Jurnal Peraturan Perundangan-Undangan. Internet Hasil Wawancara

Nazir, M, 2003, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Pramukti, Angger Sigit dan Fuady Primaharsya, 2015, Sistem Peradilan Pidana Anak, Pustaka Yustisia, Yogyakarta. Rahardjo, Satjipto, 2006, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. Salahuddin, 2011, Hukum Arbitrase : Penyelesaian Sengketa Bisnis, Pustaka Bangsa Press, Medan. Soetedjo,Wagiati, 2013, Hukum Pidana Anak, PT. Refika Aditama, Bandung. Sugiyono, 2013, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta,Bandung. Sukadana, I Made, 2012,Mediasi Peradilan : Mediasi Dalam Sistem Peradilan Perdata Indonesia Dalam Rangka Mewujudkan Proses Peradilan Yang Sederhana, Cepat Dan Berbiaya Ringan, Prestasi Pustaka, Jakarta. Usman, Rachmadi, 2012, Mediasi Di Pengadilan : Dalam Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta Timur. Wahyudi, Setya, 2011, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta.

B. Jurnal

Azhar, Saiful, 2014, Peran Bapas Dalam Penanganan Anak Berhadapan Dengan Hukum, Pusaka Indonesia, Medan. Universitas Sumatera Utara Hasibuan, Lidya Rahmadani, 2014, Diversi Dan Keadilan Restoratif Justice Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Pusaka Indonesia, Medan. Ikhsan, Edy, 2014, Diversi dan Keadilan Restoratif Kesiapan Aparat Penegak Hukum dan Masyarakat, Pustaka Indonesia, Medan. Marjoko, 2014, Penerapan Diversi Dalam Penanganan Anak Berkonflik Hukum,Pusaka Indonesia, Medan.

C. Peraturan Perundangan-Undangan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

D. Internet

http:www.google.comurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=7cad=rja uact=8ved=0ahUKEwjM99OStp3MAhUEm5QKHYxBC5sQFghIMA Yurl=http3A2F2Frepository.usu.ac.id2Fbitstream2F12345678 92F485422F32FChapter2520II.pdfusg=AFQjCNE6ikbWcu5bH Universitas Sumatera Utara JPNNFdbNkK5F8gvLAbvm=bv.119745492,d.dGo.Diakses Tanggal 20 April 2016, Pukul 23.05 WIB. http:www.hukumonline.comberitabacalt4e25360a422c2pendekatan- irestorative-justice-i-dalam-sistem-pidana-indonesia-broleh--jecky- tengens--sh-. Diakses Tanggal 16 April 2016, Pukul 15.48 WIB.

