64
Universitas Sumatera Utara
Selain terus menyebarluaskan informasi thalasemia keberbagai kalangan. POPTI juga seringa mengadakan kegiatan untuk memperkuat tali silahturahmi
sesama orang tua dan penderita thalasemia yang ada dikota Medan. Kegiatan berupa arisan setiap beberapa kali dalam satu bulan merupakan tempat yang
paling efektif bagi para orang tua untuk saling berbagi cerita tentang isi hati dan keluh kesah mereka. Tapi arisan juga menjadi tempat para orang tua mendapatkan
informasi mengenai pengobatan thalasemia yang terus berkembang. “Kami ada arisan. Arisan ini kayak tempat kami ngumpul trus cerita
cerita. Nanti juga ada dokter dokter dari POPTI yang datang. Ngasih penyuluhan tentang pengobatan thalasemia yang baik dan benar. Ada
juga tempat bagi kami dapat informasi terbaru tentang obat obat. Secara kan pengobatan ini kian berkembang setiap tahunnya. Dari
yang dulu kelasi besi itu pake suntik. Jadi harus kerumah sakit hingga yang seka
rang berupa obat. Tinggal minum aja” Dulu sebelum ditemukan nya obat minum kelasi besi, para pasien harus
mengomsumsi obat kelasi besi melalui pump, pump adalah alat seperti suntik yang menyuntikkan langsung cairan kelasi besi ke dalam tubuh pasien thalasemia. Alat
ini pada saat itu sangatlah mahal. Berkisar 3 juta rupiah. Waktu itu harga 3 juta rupiah untuk keluarga ibu sutina dan murisda juga ibu samrma merupakan harga
yang sangat mahal. Yang pada akhirnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ibu sutina membeli alat itu dengan cara berbagi dengan teman yang lain. Sehingga alat
itu bisa dipinjamkan. “Dulu ibu sebelum ada obat minum ini, ibu kongsi beli alat pumpnya
sama ibu ibu yang lain. Jadi obat itu bisa dipinjamkan kalau anak ibu udah selesai make. Harganya mahal jadi ibu gak mampu kalau beli
sendiri. Sedangkan kalau ngerepin dari rumah sakit lama prosesnya”
4.2 Pembahasan
Adapun pembahasan atas hasi penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Proses Komunikasi Kesehatan
“Health Communication is the study or use of communication strategies to inform and to influence individual and community
decision that enhance health” CDC,2001; U.S Department of Health and
Human Service,
2005, dikutip
dalam buku
Health Communication, from theory ti practice Renata Schiavo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
65
Universitas Sumatera Utara
Yang mana artinya, komunikasi kesehatan adalah suatu studi yang mempelajari bagaimana penggunaan strategi di dalam menyebarluaskn informasi
kesehatan yang dapat mempengaruhi individu atau kelompok atau komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan
kesehatan. Komunikasi yang terjadi di organisasi Yayasan Thalasemia Indonesia YTI cabang kota Medan merupakan komunikasi kesehatan. Hal ini dikarenakan
kegiatan komunikasi yang terjadi menyangkut bagaimana suatu proses pesan komunikasi kesehatan tersampaikan dengan baik dan dapat diterima oleh audiens.
Pendidikannya komunikasi dilihat sebagai kajian yang digunakan untuk mempelajari bagaimana soseorang dapat membuat suatu berita. Tempat orang
belajar jurnalis. Tapi kini semakin berkembangnya zaman, komunikasi merupakan suatu ilmu yang kerap dijadikan sebagi pasanga kajian ilmu lain. Dalam penelitian
ini komunikasi dijadikan pasangan dalam ilmu kesehatan. Komunikasi kesehatan yang terjadi diorganisasi YTI merupakan proses
komunikasi untuk menyebarluaskan informasi thalasemia kepada masyarakat pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini YTI menggunakan
berbagai pendekatan komunikasi kesehatan untuk mencapai tujuan mereka dalam mengurangi penderita thalasemia dan untuk mencapai misi mereka dalam
memutuskan tali rantai darah dengan thalasemia. Namun YTI tidak bergerak sendiri dalam melakukan tujuan-tujuan tersebut. Ada POPTI yang merupakan
organisasi yang memang bergerak dibidang yang sama dengan YTI. YTI dan POPTI merupakan organisasi yang saling berdampingan. YTI didirikan untuk
membantu POPTI. Kedua organisasi menggunakan komunikasi kesehatan dalam bergerak menagangani thalasemia di kota Medan.
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang bersifat genetik. Menyebabkan protein yang di dalam sel darah merah atau Hb tidak berfungsi
secara normal. Hb yang berada di dalam tubuh kita memiliki pernan penting karena Hb lah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh anggota
tubuh. Pada pendidikannya di dalam tubuh seirang penderia thalasemia Hb yang berkerja dengan normal sangat sedikit. Oleh karena itu pasien thalasemia memiliki
kadar oksigen rendah di dalam tubuhnya. Thalasemia tidak bisa diobati. Tidak
Universitas Sumatera Utara
66
Universitas Sumatera Utara
memliki obat yang akurat untuk menyembuhkan penyakit ini. Pasien thalasemia pada pendidikannya melakukan dua jenis pengobatan yang dilakukan secara
teratur. Yang pertama adalah mereka melakukan transfusi darah secara berkala. Transfusi darah dilakukan sebelum pasien memiliki Hb dibawah normal. Darah
yang masuk ke dalam tubuh seseorang juga memiliki efek samping. Jumlah sel darah merah yang masuk ke dalam tubuh mengandung zat besi, jika zat besi terus
bertambah dan menumpuk maka akan membawa dampak lain kepada organ tubuh. Zat besi ini juga membuat kulit pasien menjadi hitam. Obat kelasi besi adalah
salah satunya cara untuk mengotrol zat besi di dalam tubuh. Pertumbuhan seorang pasien thalasemia juga akan terganggu. Thalasemia juga pada akhirnya
menganggu fungsi organ tubuh lainnya. Thalasemi sama berbahaya dengan penyakit lainnya. Namun hingga kini thalasemia tidak dikenal oleh masyarakat.
