak pernah bekerja di tempat berdebu. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 25 pekerja yang bekerja di unit
batching plant terdapat 19 pekerja 76 memiliki riawayat pekerjaan terdahulu
dan sebanyak 6 pekerja 24 tidak memiliki riwayat pekerjaan terdahulu. Kebiasaan merokok pada pekerja unit batching plant diukur menggunakan
skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu merokok
Universitas Sumatera Utara
dan tidak merokok. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 25 pekerja yang bekerja di unit batching plant terdapat 20 pekerja 80 memiliki kebiasaan merokok dan
sebanyak 5 pekerja 20 tidak memiliki kebiasaan merokok. Bagian kerja di unit batching plant pada pekerja unit batching plant diukur
menggunakan skala pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu operator dan helper. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 25 pekerja yang
bekerja di unit batching plant terdapat 4 pekerja 16 memiliki bagian kerja di unit batching plant sebagai operator dan sebanyak 21 pekerja 84 memiliki
bagian kerja di unit batching plant sebagai helper.
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam pengujian hipotesis penelitian
untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel bebas masa kerja, riwayat pekerjaan terdahulu, kebiasaan merokok dan bagian kerja di unit batching plant
dengan variabel terikat gejala gangguan sistem pernapasan digunakan uji chisquare
. Syarat Uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang nilai expected E kurang dari 5, jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi maka dipakai uji
alternatifnya untuk tabel 2x2 adalah uji fisher. Untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, riwayat pekerjaan
terdahulu, kebiasaan merokok dan bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan dilakukan tabulasi silang crosstab dan uji
statistik Chi-Square atau uji alternatifnya yaitu uji fisher dengan hasil pengujian hipotesis sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Hubungan Masa
Kerja, Riwayat
Pekerjaan Terdahulu,
Kebiasaan Merokok dan Bagian Kerja di Unit Batching Plant dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit
Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Masa kerja Gejala Gangguan Sistem
Pernapasan Total
p Gejala
Tidak Gejala
n n
n
Lama ≥ 5 tahun Baru 5 tahun
17 4
100 50
4 50
17 8
100 100
0, 006 Total
21 84
4 16
25 100
Riwayat Pekerjaan Terdahulu
Pernah Bekerja di Tempat Berdebu Tidak Pernah Bekerja di Tempat
Berdebu 18
3 94,7
50 1
3 5,3
50 19
6 100
100 0, 031
Total 21
84 4
16 25
100
Kebiasaan Merokok
Merokok Tidak Merokok
19 2
95 40
1 3
5 60
20 5
100 100
0, 016 Total
21 84
4 16
25 100
Bagian Kerja di Unit Batching Plant
Operator Helper
3 18
75 85,7
1 3
25 14,3
4 21
100 100
0, 527 Total
21 84
4 16
25 100
4.2.2.1 Hubungan Masa Kerja, Riwayat Pekerjaan Terdahulu, Kebiasaan
Merokok dan Bagian Kerja di Unit Batching Plant dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT.
X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa dari 17 pekerja yang memiliki masa
kerja lama ≥ 5 tahun, terdapat 17 pekerja 100 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 006,
maka p value lebih kecil dari 0,05 0,006 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gejala gangguan
Universitas Sumatera Utara
sistem pernapasan pada pekerja unit batching batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang.
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 19 pekerja yang memiliki riwayat pekerjaan terdahulu, terdapat 18 pekerja 94,7 mengalami gejala
gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 031, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,031 0,05 sehingga Ho diterima
yang artinya ada hubungan yang bermakna antara riwayat pekerjaan terdahulu dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X
Kabupaten Deli Serdang. Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 20 pekerja yang memiliki
kebiasaan merokok, terdapat 19 pekerja 95 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 016, maka p
value lebih kecil dari 0,05 0,016 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli
Serdang. Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 21 pekerja yang memiliki
bagian kerja di unit batching plant sebagai helper, terdapat 18 pekerja 85,7 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher
didapat p value sebesar 0, 527, maka p value lebih besar dari 0,05 0,527 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara
bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 terdapat 21 pekerja 84 mengalami
gejala gangguan sistem pernapasan. Diperoleh informasi dari 21 pekerja yang mengalami gejala gangguan
sistem pernapasan, terdapat 9 pekerja mengalami gejala gangguan sistem pernapasan setiap hari dan sebanyak 20 pekerja menyatakan bahwa gejala
gangguan sistem pernapasan tersebut hilang ketika pekerja libur atau selesai bekerja.
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hubungan antara penyakit
dengan pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali bekerja
Ikhsan, 2002. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyakit silikosis pada
stadium ringan ditandai dengan sesak napas yang merupakan gejala sakit yang terpenting, mula-mula sesak napasnya ringan, kemudian bertambah berat. Pada
stadium ini sesak napas juga disertai batuk kering tidak berdahak. Pada silikosis tingkat sedang, gejala sesak napas dan batuk menjadi sangat dikenali. Bila
penyakit silikosis sudah mencapai stadium berat maka sesak napas akan mengakibatkan keadaan penderita cacat total Suma’mur, 2009. Hal ini juga
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada silikosis akut dapat terjadi
Universitas Sumatera Utara
kesulitan bernapas dan batuk kering dalam beberapa minggu setelah paparan. Silikosis timbul bertahun-tahun setelah paparan WHO, 1995. Menurut Material
Safety Data Sheet MSDS tahun 2008 juga menyatakan bahwa debu silika menyebabkan silikosis yang ditandai dengan gejala sesak napas dan batuk tidak
berdahak. Jika penderita silikosis telah mengalami fibrosis paru maka akan meningkatkan sesak napas LaDou, 2004.
