Keaslian Penulis Tinjauan Kepustakaan.

informasi terhadap pemikiran yang berkonsentrasi dalam perlindungan hukum kepada anak di Indonesia melalui mekanisme Diversi. Skripsi ini juga diharapkan mampu memenuhi pengetahuan para pihak yang ingin atau pun sedang mendalami pengetahuan mengenai BAPAS antara lain oleh mahasiswa, akademisi maupun masyarakat luas. b. Secara Praktis Memberikan informasi dan tambahan masukan serta konstribusi pemikiran kepada aparat penegak hukum yaitu polisi, jaksa, hakim, advokat dan institusi lainnya yang terkait dan juga kepada masyarakat luas dalam mengikutsertakan perannya terhadap pengembangan konsep Diversi.

D. Keaslian Penulis

Mengenai keaslian penulisan skripsi ini dibuat sendiri oleh penulis setelah memahami mengenai peran Bapas dalam pelaksanaan diversi, maka penulis merasa tertarik untuk membahasnya lebih lanjut. Setelah dilakukan penelitian di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui uji bersih dan hasilnya dikeluarkan pada tanggal 4 Februari 2016, menyatakan bahwa belum terdapat tulisan yang mengangkat tentang “ Peran Bapas Dalam Diversi Sebagai Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Studi Bapas Klas I Medan”. Penulisan skripsi ini dapat dikatakan masih baru, sehingga keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademis. Universitas Sumatera Utara