Jumlah penderitanya yang kian bertambah dengan drastis membuat pihak pihak terkait seperti YTI dan POPTI semakin giat menggencarkan kegiatan penyebaran
informasi thalasemia kepada setiap kalangan masyarakat. Dibutuhkan komunikasi kesehatan dalam melakukan penyebaran informasi
thalasemia kepada setiap kegiatan sosialisasi yang dilakukan YTI dan POPTI. Komunikasi kesehatan yang dapat menyampaikan informasi kesehatan dengan
baik dan ini lah yang dilakukan oleh kedua organisasi tersebut. Hal ini didasarkan pada pernyataan yang diberikan oleh kelima informan peneliti. Setiap informan
mengatakan hal yang sama terkait dengan komunikasi kesehatan yang berlangsung di kedua organisasi tersebut. Komunikasi kesehatan yang dilakukan
YTI berupa penyebaran informasi kesehatan mengenai penyakit thalasemia. Berupa promisi kesehatan khusus penyakit thalasemia dan terakhir adalah
pemeliharaan kesehatan penyakit thalasemia bagi mereka yang terkena thalasemia maupun orang tua yang memiliki anak yang merupakan seorang pasien
thalasemia. “Kami di YTI semenjak tahun 2014 berusaha sebaik mungkin untuk
megenalkan thalamseia kepada siapapun. Kesemua kalagan masyarakat. Thalasemia ini bahaya sekali. Siapapun bisa jadi
memiliki gen pembawa thalasemia”
Universitas Sumatera Utara
67
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan di atas diungkapkan oleh ibu Sarmawati selaku wakil ketua YTI. Beliau menjelaskan bahwa menyebarluaskan informasi thalasemia
merupakan kegiatan yang paling utama yang dilakukan YTI. Hal ini dilakukan agar masyarakat lebih sadar dan waspada akan thalasemia. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh informan primer kedua dan ketiga. Yaitu dr. Nelly yang merupakan tim medis yang bergabung di dalam organisasi ini.
“Thalasemia ini tidak seterkenal penyakit lain. Masih banyak masyarakat kita yang tidak tahu. Atau bisa dikatakan seluruh
masyarakat di Medan. Orang tua yang memiliki anak penderita thalasemia pun, tadinya tidak tahu. Ketika mereka tahu anaknya sakit
baru mereka s
adar bahwa penyakit ini ada. Dan harus di waspadai.” Beliau mengungkapkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus
dilakukan YTI untuk bisa melakukan penyebaran informasi disetiap kalangan masyarakat di Medan. Untuk mengupayakan penyebaran informasi yang efektif
dan luas maka dibutuhkan komunikasi kesehatan berupa promosi kesehatan secara menyeluruh. Hal serupa juga diungkapkan oleh Prof. Bida Sari selaku dokter yang
paling lama berkenalan dengan organisasi POPTI dan tahu bagaimana kondisi dari penyebaran thalasemia di kota Medan.
“Di Medan sendiri YTI masih harus giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Masih banyak sekali masyarakat kita yang gak
tau. Dan kita harus lebih kerja keras lagi supaya bisa mencegah bertambahanya penderita thalasemia di Medan. Thalasemia ini bukan
masyarakat aja yang tidak familiar, dokter dan suster sendiri pun
masih banyak yang gak tau” Denga penjelasan yang diungkapkan oleh Prof. bida, benar bahwasannya
promosi kesehatan dan juga penyebaran informasi thalasemia masih sangat minim di kota Medan. Hal in terjadi bukan saja berlaku dikalangan masyarakat
pendidikan. Orang-orang yang memang berkecimpung dan dekat dengan dunia medis pun masih sangat buta akan kehadiran penyakit ini. Dalam hal ini
dibutuhkan seseorang yang memang perlu dan menguasai penyakit ini untuk bisa disampaikan kepada masyarakat pendidikan. Dibutuhkan seorang komunikator
yang handal yang dapat menyampaikan informasi thalasemia dengan baik. Komunikator yang dapat mempersuasi masyarakat agar dapat menyadari dan
Universitas Sumatera Utara
68
Universitas Sumatera Utara
merubah perilaku mereka terhadap thalasemia. Komunikator yang dapat menyampaikan konsep baru mengenai perilaku kesehatan yang sangat baik
diadopsi bagi masyarakat sendiri. “ Tetapi sebernarnya akan sangat sulit untuk melakukan kegiatan
sosialisasi tanpa ada bantuan dari pemerintahan. Kami butuh kerja dengan pemerintah, dinas kesehatan untuk bisa memutuskan tali
rantai darah dengan thalasemia.” Kembali Prof. Bida mengutarakan bahwasannya YTI dapat berkerja lebih
jika ada kerjasama dengan pemerintah untuk mengembangkan program-program untuk thalasemi.