5.2 Hubungan Masa Kerja dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT.
X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 17 pekerja yang memiliki masa kerja lama ≥ 5 tahun, terdapat 17 pekerja 100 mengalami
gejala gangguan sistem pernapasan. Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 006, maka p value
lebih kecil dari 0,05 0,006 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gejala gangguan sistem
pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang
bekerja maka semakin banyak terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat
mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyaw
an.
Semakin lama manusia terpapar debu di tempat kerja yang bisa dilihat dari lama bekerja
maka debu kemungkinan besar akan tertimbun di paru-paru. Hal ini merupakan
Universitas Sumatera Utara
hasil akumulasi dari inhalasi selama bekerja. Lama bekerja bertahun-tahun dapat memperparah kondisi kesehatan pekerja karena frekuensi pajanan yang sering
Suma’mur, 2009. Menurut Kurniawidjaja 2010, apabila debu terhirup oleh para pekerja dalam jangka waktu yang lama dan dalam intensitas dan konsentrasi
yang tinggi maka akan terjadi penimbunan atau pengendapan debu dalam jaringan paru-paru.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuma
Anugrah di tahun 2013 pada pekerja penggilingan divisi batu putih di PT. Sinar Utama Karya dengan lokasi kerja outdoor atau diluar ruangan bahwa dari hasil uji
Kolmogorov-Smirnov didapatkan ada hubungan antara masa kerja dengan
kapasitas vital
paru pada
pekerja penggilingan
divisi batu
putih.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dorce Mengkidi tahun 2006 pada pekerja PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan, dari hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru.
5.3 Hubungan Riwayat Pekerjaan Terdahulu dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT. X
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 19 pekerja yang memiliki riwayat pekerjaan terdahulu, terdapat 18 pekerja 94,7 mengalami
gejala gangguan sistem pernapasan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 031, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,031 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara riwayat pekerjaan terdahulu dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang. Diperoleh informasi dari 18 pekerja yang memiliki riwayat pekerjaan
terdahulu dan mengalami gejala gangguan sistem pernapasan bahwa pekerja pernah bekerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang pembuatan beton
selama 1 sampai 4 tahun dan diperoleh informasi dari 18 pekerja yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan dan memiliki riwayat pekerjaan terdahulu
bahwa 14 pekerja pernah mengalami keluhan pada saluran pernapasan dan sebanyak 10 pekerja menyatakan bahwa keluhan yang pernah dialaminya saat
bekerja di tempat kerja yang dahulu yaitu batuk kering tidak berdahak, sebanyak 2 pekerja pernah mengeluh sesak napas saat bekerja di tempat kerja yang dahulu,
dan sebanyak 2 pekerja pernah mengeluh sesak napas dan batuk tidak berdahak saat bekerja di tempat kerja yang dahulu.
Sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa adanya riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan mengakibatkan pneumokoniosis. Riwayat pekerjaan
dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan gangguan paru. Riwayat
pekerjaan yang menghadapi debu tetap harus diperhitungkan karena dapat menghasilkan akumulasi dari inhalasi debu selama bekerja di tempat kerja yang
lalu Suma’mur, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara penyakit dengan pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah
digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar dengan pekerjaan berdebu Ikhsan, 2002.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akgun et.al tahun 2015 pada mantan sandblasters, menyatakan bahwa diantara
145 mantan sandblasters diteliti pada tahun 2007 dan 83 mantan sandblasters diteliti pada tahun 2011, dengan pemantauan selama 4 tahun didapatkan 9 mantan
sandblasters 6,2 meninggal. Sebanyak 74 mantan sandblasters yang hidup
dilakukan pemeriksaan ulang, prevalensi silikosis meningkat dari 55,4 menjadi 95,9. Pemantauan selama 4 tahun ini menunjukkan bahwa hampir semua
mantan sandblasters dapat mengembangkan silikosis.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Calvert et.al tahun 2003 yang menilai pajanan debu silika dari riwayat pekerjaan responden yang meninggal karena tuberkulosis paru di 27 negara bagian di
Amerika Serikat. Proporsi kasus tuberkulosis paru yang terpajan debu silika
kategori sedang sampai tinggi pada penelitian tersebut adalah 16,5. 5.4 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Gejala Gangguan Sistem
Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 20 pekerja yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki kebiasaan merokok, terdapat 19 pekerja 95 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan.
Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 016, maka p value lebih kecil dari 0,05 0,016 0,05 sehingga Ho diterima yang artinya ada
hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli
Serdang.