E. Tinjauan Kepustakaan.

1. Pengertian Anak Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, anak adalah keturunan kedua. Konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, mengatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa anak adalah tunas bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelansungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Setiap anak kelak haruslah mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapatkan yang seluas- luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejaterahan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia baik yang pernah berlaku maupun yang masih berlaku tidak terdapat pengaturan yang tegas tentang kritetia anak, definisi anak hanya ditentukan oleh satu aspek yaitu batas usia seseorang akan tetapi dapat dikecualikan apabila telah menikah. Batas usia anak memberikan pengelompokan terhadap seseorang untuk kemudian dapat disebut sebagai seorang anak. Batas usia adalah pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga anak tersebut beralih status menjadi usia dewasa atau menjadi seorang subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan hukum Universitas Sumatera Utara yang dilakukana anak itu. 9 Betapa pentingnya posisi anak bagi bangsa ini, menjadikan kita harus bersikap responsif dan progresif dalam menata peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menentukan batas usia dalam kaitannya dengan definisi anak, maka kita akan mendapatkan berbagai macam batasan usia anak mengingat beragamnya definisi batasan usia anak dalam beberapa undang- undang, misalnya : a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejaterahan Anak, mendefinisikan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 21 tahun dan belum pernah kawin. b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun Hak Asasi Manusia, mendefinisikan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan belum pernah kawin. c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 trntang Ketenagakerjaan, mendefinisikan bahwa anak orang yang berumur dibawah 18 tahun. d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberlakukan wajib belajar 9 tahun, yang dikonotasian menjadi anak berusia 7 sampai 15 tahun. e. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 jo Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, mendefinisikan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan. 9 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2012, hlm. 127. Universitas Sumatera Utara f. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, mendefinisikan anak adalah seseorang yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak melakukan tindak pidana. 10 Tidak adanya keseragaman mengenai definisi atau kriteria anak di Indonesia menciptakan suatu konsekuensi tersendiri dalam sistem hukum yang berlaku yang mana seseorang dapat dikategorikan sebagai anak berdasarkan keadaan hukum yang ada pada saat itu. Setiap orang yang bersinggungan dengan hukum pidana maka untuk dapat menentukan orang tersebut dikategorikan sebagai anak atau bukan, maka akan merujuk kepada ketentuan UU SPPA karena dalam hukum pidana pengertian anak pada hakikatnya menunjuk kepada persoalan batas usia pertanggungjawaban pidana. 2. Pengertian Bapas Balai Pemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah Bapas mulai dikenal dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatn. Namun Bapas memiliki beberapa pengertian dari beberapa peraturan yang saling berkaitan, yaitu : a. Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, menyebutkan Bapas adalah pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. 11 b. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, menyebutkan Bapas adalah unit pelaksanaan teknis pemasyarakatan yang 10 Ibid, hlm. 8-10. 11 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pemasyarakatan. Universitas Sumatera Utara melaksanakan tugas dan fungsi penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan. 12 Khusus dalam penanganan terhadap anak, peran Bapas sendiri mulai terlihat jelas sejak berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Pidana Anak pada tanggal 3 Januari 1998 yang mana terdapat petugas khusus yang kehadirannya sangat penting dalam acara peradilan pidana anak di Indonesia yaitu Petugas Pembimbingan Kemasyarakatan atau lebih dikenal dengan sebutan Bapas. Salah satu yang menjadi tugas dari Bapas ini adalah melakukan Penelitian Kemasyarakatan LITMAS yang mana hasil dari Penelitian Kemasyrakatan ini merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dan diperhatikan oleh penyidik, penuntut umum dan hakim dalam memeriksa perkara anak. Pada saat lahirnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang sekaligus mencabut Undang-Undang No. 3 Tahun 1997, memasukan diversi sebagai salah satu bentuk penyelesaian perkara anak yang juga melibatkan peran serta Bapas di dalam proses diversi tersebut selain Kepolisian, Kejaksaan dan Hakim. 13 3. Pengertian Diversi Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar peradilan pidana. 14 Ide dasar diversi atau pengalihan ini adalah untuk menghindari efek negatif pemeriksaan konvensional peradilan pidana anak terhadap anak, baik efek negatif proses peradilan maupun 12 Pasal 1 angka 24 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 13 Edy Ikhsan, Op.Cit, hlm. 58. 14 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Universitas Sumatera Utara efek negatif stigma cap jahat proses peradilan, maka pemeriksaan secara konvensional dialihkan, dan kepada anak tersebut dikenakan program-program diversi tersebut. 15 Diversi pada hakikatnya bertujuan untuk tetap menjamin anak tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun mental. Diversi itu sendiri dapat juga dikatakan selaras atau mempunyai relevansi dengan tujuan pemidanaan terhadap anak. Tujuan dari pemidanaan anak itu sendiri adalah untuk tetap memberikan jaminan kepada anak agar tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun secara mental. Melaksanakan perampasan kemerdekaan terhadap anak khususnya dalam bentuk penjara melalui mekanisme peradilan pidana memberikan pengalaman yang traumatis terhadap anak, sehingga anak terganggu perkembangan dan pertumbuhan jiwanya. Pada waktu anak bersentuhan dengan dunia peradilan maka hal tersebut akan menjadi pengalaman pahit dan bayang- bayang gelap kehidupan anak yang tidak mudah dilupakan karena pada dasarnya anak belum siap secara mental. 16 Pelaksanaan diversi dilatar belakangi keinginan menghindarkan efek negatif terhadap jiwa dan perkembangan anak oleh keterlibatannya dengan sistem peradilan pidana. Pelaksanaan diversi oleh aparat penegak hukum didasari oleh kewenangan aparat penegak hukum yang disebut discretion atau dalam bahasa Indonesia disebut diskresi. 17 15 Marjoko, Penerapan Diversi Dalam Penanganan Anak Berkonflik Hukum, Medan : Pusaka Indonesia, 2014, hlm. 24. 16 Koesno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Malang : UMM Prees, 2014, hlm. 28-29. 17 Marlina, Op.Cit, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara 4. Pengertian Sistem Peradilan Pidana Anak Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana. 18 Istilah sistem peradilan pidana anak merupakan terjemahan dari istilah “The Juvenile Justice System” yaitu suatu istilah yang digunakan sedefinisi dengan jumlah institusi yang tergabung dalam pengadilan, yang meliputi polisi, jaksa penuntut umum dan penasehat hukum, lembaga pengawasan, pusat-pusat penahanan anak dan fasilitas-fasilitas penahanan anak. Penggunaan kata sistem peradilan pidana anak, mengandung istilah “sistem peradilan pidana” dan istilah “anak”. Kata “anak” dalam frasa “sistem peradilan pidana anak” mesti dicantumkan, hal ini bertujuan untuk dapat membedakan dengan sistem peradilan pidana orang dewasa. Sistem peradilan pidana anak merupakan bagian dari sistem peradilan pidana. Sistem peradilan pidana Criminal Justice System menunjukan mekanisme kerja dalam penanggulangan kejahatan dengan mempergunakan dasar “pendekatan sistem”. 19 Sistem peradilan pidana adalah sistem pengendalian kejahatan yang terdiri dari lembaga Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Pemasyarakatan Terpidana. Sistem peradilan pidana mempunyai beberapa komponen yang bekerja sama yaitu: Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan LAPAS. Keempat komponen ini diharapkan bekerja sama membentuk suatu “integrated criminal justice system” atau dikenal dengan “sistem peradilan pidana terpadu”. Sistem perdilan pidana juga dikatakan sebagai bentuk jaringan 18 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 19 M. Nasir Djamil, Op.Cit, hlm. 43-44. Universitas Sumatera Utara network peradilan yang menggunakan hukum pidana sebagai sarana utamanya, baik hukum pidana materil, hukum pidana formil maupun pelaksanaan pidananya. 20 Walaupun sistem peradilan pidana anak merupakan bagian dari sistem peradilan pidana akan tetapi sistem peradilan pidana anak berbeda dengan sistem peradilan pidana tersebut. Perbedaan tersebut terletak pada objeknya yaitu hanya khusus anak, pada sistem peradilan pidana anak meliputi segala aktivitas pemeriksaan dan pemutusan perkara pidana yang menyangkut anak. Menekankan atau memusatkan pada “kepentingan anak” harus merupakan pusat perhatian dalam pemeriksaan perkara pidana anak. 21 Sistem peradilan pidana diselenggarakan dengan memperhatikan kesejaterahan anak. Kesejaterahan anak itu penting karena: a. Anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang landasannya telah diletakan oleh generasi sebelunya. b. Agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka perlu mendapat kesempatan untuk tumbuh, berkembang secara wajar. c. Bahwa didalam masyarakat terdapat anak-anak yang mengalami hambatan kesejaterahan rohani, jasmani, sosial dan ekonomi. d. Anak belum mampu memelihara dirinya. 22 Pada dasarnya sistem peradilan pidana merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang bersifaf penal yaitu menggunakan hukum pidana sebagai sarana utama yang meliputi hukum pidana materil dan hukum pidana formil. Melalui sistem peradilan pidana masyarakat berharap agar intrumen-intrumen didalam 20 Maidin Gultom, Op.Cit, hlm. 80-81. 21 Ibid, hlm. 84. 22 Ibid, hlm. 90. Universitas Sumatera Utara sistem peradilan pidana tersebut bergerak secara terpadu dalam mencapai suatu tujuan yang dihendaki bersama yaitu mencegah terjadinya kejahatan. Sistem peradilan pidana memiliki dua tujuan yaitu untuk melindungi masyarakat dan menegakan hukum. Hadirnya diversi dalam tatanan sistem peradilan pidana menggeser presfektif dari sistem peradilan pidana tersebut yang awalnya mengedepankan pemidanaan atau penjatuhan hukuman terhadap si pelaku. 23

F. Metode Penelitian.