Seperti yang tertulis di dalam buku “Dasar-dasar komunikasi kesehatan” yang ditulis Prof. Dr. Alo Lilweri, M.S bahwa sebaik-baik nya sebuah proses
komunikasi yang mana dalam hal ini adalah komunikasi kesehatan, memiliki faktor- faktor yang harus dipenuhi untuk mendapatkan proses komunikasi yang
efektif. Berikut faktor-faktor komunikasi kesehatan yang harus dipenuhi di dalam sebuah proses komunikasi:
a. Komunikator Kesehatan.
Pada pendidikannya semua akitivitas komunikasi manusia termasuk komunikasi kesehatan membutuhkan seorang komunikator dalam
memrakarsai komunikasi. Dalam hal ini dibutuhkan seorang Profesional dalam bidang komunikasi kesehatan terkhusus dalam bidang penyakit
thalasemia atau dalam dunia medis termasuk ke dalam ilmu hematologi. Di YTI sendiri terdapat komunikator yang handal. Yang sering kecimpung di
bidang ini. Banyak dokter-dokter yang bergabung dengan organisasi ini. Sehingga YTI selalu siap dengan narasumber atau komunikator yang
memang memiliki kemampuan dan ahli dalam bidangnya. Terkhusus dalam bidang penanggulangan penyakit thalasemia. Dokter-dokter yang
tergabung di dalam YTI memiliki peran sebagai seseorang yang berfungsi sebagai komunikator pembangunan kesehatan. Komunikator kesehatan
yang membangun suatu konsep baru mengenai kewaspadaan thalasemia di mayarakat. Jadi yang menjadi komunikator di setiap kegiatan komunikasi
kesehatan YTI adalah tim medis YTI. Tim medis tersebut terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
69
Universitas Sumatera Utara
dokter-dokter yang bergabung dengan YTI. Dimana para dokter tersebut harus bisa mempersuasif para audiens untuk bisa memiliki pengetahuan
baru tentang thalasemia. Setiap kegiatan komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh YTI semua nya bersifat persuasif. Yaitu mengajak
masyarakat untuk peduli dan terhindar dari thalasemia.
b. Pesan Kesehatan
Dibutuhkan pesan komunikasi kesehatan yang bersifat informatif dalam menjelaskan isu atau masalah atau materi yang akan dijelaskan oleh
komunikator. Dalam hal ini pesan didesign tergantung kreatifitas seorang komunikator kesehatan. Tergantung bagaimana seorang dokter YTI bisa
menyampaikan pesan dengan baik dan pesan tersebut dapat diterima oleh audiens. Tergantung bagaimana pesan dikemas dengan baik, disampaikan
dengan dengan baik dan diterima dengan baik pula. Penggunaan media dalam penyampaian pesan memiliki peranan yang sangat penting dalam
kesukesan penyampaian pesan. Penggunanaan media di dalam sosialisasi kesehatan memiliki pengaruh yang sangat besar. Dalam hal ini para
komunikator kesehatan thalasemia, selalu menyediakan alat-alat pendukung seperti laptop, proyektor, audio ketika hendak melakukan
sosialiasasi. Isi pesan yang disampaikan berisi bagaimana thalasemia berkembang, bahaya thalasemia bagi masyarakat, bagaimana seseorang
bisa terkena thalasemia, dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi pada diri individu. Selalu menghubungkan
realitas yang terjadi ketika me nyampaikan informasi thalasemia. Seperti “
banyak masyarakat di indonesia yang tidak peduli dengan thalasemia, tapi ketika mereka terkena atau kerabat yang terkena rasa peduli itu datang
dengan rasa khawatir” dan “Skrining masih dipandang tabuh oleh kebany
akan orang” serta “Thalasemia bukan saja masih buta oleh masyarakat tapi juga pekerja primer”. Sehingga pesan yang disampaikan
selaras dengan realitas yang terjadi di lapangan. Juga pesan yang disampaikan berfungsi sebagai pengawas lingkungan artinya pesan berisi
Universitas Sumatera Utara
70
Universitas Sumatera Utara
dan memperingatkan masyarakat tentang ancaman dan bahaya tentang penyakit thalasemia. Memberitahu masyarakat bahwa mari bersama sama
untuk bisa terjauh dari thalasemia untuk bisa mendapatkan kesejahteraan hidup yang baik. Komunikator juga melakukan repitis ulang dalam
menyampaikan pesan kesehatan thalasemia. Pengulangan ini bersifat mengingatkan audiens bahwa pesan tersebut harus diingat. Seperti pesan
berikut “ Skrining wajib dilakukan bagi seluruh pasangan yang akan menikah”. Pesan ini selalu disampaikan oleh anggota YTI dalam setiap
kegiatan sosialisasi di Medan. Kemudian melakukan asosiasi pesan untuk mempertajam maksud dan tujuan adanya kegiatan sosialisasi. Asosiasi
pesan berupa cara penyampaian pesan yang dikaitakan dengan suatu kejadian. Kejadian tersebut memiliki korelasi antara inti pesan yang akan
disampaikan oleh komunikator kesehatan. Dalam kasus YTI, para dokter selalu mengaitkan hal-
hal seperti “ Dengan betambahnya jumlah pasien thalasemia di kota Medan, diharapkan masyarakat termasuk pekerja medis
untuk waspada dengan thalasemia dan menjauhi penyebab penyakit ini”. Melakukan repitis dan asosiasi pada pesan merupakan cara yang
digunakan para dokter YTI ketika melakukan sosialisasi. Pada pendidikan audiens akan mendengarkan dan mengingat hal yang selalu diulang ulang
oleh narasumber. c.