Diperoleh informasi dari 19 pekerja yang memiliki kebiasaan merokok dan mengalami gejala gangguan sistem pernapasan bahwa pekerja telah memiliki
kebiasaan merokok sejak 6 sampai 25 tahun yang lalu. Sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa riwayat merokok merupakan
faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap rokok yang terhisap dalam saluran napas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas. Dengan
demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan napas. Perubahan struktur jalan
napas karena merokok biasanya di hubungkan dengan perubahankerusakan fungsi Antaruddin, 2003. Tenaga kerja yang merokok dan berada dilingkungan
yang berdebu cenderung mengalami gangguan saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja yang berada pada lingkungan yang sama tetapi tidak merokok
Mengkidi, 2006. Selain itu, menurut Gold et.al 2005, kebiasaan merokok pada pekerja yang terpapar oleh debu memperbesar kemungkinan untuk terjadinya
gangguan fungsi paru.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dorce Mengkidi tahun 2006 pada pekerja PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi
Selatan, dari hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan gangguan fungsi paru.
Hasil Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cowie tahun 2001 pada pekerja fiber industri keramik di Eropa yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penurunan nilai kapasitas vital paru sampai dibawah normal dengan kebiasaan merokok.
Hasil Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurihara dan Wada tahun 2004 pada pekerja yang terpapar silika yang
menyatakan dari hasil analisis didapatkan bahwa merokok sangat meningkatkan risiko kanker paru pada pasien silikosis risiko relatif, 4,47; 95 CI, 3,17-6,30.
Dengan demikian, penelitian ini menyarankan pentingnya mencegah silikosis dengan berhenti merokok untuk mengurangi insiden kanker paru-paru pada
pekerja yang terpapar oleh debu silika.
5.5 Hubungan Bagian Kerja di Unit Batching Plant dengan Gejala Gangguan Sistem Pernapasan pada Pekerja Unit Batching Plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 25 pekerja di unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 21 pekerja yang
memiliki bagian kerja di unit batching plant sebagai helper, terdapat 18 pekerja 85,7 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan.
Berdasarkan hasil uji fisher didapat p value sebesar 0, 527, maka p value lebih besar dari 0,05 0,527 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya tidak ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang bermakna antara bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Radnoff et. al tahun 2014
yang menyatakan bahwa meskipun potensi paparan silika berkaitan dengan tugas khusus yang dilakukan pekerja, namun hal tersebut tidak berhubungan langsung
atau tidak dapat berdiri sendiri untuk berhubungan dengan kejadian silikosis, sehingga memerlukan variabel lain untuk bersama-sama berkorelasi dengan
silikosis. Pada penelitian ini terdapat 21 pekerja yang memiliki bagian kerja di unit
batching plant sebagai helper dan hanya ada 4 pekerja yang memiliki bagian
kerja di unit batching plant sebagai operator. Namun, sebagian besar pekerja helper 85,7 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan dan sebagian besar
pekerja operator 75 mengalami gejala ganggguan sistem pernapasan. Mengingat bahwa area kerja operator dan helper sama sehingga masing-masing
bagian memiliki risiko yang sama untuk terpapar debu. Dengan demikian dapat dipahami apabila dalam penelitian ini tidak terdapat adanya hubungan yang
signifikan antara bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan.
Meskipun tidak ada hubungan antara bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan, namun dari 21 pekerja yang
memiliki bagian kerja di unit batching plant sebagai helper terdapat 18 pekerja 85,7 yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan dan dari 4 pekerja
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki bagian kerja di unit batching plant sebagai operator terdapat 3 pekerja 75 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. Dengan demikian
perbedaan bagian kerja di unit batching plant tidak memastikan pekerja aman dari gejala gangguan sistem pernapasan.
Universitas Sumatera Utara
61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang diperoleh dari 25 pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2015 sebagai berikut : 1.
Terdapat 21 pekerja 84 mengalami gejala gangguan sistem pernapasan. 2. Ada hubungan yang bermakna antara masa kerja, riwayat pekerjaan terdahulu
dan kebiasaan merokok dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant PT. X Kabupaten Deli Serdang.
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara bagian kerja di unit batching plant dengan gejala gangguan sistem pernapasan pada pekerja unit batching plant
PT. X Kabupaten Deli Serdang.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat memberikan saran untuk perbaikan sebagai berikut:
1. Pekerja sebaiknya berhenti mengkonsumsi rokok karena merokok akan
memperberat kondisi paru pekerja yang terpapar debu setiap hari. 2.
Perusahaan sebaiknya melakukan pemeriksaan fungsi paru pada pekerja yang sudah mengalami gejala gangguan sistem pernapasan untuk mengetahui
apakah gejala gangguan sistem pernapasan disebabkan oleh debu di tempat kerja atau disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Universitas Sumatera Utara
3. Perusahaan sebaiknya mengadakan alat pelindung pernapasan khusus debu
silika, mewajibkan dan mengawasi penggunaan alat pelindung pernapasan secara ketat dan kontiniu setiap kali pekerja masuk ke lingkungan kerja.
4. Perusahaan sebaiknya membuat kebijakan larangan merokok di lingkungan
kerja.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pernapasan Manusia