Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Diversi

penjahat sekalian dia sudah keluar dari lembaga. Stigmatisasi oleh masyarakat dapat juga dikatakan sebagai wujud dari sosial punisment yang jauh lebih berat ketimbang pidana yang diberikan oleh lembaga pengadilan, sebab stigmatisasi biasanya berlansung dalam waktu yang cukup lama bahkan terkadang seumur hidup. 55 Dehumanisasi dan stigmatisasi ini secara tidak lansung menjadi faktor kriminogen bagi anak. Sebab dengan tidak diterimanya anak dalam lingkungan sosial yang baik akan menjadikan anak tersebut kembali pada komunitas kejahatan yang dapat menerimanya. Anak tidak memperoleh perlakuan dari lingkungan sosialnya sebagaimana mestinya akan membuat anak mencari lingkungan yang dapat menerima keberadaannya. Pengalihan dari proses yustisial menuju ke proses non yustisial juga merupakan cara penanggulangan kejahatan yang dilakukan oleh anak yang pada dasarnya sebagai upaya untuk menghindarkan anak dari penerapan hukum pidana.

E. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Diversi

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa diversi merupakan suatu pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar peradilan pidana. Diversi yang juga merupakan bagian dari sistem peradilan pidana anak dengan bentuk pengalihan merupakan suatu upaya yang wajib untuk dilaksanakan dalam setiap tingkatan pemeriksaan, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 7 ayat 1 UU SPPA yang menyatakan bahwa pada tingkat penyidikan, 55 Ibid, hlm. 145-146. Universitas Sumatera Utara penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri wajib diupayakan diversi. Berdasarkan ketentuan dari Pasal 7 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pelaksanaan diversi menjadi kewajiban dari aparat penegak seperti penyidik, penuntut umum dan hakim sesuai dengan dimana tingkatan pemeriksaannya berada. 1. Penyidik, merupakan pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. 56 Pada saat penanganan perkara pidana anak penyidik yang berwenang untuk menanganinya adalah penyidik khusus yang disebut dengan “penyidik anak” yaitu penyidik yang ditetapkan secara lansung oleh Pimpinan Lembaga Kepolisian, sebagaimana Pasal 26 ayat 1 UU SPPA yang berbunyi : “Penyidik terhadap perkara anak dilakukan oleh Penyidik yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia.” Seorang penyidik agar dapat diangkat sebagai Penyidik Anak, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh seorang anggota kepolisian, yang dimuat dalam Pasal 26 ayat 3 UU SPPA, yaitu : a. Telah berpengalaman sebagai penyidik. 56 Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak, c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak. 2. Penuntut Umum, merupakan jaksa yang diberi wewenang oleh undang- undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. 57 Pada saat penanganan perkara pidana anak penuntut umum yang berwenang untuk menanganinya adalah penuntut umum khusus yang disebut dengan “penuntut umum anak” yaitu penuntut umum yang ditetapkan secara lansung oleh Jaksa Agung, sebagaimana Pasal 41 ayat 1 UU SPPA yang berbunyi : “Penuntut terhadap perkara anak dilakukan oleh Penuntut Umum yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung.” Penuntut Umum yang dapat diangkat sebagai Penuntut Umum Anak, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh seorang jaksa, yang dimuat dalam Pasal 41 ayat 2 UU SPPA, yaitu : a. Telah berpengalaman sebagai penuntut umum. b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak, c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak. 3. Hakim, merupakan pejabat peradilan negara yang yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. 58 Pada saat penanganan perkara pidana anak hakim yang berwenang untuk 57 Pasal 1 angka 6 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Pidana. 58 Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Universitas Sumatera Utara menanganinya adalah hakim khusus yang disebut dengan “hakim anak” yaitu hakim yang ditetapkan secara lansung oleh Ketua Mahkamah Agung, sebagaimana Pasal 43 ayat 1 UU SPPA yang berbunyi : “Pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap perkara anak dilakukan oleh hakim yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi.” Hakim yang dapat diangkat sebagai Hakim Anak, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh seorang hakim, yang dimuat dalam Pasal 43 ayat 2 UU SPPA yaitu : a. Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum. b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak, c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak. Diversi yang menjadi kewajiban untuk dilaksanakan dalam proses penyelesaian perkara pidana anak, tidak hanya melibatkan aparat penegak hukum polisi, jaksa dan hakim yang merupakan unsur pokok dari proses diversi tersebut melainkan juga melibatkan beberapa elemen didalamnya guna untuk memperoleh atau mencapai kesepakatan yang bisa dikehendaki bersama untuk menyelesaikan perkara pidana anak tersebut dengan tetap mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak. Sebagaimana yang sudah dicantumkan oleh Pasal 8 ayat 1 UU Universitas Sumatera Utara SPPA 59 yang menentukan pihak-pihak lain diluar aparat penegak hukum yang terlibat dalam proses pelaksanaan diversi, yaitu : 1. Anak dan orang tuaWalinya, merupakan anak yang menjadi pelaku dalam tindak pidana yang didampingi oleh orang tuanya selaku perwakilan dari pihak keluarga si anak. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua anak, kehadiran wali disini untuk mendampingi anak sama halnya dengan orang tua. 2. Korban, merupakan orang yang mengalami kerugian baik fisik maupun psikis danatau materi atas perbuatan yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku. Korban dapat dibedakan menjadi 2 dua yaitu korban dewasa dan anak. Untuk dapat membedakannya Pasal 1 angka 4 UU SPPA secara limitatif menyatakan bahwa : “Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut anak korban adalah anak yang belum berumur 18 tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental danatau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.” Secara tersirat dapat disimpulkan bahwa yang dikategorikan sebagai korban dewasa adalah seseorang yang telah berusia 18 tahun keatas dan korban anak adalah seseorang yang belum genap berumur 18 tahun. 59 Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan bahwa “Proses diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan Anak dan orang tuaWalinya, korban danatau orang tuaWalinya, Pembimbing Kemasyarakatan dan Pekerja Sosial Pro fesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.” Universitas Sumatera Utara 3. Pembimbing Kemasyarakatan atau biasa disebut dengan PK, merupakan pejabat fungsional Bapas yang menjalankan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan dan pendampingan terhadap anak di dalam dan di luar proses peradilan. Petugas Bapas yang dapat diangkat menjadi PK terlebih dahulu harus memenuhi syartat yang telah ditentukan oleh Pasal 64 ayat 2 UU SPPA sebagai berikut : a. Berijazah paling rendah diploma tiga D-3 bidang ilmu sosial atau setara atau telah berpengalaman bekerja sebagai pembantu Pembimbing Kemasyarakatan bagi lulusan : 1 Sekolah Menengah Kejuruan bidang pekerjaan sosial berpengalaman paling singkat 1 satu tahun; atau 2 Sekolah Menengah Atas dan berpengalaman di bidang pekerjaan sosial paling singkat 3 tiga tahun. b. Sehat jasmani dan rohani. c. Pangkatgolongan ruang paling rendah Pengatur Muda Tingkat IIIb. d. Mempunyai minat, perhatian dan dedikasi di bidang pelayanan dan pembimbingan pemasyarakatan serta perlindungan anak. e. Telah mengikuti pelatihan teknis Pembimbingan Kemasyarakatan dan memiliki sertifikat. Seorang petugaspegawai Bapas yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud diatas tidak serta merta membuatnya lansung menjadi seorang Pembimbing Kemasyarakatan atau PK, tetapi haruslah lebih dahulu menjadi Pembantu Pembimbing Kemasyarakatan atau PPK yang bertugas untuk membantu tugas dari PK. Bahwa untuk menjadi seorang PK maka terlebih dahulu harus menjadi seorang PPK yang nantinya akan dilakukan penilaian untuk diangkat menjadi PK, biasanya dilihat juga dari tingkat pendidikannya apabila PPK berlatar belakang S1 maka dia akan menjabat menjadi PPK minimal 1 tahun, Universitas Sumatera Utara apabila D-3 minimal 2 tahun dan apabila hanya dari lulusan SLTA minimal 3 tahun. 60 4. Pekerja Sosial Profesional, merupakan seorang yang bekerja baik di lemabaga pemerintah maupun swasta, yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial serta kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, danatau pengalaman praktek pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial anak. Pasal 66 UU SPPA mencantumkan syarat untuk dapat diangkat menjadi Pekerja Sosial Profesional sebagai berikut : a. Berijazah paling rendah strata satu S-1 atau diploma empat D-4 di bidang pekerjaan sosial atau kesejaterahan sosial. b. Berpengalaman kerja paling singkat 2 dua tahun dibidang praktek pekerjaan sosial dan penyelenggaraan kesejaterahan sosial. c. Mempunyai keahlian atau keterampilan khusus dalam bidang pekerjaan sosial dan minat untuk membina, membimbing, dan membantu anak demi kelansungan hidup, perkembangan fisik, mental, sosial dan perlindungan terhadap anak. d. Lulus uji kompetensi sertifikasi Pekerja Sosial Profesional oleh organisasi profesi di bidang kesejaterahan sosial. Pekerja Sosial Profesional bertugas untuk mendampingi korban apabila korbannya juga anak Anak Korban dan juga membuat laporan sosial sebagai informasi yang dibutuhkan penyidik dalam melakukan pemeriksaan terhadap Anak Korban danatau Anak Saksi. Laporan sosial merupakan hal yang sangat penting, sehingga terhadap penyidik yang tidak meminta laporan sosial dapat dikenakan sanksi administrasi. 61 60 Hasil Wawancara dengan Bapak Saiful Azhar PK di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan, Tanggal 19 April 2016 di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan. 61 Lilik Mulyadi, Op.Cit, hlm. 38. Universitas Sumatera Utara

F. Syarat-Syarat Pelaksanaan Diversi.