Media yang digunakan Pengaruh pesan sangat tergantung bagaimana peggunaan media
yang digunakan oleh komunikator ketika hendak melakukan kegiatan komunikasi kesehatan. Sebaik-baiknya sebuah media digunakan ketika
sosialisasi, media sensoris lah yang merupakan media terbaik yang dapat digunakan oleh komunikator. Media Sensoris atau saluran sensoris
merupakan saluran atau media yang dimiliki oleh setiap manusia. Yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima pesan yang menghasilkan
dampak tertentu yang dapat dirasakan manusia. Saluran sensoris ialah merupakan alat panca indra manusia. Sehingga dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
71
Universitas Sumatera Utara
komunikasi face to face menggunakan mata sebagai media komunikasi kesehatan yang paling baik dalam mempersuasi audiens.
Setiap komunikator yang diturunkan oleh YTI dalam melakukan sebuah sosialisasi, kebanyakan dari mereka menggunakan media seadanya.
Seperti Laptop dan proyektor serta sound. Tidak ada media lain yang digunakan. Hal ini juga terjadi karena adanya kendala biaya. YTI
merupakan organisasi swasta, berjalan dengan dana yang dikumpulkan oleh anggotanya setiap bulan. Tentu saja dana tersebut tidak dapat
menutupi pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh YTI ketika melakukan suatu kegiatan. Sehingga dengan keterbatasan kemampuan yang ada, YTI
berusaha sebaik mungkin menggunakan media seadanya dalam melakukan sosialisasi.
d. Komunikan dalam kegiatan komunikasi kesehatan
Komunikasi persuasif
bertujuan untuk
mengubah sikap,
pengetahuan, perasaan dan mengarahkan tindakan audiens. Dalam hal ini mengarahkan audiens untuk mengambil langkah terbaik dalam
meningkatkan taraf hidup yang baik. Komunikator memang memiliki peranan penting dalam memprakarsai komunikasi. Supaya informasi yang
disampaikan tidak salah sasaran, YTI biasanya mendiskusikan dahulu siapa yang akan menjadi target audiens pada kegiatan sosalisasi. Ketika
sudah tahu dan diputuskan maka dokter yang akan memberikan sosialisasi dapat menentukan jenis dan desain pesan yang sesuai dengan komunikan.
Sehingga informasi yang akan disampaikan dapat mengenai sasaran yang tepat. Saat ini yang menjadi target audiens dari sosialisasi YTI adalah para
pekerja formal seperti dokter yang berada di seluruh puskesmas yang ada di kota Medan, dimana mereka dianggap memiliki peran ujung tombak
sebagai penyebaran informasi dan kemudian remaja, para muda mudi yang akan menikah dan kemudian orang tua.
e. Efek atau perubahan sikap sebagai dampak komunikasi kesehatan
Suatu penyebaran informasi dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dan maksud tertentu. Tujuan komunikasi pada pendidikannya
Universitas Sumatera Utara
72
Universitas Sumatera Utara
adalah pengiriman informasi, pesan hiburan dan pendidikan. YTI sendiri bergerak untuk mencapai tujuannya dalam mengirim informasi thalasemia
dan mendidikan masyarakat tentang thalasemia. Kedua tujuan tersebut disampaikan dengan menggukan kampanye dan sosialisasi thalasemia,
kemudian promosi thalasemia kepada masyarakat, penyuluhan, dan workshop kepada orang-orang yang berkecimpung di dunia medis.
2. Strategi Komunikasi Kesehatan Yayasan Thalasemia Indonesia
Strategi dirumuskan oleh Minzberg Quinn dalam Placet dan Branch Effendi, 1987:88 sebagai beikut:
”The pattern or plan that integrates an organization major goals, policies, and action sequences into a cohesive whole. A well
formulated strategy helps to marshal and allocate an organization’s
resources into a unique and reliable posture based on its relative internal competencies and shortcomings, anticipated changes in the
environment and contingent mores by intelligent opponents emphasis included in the original.”
Sebuah strategi yang terencana dengan baik mampu menyusun dan
mengatur sumber-sumber organisasi dalam hasil yang unik dan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama berdasarkan pada kemampuan dan kelemahan
internal, mengantisipasi perubahan dan tindakan yang dilakukan oleh rival atau lawan. Strategi pada hakikatnya adalah suatu perencanaan planning dan
manajemen management untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. YTI membuat strategi dalam melakukan usaha komunikasi
kesehatan. Jika strategi komunikasi kesehatan yang dilakukan YTI dijabarkan berdasarkan pada teori komunikasi seara efektif adalah bagaimana mengubah
sikap How to change the attitude, mengubah opini to change the opinion, mengubah perilaku to change the behaviour, maka manajemen stratetis
komunikasi YTI berkenaan dengan fungsi diatas antara lain: a.
To secure understanding Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam
berkomunikasi. YTI berupaya untuk memberikan pengertian dan pemahaman tentang apa yang menjadi urgensi atau masalah utama
Universitas Sumatera Utara
73
Universitas Sumatera Utara
mengenai thalasemia kepada komunikan. Menyampaikan poin poin yang merupakan masalah utama yang harus diwaspadai oleh komunikan.