E. Hasil Wawancara

Wawancara dengan Bapak Saiful Azhar PK di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan, Tanggal 19 April 2016 di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan. Universitas Sumatera Utara BAB III PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN BAPAS KLAS I MEDAN DALAM PELAKSANAAN DIVERSI A. Kedudukan Balai Pemaasyarakatan BAPAS dalam Diversi 1. Sebagai Petugas Kemasyarakatan. Ketentuan UU SPPA memuat 3 tiga bentuk Petugas Kemasyarakatan yang terdiri dari Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejaterahan Sosial. 66 Pembimbing Kemasyaratan berasal dari Kementerian Hukum dan Ham dan Pekerja Sosial Profesional berasal dari Kementerian Sosial sedangkan Tenaga Kesejaterahan Sosial berasal dari Organisasi Sosial Kemasyarakatan. 67 Balai Pemasyarakatan atau Bapas yang berada dibawah lingkungan Kementerian Hukum dan HAM merupakan salah satu instrumen yang harus dilibatkan dalam pelaksanaan proses diversi. Keterlibatan bapas dalam pelaksanaan diversi diwakili oleh Petugas Kemasyarakatan Bapas yang disebut dengan Pembimbing Kemasyarakatan atau dikenal dengan istilah PK. Petugas Kemasyarakatan bertugas untuk membantu memperlancar tugas dari aparat penegak hukum baik didalam maupun diluar persidangan, tidak terkecuali dengan PK Bapas. Pada waktu proses pelaksanaan diversi PK Bapas bertindak untuk memberi pendampingan atau mendampingi anak, hal ini bertujuan agar proses pelaksanaan diversi dapat mencapai kesepakatan atau dengan kata lain diversi berhasil. 68 Hadirnya PK Bapas juga berperan untuk menghindarkan anak 66 Pasal 63 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 67 Maidin Gultom, Op.Cit, hlm. 184. 68 Hasil Wawancara dengan Bapak Saiful Azhar PK di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan, Tanggal 19 April 2016 di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan. Universitas Sumatera Utara dari intimidasi yang kemungkinan dapat terjadi kepada anak selama proses diversi. 2. Sebagai Mediator Diversi. Diversi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan restoratif justice yang berarti bahwa mengedepankan musyawarah yang melibatkan para pihak. Penyelesaian masalah dengan musyawarah dalam dunia hukum dikenal dengan istilah mediasi. 69 Sebagaimana dalam mediasi pada proses diversi juga melibatkan mediator didalamnya sebagai pihak ketiga setelah pelaku dan korban. Pada proses diversi Bapas juga bertindak sebagai mediator, 70 walaupun pada dasarnya Bapas berada dipihak anak sebagai pelaku selaku pendamping anak tersebut akan tetapi Bapas juga tetap melihat dan mementingkan kepentingan korban. 71 Mediator membantu para pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan atau kesepakatan karena pengambilan keputusan tidak berada ditangan mediator tetapi ditangan para pihak yang bersengketa. 72 Sama halnya dengan Bapas walaupun pada dasarnya Bapas mempunyai beban moral bahwa diversi harus berhasil atau mencapai kesepakatan akan tetapi sebagai mediator Bapas tidak mempunyai kewenangan dalam mengambil kesepakatan. Peran mediator adalah untuk membangun komunikasi yang baik diantara para pihak, selanjutnya 69 Mediasi merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa melalui jalur luar pengadilan yang melibatkan pihak ketiga didalamnya. 70 Mediator merupakan pihak ketiga yang dilibatkan dalam proses pelaksanaan mediasi sebagai pihak netral yang tidak memihak. 71 Hasil Wawancara dengan Bapak Saiful Azhar PK di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan, Tanggal 19 April 2016 di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan. 72 Salahuddin, Hukum Arbitrase : Penyelesaian Sengketa Bisnis, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2011, hlm. 54. Universitas Sumatera Utara mengoptimalkan pemberdayaan masing-masing pihak dengan mengajukan tawaran atau pilihan-pilihan yang dapat mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak. 73 Meskipun mediator tidak mempunyai kewenangan dalam pengambilan kesepakatan akan tetapi keberhasilan untuk mencapai kesepakatan juga terletak oleh peran mediator didalamnya, seorang mediator harus memiliki keterampilan dalam membangun komunikasi untuk dapat menciptakan suasana yang bersifat kekeluargaan sehingga nantinya para pihak dapat menyampaikan segala sesuatunya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing pihak dan para pihak dapat menerimanya dengan berbesar hati, seperti halnya pelaku mau mengakui kesalahannya dan mau bertanggungjawab begitu juga korban dapat memahami keadaan atau kondisi pelaku. 74 Keterampilan dalam komunikasi mutlak diperlukan oleh mediator karena mempermudah pertukaran informasi, mendorong diskusi mengenai perbedaan-perbedaan kepentingan, presepsi, penafsiran terhadap situasi dan persoalan-persoalan tetapi tetap mengatur pengungkapan emosi. 75 Seorang mediator juga harus berperan secara aktif dengan memberikan wacana, nasihat dan alternatif solusi kepada para pihak karena peran mediator dalam diversi untuk membantu penyelesaian perkara bukan seperti mediator pasif yang hanya berfungsi sebagai fasilitator. 76 73 I Made Sukadana, Mediasi Peradilan : Mediasi Dalam Sistem Peradilan Perdata Indonesia Dalam Rangka Mewujudkan Proses Peradilan Yang Sederhana, Cepat Dan Berbiaya Ringan, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2012, hlm. 188. 74 Hasil Wawancara dengan Bapak Saiful Azhar PK di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan, Tanggal 19 April 2016 di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan. 75 Rachmadi Usman, Mediasi Di Pengadilan : Dalam Teori dan Praktik, Jakarta Timur : Sinar Grafika, 2012, hlm. 83. 76 Maidin Gultom, Op.Cit, 198. Universitas Sumatera Utara 3. Sebagai Co-Mediator Diversi. Disamping menjadi mediator dalam proses diversi, Bapas juga dapat menjadi co-mediator diversi yang mana mediator diversi tersebut dijalankan oleh aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa atau hakim. Co-mediator berperan dalam mendampingi dan membantu mediator polisi, jaksa atau hakim dalam memimpin proses diversi, 77 seperti halnya mencatat seluruh pelaksanaan proses diversi. Bapas sebagai co-mediator juga dapat memberikan rekomendasi kesepakatan diversi kepada mediator dengan bentuk : a. Pengembalian kerugian dalam hal ada korban. b. Rehabilitasi medis dan psikososial. c. Penyerahan kembali kepada orang tua. d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS paling lama 3 bulan. e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 bulan. 78 Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa Bapas memiliki peranan penting dalam diversi. Bapas Klas 1 Medan memiki SOP Standar Operasional Prosedur saat menjalankan peran dalam pelaksanaan diversi, sebagai beriut : a. Menyiapkan data dan berkas Litmas pengajuan diversi. b. Melakukan konfirmasi kepada pihak-pihak terkait korban,klien,tokoh masyarakat,penyidik. c. Menyepakati jadwal dan tempat pertemuan untuk melakukan diversi. d. Melakukan musyawarah dengan mediator dari PK. e. Menyampaikan hasil Litmas. f. Memberikan kesempatan bagi masing-masing pihak untuk menyampaikan pendapatnya. g. Melakukan negosiasi. 77 Ibid, hlm. 196. 78 Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Universitas Sumatera Utara h. Membuat kesepakatan hasil musyawarah. i. Menandatangani hasil kesepakatan oleh masing-masing pihak terkait. j. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan diversi. k. Melaksanakan hasil kesepakatan. Implementasi dari SOP Pelaksanaan Diversi yang menjadi acuan oleh Bapas Klas 1 Medan dapat dilihat dalam skema sebagai berikut : Skema 1. SOP Pelaksanan Diversi Bapas Klas I Medan. Sumber : Subseksi Bimkemas Klien Anak Bapas Klas I Medan. 79 79 Rangkuman SOP Pelaksanaan Diversi Bapas Klas I Medan. Menyiapkan Data dan Berkas Diversi Melakukan Musyawarah Melakukan Konfirmasi dengan Para Pihak Para Pihak Menyampaikan Pendapat Menyampaikan Hasil Litmas Menyepakati Jadwal dan Tempat Melakukan Negoisiasi Membuat Kesepakatan Hasil Musyawarah Dokumentasi Hasil Pelaksanaan Diversi Para Pihak Menandatangani Hasil Kesepakatan Melaksanakan Hasil Kesepakatan Universitas Sumatera Utara

B. Tugas Balai Pemasyarakatan BAPAS