Sebagai mediator YTI harus bisa menyampaikan hal tersebut dengan baik sehingga tercipta kesepahaman makna.
b. To establish acceptance
Dengan menggunakan data dan informasi yang dimiliki YTI yang memiliki korelasi dengan bahaya thalasemia dan kewaspadaan thalasemia
juga termasuk ke dalam misi mereka dalam memutuskan tali rantai darah dengan thalasemia, menjadi bahan yang akan diberikan ketika sosialisasi
kepada masyarakat di kota Medan. Tujuannya adalah agar tercipta kesamaan pengetahuan mengani isu kesehatan penyakit thalasemia di kota
Medan. Selama ini, YTI melihat pemerintah khusus nya dinas kesehatan tidak menaruh perhatian khusus terhadap isu penyakit thalasemia. Karena
pada dasarnya kegiatan sosialisasi thalasemia akan jauh lebih efektif jika didukung oleh pemerintah. Bergerak sendiri untuk mencapai tujuan YTI,
merupakan pekerjaan yang tidak muda. Dengan berkerja sama dengan pemerintah maka akan lebih luas lagi cakupan penyebaran informasi
thalasemia di kota Medan. c.
To motivate action Pada tahap ini adalah bagian penggiat untuk memotivasi kepada
komunikan. Disini komunikator berusaha untuk mempersuasif komunikan atau to persuade audience. Dengan menggunakan atau membagikan brosur
dan buku saku thalasemia kepada komunikan juga melibatkan para orang tua yang tergabung ke dalam organisasi Perhimpunan Orang Tua
Thalasemia POPTI untuk ikut serta dalam kegiatan sosialisasi dan penyuluhan serta kampanye kesehatan thalasemia. Sehingga tercipta
motivasi bagi masyarakat atau audiens untuk melakukan tindakan kesehatan yang menguntungkan mereka. Yang mana dalam hal ini
tindakan kesehatan tersebut adalah melakukan pemeriksaan darah atau skrining test kepada setiap indvidu
Universitas Sumatera Utara
74
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dalam perencaan komunikasi, penyusunan strategi terdiri atas penatapan elemen-elemen berikut:
a. Why: Dalam usaha komunikasi kesehatan thalasemia ini, alasan spesifik
adalah perlunya penyampaian dan penyebaran pesan atau informasi thalasemia kepada seluruh masyarakat di kota Medan. Saat ini YTI hanya
dapat menyebarkan informasi thalasemia sekala kecil karena beberapa alasan hambatan. Thalasemia perlu diketahui oleh semua masyarakat.
Karena ketika seseorang dinyatakan menderita thalasemia maka ia bergantung kepada transfusi darah serta obat-obatan yang harus
dikonsumsi sejak ia masih kanak-kanak dan ini akan menganggu calon –
calon penerus bangsa ini. Dan saat ini pertumbuhan pasien thalasemia kian meningkat.
b. What: pada tahap ini merupakan inti pesan, indetifikasi dan definisi
semua pesan yang ingin dikomunikasikan. Pesan yang ingin disampaikan oleh YTI dan tujuan dalam usaha komunikasi kesehatan ini adalah
pemenuhan penyebaran informasi thalasemia keseluruh masyarakat kota Medan. Agar tercapai misi YTI dalam memutuskan tali rantai darah
dengan thalasemia. c.
Who: Merupakan target audiens dan indetifikasi semua audiens yang potensial. Dalam penetapan target audiens ini adalah pertama para
dokter yang berada di puskesma di kota Medan, para orang tua, pasangan yang akan menikah dan para remaja. YTI, berusaha untuk
mendidik atau memberikan penyuluhan kepada target audiens untuk menjadi agen penyebaran informasi thalasemia. Dimana diharapkan
dengan terlibatnya mereka sebagai agen akan penyebaran informasi secara berkala dan terus menerus kepada masyarakat di kota Medan.
Identifikasi khalayak yang tepat sasaran merupakan langkah yang strategis dalam menentukan publik apa sajakah yang berpotensial
maupun publik yang tidak selibat secara langsung atau aktif dalam isu penyebaran informasi thalasemia ini.
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
d. How: melihat bagaimana mengetahui tujuan akhir komunikasi kesehatan
dapat tercapai, serta alat penyampaian pesan, bentuk penyampaian pesan oleh Yti adalah melakukan serangkaian aktivitas penyebaran informasi
thalasemia yang berupa: 1
Penyuluhan dan sosialisasi mengenai thalasemia, bahaya thalasemia dan pencegahan thalasemia
2 Pemderdayaan komunitas, dalam hal ini YTI dan POPTI
Sebuah strategi tidaklah cukup hanya sebuah rencana belaka, namun strategi haruslah sampai kepada bagaimana penerapannya, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Quinn: “Defining strategies or plan is not sufficient, we also need a definition
that encompasses the resulting behavior” 1991:13
Sebuah strategi dapat diterapkan terlebih dahulu harus memenuhi kriteria fleksibelitas, dimana dengan adanya flesibilitas ini justru akan
memberikan ruang gerak kepada perilaku strategi untuk dapat mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan komunikasi yakni mengubah
perilaku komunikan. Peneliti berusaha menjabarkan komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh YTI pada usaha penyebaran luasan informasi thalasemia.
Menurut Quinn dan Arifin Anwar dikutip dalam buku strategi komunikasi Arifin, 1984:10, yaitu:
a. Mengidentifikasi kondisi khalayak meliputi nilai dan norma yang yang
berlaku, derajat intelektual masyarakat dan juga analisis SWOT Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.
Usaha penyebaran informasi thalasemia tidak saja melibatkan YTI sebagai organisasi atau lembaga yang memfasilitasi, tetapi juga para
orang tua dan juga dokter yang ikut bergabung dengan POPTI dan YTI untuk ikut mengambil bagian dalam penyebarluasan informasi ini. YTI
dan juga POPTI memberikan keleluasaan kepada para orang tua dan dokter untuk bisa menyebarluaskan informasi dan melakukan
perubahan kepada dinas kesehatan dan pemerintah selaku pembuat kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
Berikut pemetaan SWOT:
Tabel 4.2 Tabel SWOT
Strength a.
YTI dan POPTI dibangun denga beranggotakan dokter-dokter yang
handal. Yang
siap menjadi
komunikator kesehatan
ketika melakukan kegiatan sosialisasi dan
penyuluhan b.
Kegiatan penyebaran
informasi thalasemia YTI maupun POPTI
dilakukan dengan
membidik komunikan atau audiens yang tepat.
Komunikan dan
audiens seperti
dokter-dokter di puskesmas yang dianggap
sebagai ujung
tombak penyebaran informasi ke masyarakat.
Para orang tua yang diharapkan menjadi komunikator kesehatan di
dalam keluarganya. Kemudian yang terakhir adalah pasangan yang akan
menikah dan remaja, alasan nya ialah mereka
merupakan komunikator
untuk diri sendiri. Dan diharapkan mereka dapat memilih pengambilan
keputusan kesehatan yang baik. c.
Perencanaan komunikasi dirancang dan
dibuat semenarik
mungkin sehingga audiens dapat menerima
pesan atau informasi dengan baik Weakness
a. Penggunaan media yang masih
sangat minim menjadi salah satu kelemahan dari YTI dan POPTI.
Media memegang peranan besar dalam penyampaian pesan juga
dalam publikasi. YTI dan juga POPTI banyak sekali melakukan
kegiatan sosialisasi
dan penyuluhan namun penggunaan
media yang tidak dilakukan karena kendala dana merupakan
alasan mengapa YTI, POPTI, dan Thalasemia tidak dikenal
oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
77
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Lanjutan
Opportunities a.
YTI memiliki komunikator yang handal. Yang dapat memberikan
penyuluhan dan sosialisasi dengan baik.
b. YTI memiliki data yang akurat
mengenai penyebaran
informasi thalasemia
di Medan,
termasuk jumlah pasien yang berada di kota
Medan. c.
Jika YTI maupun POPTI dapat menjalin
kerjasama dengan
pemerintah, maka akan ada dampak positif yang didapat oleh kedua pihak.
Masyarakat akan lebih memusatkan perhatian mereka kepada program-
program yang
dirancang oleh
pemerintah. Dan
kemudian jika
adanya penurunan jumlah pasien di kota Medan, maka hal ini juga akan
berpengaruh kepada pemakian dana pemerintah. Yang berupa BPJS.
d. Menjalin kerjasama dengan media
massa, upaya ini dilakukan untuk mendapatkan
kesemapatan mempublikasikan diri ke khalayak
rampai atau publik. Threats
1 Dana merupakan hambatan
utama yang
dihadapi oleh
YTI.Berbeda dengan
POPTI, POPI
sering mendapatkan
bantuan dari beberapa donatur dalam bergerak membantu para
anggotanya. Sedangkan
YTI, bergerak dengan bermodalkan
dana pribadi anggotanya. 2
Teknologi juga
menjadi hambatan
berkembangnya organisasi
ini, penggunaan
teknologi mesti
nya dapat
membantu YTI
dalam memperkenalkan
dirinya ke
publik, tetapi masih banyak anggota yang tidak begitu lihai
dalam penggunaan teknologi. 3
Kemudian munculnya organisasi yang dengan tingkat keeksisan
yang lebih tinggi dari pada YTI maupun POPTI.
4 Masih kurangnya perhatian yang
diberikan pemerintahan kepada penanggulangan
penyakit thalasemia.
Universitas Sumatera Utara
78
Universitas Sumatera Utara
b. Setelah itu mulai memilih metode dan media apa yang dapat mengatasi
noise atau gangguan. Berkaitan dengan metode tersebut, terdapat dua aspek yaitu menurut cara penyampaian yang terdiri dari redundancy
repitition yang artinya adalah pengulangan pesan, sedikit demi sedikit mirip dengan propaganda. Serta canalizing, yaitu memahami keunikan
seperti kerangka referensi dan bidang pengalaman dan kemudian menyusun pesan yang sesuai. Sedangkan menurut isi pesan dapat dibagi
menjadi pesan informatif untuk memberi penerangan, pesan persuasif dengan cara membujuk, pesan edukatif yang dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya, serta pesan kursif yang bersifat memaksa dan mengintimidasi. Metode komunikase kesehatan yang digunakan YTI
dalam menyebarluaskan informasi kesehatan merupakan suatu kegiatan komunikasi kesehatan yang bersifat persuasif dan mengajak masyarakat
untuk peduli dengan thalasemia. Lewat beberapa kegiatan sosialisasi dan penyuluhan serta workshop dan pelatihan bagi para dokter-dokter yang
berada di puskesmas kota Medan serta lobbying kepada pemerintah dan juga forum diskusi kelompok kecil bagi para orang tua yang berada di
POPTI. c.
Melakukan implementasi komunikasi. Dalam pelaksanaan komunikasi perlu diperhatikan juga gangguan yang dapa menggangu jalannya proses
komunikasi. Seperti kurang adanya koordinasi antar lembaga yang memiliki kepentingan yang sama. Meskipun lembaga tersebut memiliki
kepentingan yang sama yaitu kesehatan reproduksi remaja, dalam implikasinya, lembaga-lembaga tersebut berjalan sendiri-sendiri tanpa
koordinasi antar lembaga. Hal ini dapat memperlambat tujuan penyebaran informasi thalasemia yang dilakukan.
d. Setelah komunikasi dilakukan maka dilakukanlah evaluasi dengan
menampung umpan balik komunikan. Hal ini dilakukan ketika sesi diskusi berakhir maka akan terlihat umpan balik berupa tanya jawab yang diajukan
oleh audiens. Dan kemudian YTI melihat evaluasi ini dari respon audiens setelah kegiatan penyebaran informasi selesai. Monitoring dilihat setelah
Universitas Sumatera Utara
79
Universitas Sumatera Utara
acara penyebaran informasi berakhir. Dan kemudian di dalam POPTI, monitoring dilakukan ketika pertemuan berikutnya dilakukan. Hal ini
dilakukan sebagai pembelajaran oleh pihak failitator untuk meningkatkan penyebaran informasi berikutnya.
Dalam memilih media yang akan digunakan sebagai saluran penyampaian pesan, harus ditentukan dulu aspek-aspek yang akan mempengaruhi pemilihan
media Venus , 2007: 90, sebagai berikut:
Tabel 4.3 Seleksi Media Penyebaran Informasi
Jangkauan Para pasangan yang akan menikah, masyarakat umum, dinas kesehatan,
pemerintah daerah, dan NGO terkait. Tipe
Khalayak A.
Para pasangan yang akan menikah dan para dokter yang ada di puskesmas selutuh kota Medan
B. Masyarakat umum dengan latar belakang pendidikan dan gaya
hidup yang berbeda C.
Pemerintah daerah dan dinas kesehatan yaitu kalangan politis dan terkhususnya kepada komisi E yang membahasa masalah kebijakan
terkait kesehatan D.
NGO, pihak-pihak yang memiliki latar belakang kepentingan yang sama.
Ukuran Khalayak
Sangat luas karena meliputi seluruh masyarakat kota Medan Tujuan
Komunikasi Memberikan informasi mengenai perkembangan penyakit thalasemia
kepada masyarakat tidak hanya kepada lingkungan-lingkungan tertentu atau
forum-forum tertentu
dan sejauh
mana perkembangan
penyebarluasan informasi tersebut di kota Medan
Kemudian YTI
menggunakan beberapa
media dalam
proses penyebarluasakan informasi yang dilakukan berkenaan dengan penyakit
thalasemia, karakteristiknya dapat dilihat dari tabel dibawah:
Tabel 4.4 Karekteristik Media
Media Alasan Positif Penggunaan
Alasan Negatif
Universitas Sumatera Utara
80
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan Press Release
Menggunakan media massa untuk
memberitakan dan
memberikan informasi
mengenai penyebaran informasi kesehatan thalasemia, dan juga
dapat menjangkau khalayak yang sangat luas
Tidak semua pembaca mediacetak
akan membaca
kolom atau
rubric kesehatan ini
Pelatihan dan diskusi
Menjangkau sasaran luas dan dapat menyampaikan pesan
secara lisan,
tulisan juga menampilkan visualisasi
Sisi negatifnya
ialah memakan waktu yang
lama dan tidak sebentar.
Radio Dapat menjagkau khalayak
luas, jenis informasi diberikan dengan berbagai variasi, dan
pendegar dapat berinteraksi dengan narasumber.
Tidak ada tampilan secara visual.
Jadi kurang
menarik minat khalayak.
Dalam aktivitas komunikasi, dalam hal ini penyebaran komunikasi kesehatan yang dilakukan oleh YTI dalam memberikan informasi kesehatan
mengenai thalasemia tidak terlepas dari fungsi komunikasi yang bersifat persuasif atau membujuk dan mendidik atau dikenal dengan edukatif, yaitu upaya untuk
mengubah perilaku, sikap, tindakan, tanggapan, hingga membentuk opinin publik yang positif dan mendukung mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
penyakit thalasemia Proses penyebaran informasi kesehatan thalasemia melalui komunikasi
kesehatan tersebut, antara lain merupakan penyebaran informasi, pengetahuan, gagasan atau ide untuk membangun atau menciptakan kesadaran dan pengertian
penyakit thalasemia melalui berbagai teknik komunikasi untuk membujuk dan mempengaruhi. Persuasi atau membujuk merupakan bagian dari proses komunikasi
internal, dunia komunikasi sendiri megenal persuasi sebagai teknik komunikasi
Universitas Sumatera Utara
81
Universitas Sumatera Utara
yang berutujuan agar komunikan bersedia menerima isipesan sedemikian rupa sehingga melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah lakunya terhadap
penyakit thalasemia, terhadap keputusan yang baik dalam menanggulangi penyakit thalasemia, sikap tersebut merupakan perubahan yang seolah-olah atas kehendak
komunikan sendiri Sunarjo dan Djoenasih S Sunarjo, 1995: 31.
3. Model Kepercayaan Kesehatan Health Believe Model
Model keprcayaan kesehatan menganggap bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap. Secara khusus model ini
menegaskan bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatan.
Menurut model ini perilaku seseorang ditentukan oleh apakah seseorang 1 percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan tertentu;
2 menganggap masalah ini serius; 3 meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan; 4 tidak mahal; dan 5 menerima anjuran untuk mengambil
tindakan kesehatan. Dalam kata lain model ini menunjukkan bagaimana seseorang menilai suatu penyakit dan bagaimana seesorang tersebut menilai perlu atau tidak
suatu tindakan medis atau penggunaan pelayanan medis dalam mengobati suatu penyakit atau melakukan tindakan pencegahan. Serta menunjukkan bahwa
individu hidup pada lingkup sosial bermasyarakat yang menilai, baik positif maupun negatif, terhadap tindakan melawan atau mengobati penyakit.
Di dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa masih banyak masyarakat yang tidak begitu merasa peduli atau merasa takut dengan kehadiran penyakit ini.
Seperti yang diungkapkan oleh dr Nelly selaku komunikator kesehatan YTI, banyak masyarakat yang memiliki rasa tidak peduli dan rasa tidak ingin tahu yang
sangat tinggi. Namun keadaan ini akan berubah ketika mereka berada disuatu keadaan dimana mereka sedang menghadapi penyakit ini. Apabila individu merasa
dirinya berada pada tahap dimana ia merasakan keseriusan pada suatu penyakit, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu, termasuk tindakan memiliki informasi
penyakit, tempat pengobatan dan terapi apa yang akan digunakan.
Universitas Sumatera Utara
82
Universitas Sumatera Utara
Salah satu kendala yang ditemui oleh komunikator kesehatan YTI adalah pola pikir masyarakat sendiri yang masih terbilang sulit untuk dirubah. Pola pikir
seperti “ kan belum kena thalasemia, jadi gak perlu repot-repot skrining” atau pola pikir skrining test merupakan tindakan tabu jika dilakukan oleh pasangan yang
akan menikah. Model ini memiliki beberapa komponen yakni: a.
Kerentanan Susceptibility: persepsi individu terhadap risiko mengalami sakit. Dalam proses penyebaran informasi kesehatan thalasemia, terlebih
dahulu komunikator membangun rasa cemas dengan fakta bahwa setiap orang rentan terhadap penyakit. Setelah itu komunikator akan menjelaskan
perilaku atau tindakan apa yang baik untuk dilakukan dalam melakukan pencegahan penyakit thalasemia tentunya dengan menggunakan
pengetahuan dan data akurat yang dimiliki komunikator. b.
Keparahan Severity: persepsi individu dari bertambah parahnya sakit bila tidak segera ditangani. Setiap penyakit memiliki resikonya masing-masing.
Dalam kasus thalasemia, ketika seseorang menderita thalasemia maka ia akan menghadapi hidup dengan bergantung kepada transfusi darah dan
obat kelasi besi serta pengobatan lain yang dapat membantunya bertahan hidup. Hal ini harus dapat dijelaskan kepada masyarakat., bahwa kita
semua ingin hidup sehat dan terhindar dari segala macam penyakit termasuk thalasemia. Komunikator kesehatan harus mampu meyakinkan
audiens bahwa sehat adalah kebutuhan semua. Terhindar dari penyakit berbahaya dan bisa menjalani hidup dengan sejahtera adalah hak semua
orang. Oleh sebab itu, skrining sebelum menikah atau melakukan skrining dari usia belia bukan lah-hal yang tabu. Karena hal ini dapat meningkatkan
taraf hidup kita. Biayanya mungkin saja besar untuk melakukan skrining tetapi hidup dengan sehat dan terhindar dari penyakit adalah hal yang
sangat berharga. Sehingga untuk mencegah terkena penyakit thalasemia, harga mahal untuk melakukan skrining bukan lagi suatu hambatan tetapi
suatu kebutuhan karena ada manfaat yang sangat baik di masa yang akan datang .Menyampaikan pesan tersebut dengan cara mengkombinasikan
antara ancaman dari memiliki tubuh yang sehat.
Universitas Sumatera Utara
83
Universitas Sumatera Utara
c. Manfaat benefit: tindakan akan memiliki manfaat. Skrining yang
dianjurkan oleh YTI akan memberikan manfaat bagi mereka yang akan melakukannya. Tidak risau dengan biaya karena ada manfaat besar dibalik
itu. Meyakinkan aduiens bahwa ada keuntungan dari melakukan tindakan pencegahan thalasemia bagi hidupnya dan juga masa depannya
d. Hambatan barrier: adanya hambatan dalam bertindak untuk
memperbaiki kesehatan. Hambatan yang dihadapi oleh YTI maupun POPTI ketika melakukan suatu penyebaran informasi mengenai bahaya
dan pentingnya thalasemia, terkadang yang menjadi hambatannya ialah lingkungan dan persepsi yang dimiliki masing masing individu. Hambatan
lainnya ialah terkadang rasa putus asa dan bosan yang dialami oleh seorang pasien ketika melakukan tindakan medis yang berkepanjangan.
e. Aksi action: Pada akhirnya ada tindakan atau pengambilan keputusan
untuk meningkatkan taraf kesehatan oleh seseorang. Untuk mencapai ini seseorang harus memiliki persamaan persepsi dengan komunkator
sehingga apa yang disampaikan merupakan hal yang sama jadi tidak ada pemaknaan yang salah. Komunikan harus memiliki pesepsi yang sama
dengan komunkator kesehatan untuk terhindar dari thalasemia. Sehingga komunikator lah yang memegang peranan penting dalam menanamkan
nilai-nilai ini sehingga tercipta aksi atau tindakan kesehatan untuk meningkatkan taraf atau kualitas kesehatan yang baik.
Universitas Sumatera Utara
84
Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan