33
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini, peneliti akan memberikan paparan menyangkut hasil penelitian yang didapatkan selama proses penelitian di lapangan. Penelitian
dilakukan pada empat orang informan dari anggota pengurus Yayasan Thalasemia
Indonesia dan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia cabang kota Medan. Hasil penelitian ini diperoleh peneliti dari bentuk wawancara dan observasi
langsung. Penjabaran hasil penelitian tersebut akan turut disertakan dengan pembahasan berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Hasil dan
pembahasan tersebut nantinya akan di deskripsikan dalam bentuk narasi atau tulisan panjang.
4.1.1 Deskripsi Proses Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian strategi komunikasi kesehatan Yayasan Thalasemia Indonesia YTI studi deskriptif kualitatif strategi komunikasi
kesehatan Yayasan Thalasemia Indonesia, proses pengumpulan data di lapangan diperoleh peneliti dengan melakukan dua tahap yaitu tahapa awal penelitian dan
tahap pengumpulan data penelitian. Pada tahap awal penelitian dimulai dengan melakukan observasi dengan
menemui langsung ibu Sarmawati yang merupakan ketua POPTI dan wakil ketua YTI yang bertempat tinggal di jalan Pintu Air IV. Komplek Politeknik No.27
Medan. Peneliti mengunjungi rumah ibu Sarmawati untuk observasi dan dihari yang sama pula peneliti juga mengobservasi kegiatan yang tengah dilakukan oleh
POPTI, yaitu sosialisasi dari salah seorang mahasiswa UMSU kepada anak-anak penderita thalasemia yang diadakan di aula Politeknik Medan.
Kedatangan peneliti disambut hangat oleh ibu Sarmawati. Peneliti pun memperkenalkan diri dan memberitahu maksud dan tujuan kedatangan. Kurang
lebih 30 menit peneliti mendapatkan keterangan secara pendidikan mengenai
Universitas Sumatera Utara
34
Universitas Sumatera Utara
penyebaran dan tingkat penderita thalasemia yang di kota Medan saat ini. Keterangan singkat yang didapat tersebut akan berfungsi untuk membantu peneliti
dalam meneliti dan menentukan topik penelitian yang sesuai sesuai sebagai masalah penelitian yang sebenarnya kepada Yayasan Thalasemia Indonesia di
Medan, yakni strategi komunikasi kesehatan Yayasan Thalasemia Indonesia. Tiga minggu kemudian, peneliti kembali menemui ibu Sarmawati untuk melakukan
wawancara kembali dan juga observasi demi melengkapi informasi untuk memperkuat konteks masalah dalam penelitian ini.
Peneliti memilih sumber informasi dari beliau karena beberapa alasan; ibu Sarmawati merupakan wakil ketua YTI dari tahun 2014 hingga sekarang; beliau
juga merupakan Ketua POPTI dari tahun 2008 hingga sekarang; ibu Sarmawati sangat mengetahui secara mendetail bagaimana penyebaran informasi thalasemia
di kota Medan. Beliau juga mengakui bagaimana pekembangan dan peningkatan pasien thalasemia setiap tahunnya. Ketidaktahuan para orangtua penderita
thalasemia ketika mendapati anaknya didiagnosis menderita thalasemia. Menjadi salah satu alasan meningkatnya penderita thalasemia. Alasan lainnya kenapa
peneliti memilih ibu Sarmawati adalah beliau juga merupakan salah satu orang tua penderita thalasemia, anak bungsu ibu Sarmwati yang bernama Chairunnisa
didiagnosis menderita thalasemia ketika ia berumur satu tahun delapan bulan dan kemudian meninggal dunia ketika berumur tiga belas tahun. Sehingga tidak
diragukan lagi kalau beliau mengetahui segala bentuk informasi mengenai thalasemia.
Pada tahap pengumpulan data, informan yang merupakan subjek dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kombinasi teknik purposive sampling. Metode
ini merupakan suatu metode yang mengharuskan peneliti memilih informan yang dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin informan tersebut
merupakan penguasa sehingga memudahkan peneliti meneliti objek atau situasi yang diteliti Sugiono, 2008; 301. Dengan kata lain sebagai data yang sesuai
atau berdasarakan kebutuhan peneliti. Oleh sebab itu peneliti diharuskan untuk terlebih dahulu menunjuk seorang key-person yang akan menentukan informan
yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
35
Universitas Sumatera Utara
peneliti menunjuk ibu Sarmawati yang merupakan wakil ketua YTI dan ketua POPTI sebagi key-person penentu informan penelitian yang sesuai dengan
kriteria. Proses wawancara ini dilakukan mulai bulan Maret hingga Mei 2016 dengan kelima informan yang terdiri dari anggota YTI dan POPTI dengan
menggunakan metode wawancara mendalam in-depth interview. Sebelum melakukan wawancara dengan informan dimulai, peneliti terlebih
dahulu mendatangi kediaman ibu Sarmawati yang merupakan key-person secara langsung untuk menentukan informan pertama. Kedatangan peneliti disambut
hangat oleh beliau. Kemudian beliau menjelaskan ada beberapa orang anggota di YTI dan POPTI yang akan cocok menjadi informan peneliti. Ibu Sarmawati
menjelaskan bahwa tim medis dari YTI adalah informan paling cocok untuk dijadika informan dan juga beberapa anggota inti dari POPTI seperti sekretaris
dan bendahara yang juga pas untuk dijadikan informan. Ibu Sarmawati menunjuk dr. Nelly Rosdiana spesialis Anak untuk menjadi informan primer peneliti, alasan
beliau memilih dr. Nelly adalah karena beliau merupakan tim medis yang sering diutus untuk melakukan sosialisasi kebeberapa tempat di kota Medan. Nama
kedua yang ditunjuk sebagai informan adalah Prof. dr. Bida Sari, beliau juga merupakan dokter spesialis anak yang sudah sangat lama bergelut dengan
thalasemia. Prof, Bida juga merupakan tim medis YTI yang juga sering menjadi narasumber di berbagai sosialisasi baik dari YTI maupun diluar YTI. Kemudian
Prof. Bida juga sudah sangat berpengalaman dalam menangangi thalasemia. Yang ketiga ibu Sarmawati mengajukan dirinya sebagai informan, Ibu Sarmawati
mengaku bahwa ia sudah lama bergelut dengan kedua organisasi ini sehingga memungkinkan bagi beliau untuk memberikan data data yang diperlukan oleh
informan. Selain itu, peneliti juga dibawa langsung ke kediaman informan sekunder yaitu ibu Mursida selaku sekretaris POPTI dan juga ibu Sutina selaku
bendahara POPTI. Untuk memudahkan peneliti, Ibu Sarwamati juga membantu peneliti untuk bertemu langsung dengan informan primer yang berada di Rumah
Sakit Umum Pusat H.Adam Medan. Informan yang ditentukan dalam penelitian ini dibatasi hanya sebanyak kelima orang karena jawaban dari kelima, informan
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
sudah mencapai titik jenuh, di mana artinya informan hampir rata-rata memiliki kesamaan dan tidak memberikan informasi baru.
Pada tanggal 1 Maret 2016, peneliti ditemani dengan ibu Sarmawati mengunjungi dr.Nelly yang pada saat itu sedang berada di ruang prakteknya di
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik. Kedatangan peneliti dan ibu Sarmawati disambut hangat oleh beliau. Peneliti kemudian menjelaskan maksud
dan tujuan kedatangan peneliti dan juga menanyakan kesediaan beliau untuk mau menjadi informan dalam penelitian ini. dr.Nelly pun bersedia untuk menjadi
informan primer peneliltian ini. Dalam kesempatan ini juga peneliti membuat janji untuk bertemu dengan beliau guna melakukan wawancara secara mendalam. dr.
Nelly yang merupakan seorang dokter spesialis anak mengaku bahwa dalam menangani penyakit ini butuh sedikit kejelian dan ketelian hal ini disebabkan oleh
thalasemia tidak mudah terdeteksi. Beliau juga mengutarakan bahwa banyak dari pasien yang datang tidak mengetahui adanya penyakit ini. Kerentanan terjangkit
penyakit ini sangat besar bagi banyak orang. Hampir semua orang disini bisa terjangkit thalasemia tapi hanya sedikit yang peduli dengan penyakit ini.
Beberapa hari kemudian peneliti kembali mengunjungi Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Adam Malik untuk menemui Prof. dr. Bida Sari Lubis.
Peneliti kembali ditemani oleh ibu Sarmawati. Tepatnya tanggal 4 maret 2016 peneliti mendatangi ruang praktek Prof.Bida yang berada di bagian spesialis anak.
Ketika ditemui Prof Bida Sari sedang melakukan visite keruangan pasien rawat inap. Tepat pada pukul 11 Prof Bida sudah berada di ruang prakteknya. Peneliti
memperkenalkan diri dan menceritakan maksud dan tujuan kedatangannya. Setelah mendengarkan tujuan kedangan peneliti, beliau bersedia untuk menjadi
informan primer kedua dalam penelitian. Pada kesempatan yang sama peneliti juga membuat janji agar bisa melakukan wawancara mendalam. Akhirnya pada
kesempatan yang sama peneliti dan informan menyetujui untuk datang kembali beberapa hari kedepan untuk melakukan wawancara.
Tepat pada tanggal 10 Maret 2016 peneliti melakukan proses wawancara mendalam dengan informan primer yang pertama yaitu Ibu Sarmawati.
Wawancara ini dimulai pukul 10:00 hingga pukul 12:00 siang. Wawancara
Universitas Sumatera Utara
37
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dikediaman beliau di Komplek. Politeknik Medan. Peneliti disambut dengan baik oleh beliau. Rumah beliau terletak tidak jauh dari pintu gerbang
perumahan tersebut. Wawancara berjalan dengan baik. Ibu Sarmawati menjawab semua pertanyaan peneliti dengan baik dan jelas. Walaupun terkadang peneliti
harus mencatat beberapa pernyataan yang kurang jelas. Beliau mengakui bahwa menjadi ketua POPTI merupakan tanggung jawab yang akan dipikulnya dengan
baik. Sama seperti orang tua yang tergabung dengan POPTI, Ibu Sarmawati juga memiliki anak yang juga penderita thalasemia. Ketika anaknya meninggal, beliau
memutuskan untuk tidak bergabung dengan POPTI. Tetapi hatinya terpanggil untuk terus mengikuti dan bertanggung jawab atas anak-anak penderita thalasemia
yang ada di Medan khususnya. Wawancara berikutnya dilakukan pada tanggal 18 Maret 2016 di Rumah
Sakit Umum Pusat H.Adam tepat di ruang praktek dr. Nelly. Ruang praketnya tapat dilantai dua RSUP.HAM. Ketika peneliti datang menemui beliau, saat itu
beliau sedang menangai seorang pasien sehingga peneliti harus menunggu beberapa saat untuk bisa bertemu dengan dr.Nelly. Peneliti tiba di RSUPHAM
pada pukul 09:15 Wib, wawancara dimulai tepat pada pukul 10:00 hingga pukul 12:30 Wib. Wawancara tidak berjalan lancar dikarenakan informan beberapa kali
dipanggil oleh dokter lain untuk melihat kondisi pasien yang saat itu sedang gawat. Beberapa kali wawancara sempat terhenti namun dr.Nelly menjawab
semua pertanyaan peneliti dengan baik. Walaupun sering sekali beliau menjawab dengan menggunakan istilah-istilah medis dalam menjawab beberapa pertanyaan
peneliti. Karenakan pada saat itu dr.Nelly tidak memiliki cukup banyak waktu dalam melakukan wawancara, peneliti membuat janji untuk bisa melakukan
wawancara kedua dengan beliau. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 21 Maret 2016. Wawancara masih dilakukan ditempat yang sama. Pada kesempatan
kali ini wawancara pada siang hari ketika dr.Nelly sedang beristirahat. Wawancara kedua berjalan baik sama seperti wawancara pertama. dr.Nelly
seorang dokter yang sangat ramah sehingga peneliti dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan santai.
Universitas Sumatera Utara
38
Universitas Sumatera Utara
Wawancara pada informan ketiga juga dilakukan di RSUHAM dibagian spesialis anak yang berada di lantai dasar RSUHAM. Wawancara dilakukan pada
tanggal 23 Maret 2016, pukul 09:00 hingga pukul 10:00. Wawancara berjalan dengan baik. Walaupun kendala yang dihadapi peneliti masih sama yaitu kendala
dalam bahasa yang digunakan oleh informan yang menggunakan istilah istilah medis. Namun informan ketiga ini akan mengulang kembali jawabannya ketika
peneliti menanyakan kembali jawaban beliau untuk yang kedua kali. Proses wawancara ini peneliti memiliki waktu yang sangat sedikit. Hal ini dikarenakan
informan ketiga ini selain menjadi dokter di rumah sakit tersebut, beliau juga merupakan dosen yang bertanggung atas mahasiswa kedokteran yang sedang
melakukan koas di rumah sakit itu. Dengan jam kerja yang begitu padat, beliau memberikan kesempatan bagi peneliti untuk bisa melakukan wawancara
walaupun waktu yang diberikan tidak banyak. Tahap berikutnya peneliti melakukan pemilihan informan sekunder yang
dibutuhkan dalam pemenuhan metode tirangulasi data yang digunakan dalam penlitian ini. Informan sekunder berasal dari organisasi yang sama seperti YTI
yaitu POPTI Oerhimpunan Organisasi Thalasemia Indonesia yang bergerak dalam menangani pasien dan juga orang tua penderita thalasemia.. Hidup dengan
memiliki penyakit thalasemia mengaharuskan seseorang untuk bisa mendapatkan bantuan dari orang lain. Dalam hal ini POPTI merupakan organsasi yang
membantu mereka mereka yang terkena penyakit thalasemia. Pada tahap ini peneliti melakukan diskusi terlebih dahulu dengan ibu
Sarmawati untuk menjelaskan informan sekunder seperti apa yang bisa dijadikan informan penelitian ini. Sebagai ketua POPTI kota Medan beliau tahu benar
anggota-anggota yang bisa dijadian informan sekunder dalam penelitian ini. Sebelum memilih informan sekunder, Diskusi ringan pun berlangsung sebelum
melakukan wawancara mendalam. Di dalam diskusi tersebut peneliti setuju untuk mewawancarai sekretaris dan humas dari POPTI.
Tahap awal proses wawancara dengan informan sekunder berjalan dengan baik. Tahap awal yang peneliti lakukan adalah melakukan observasi singkat dan
berkunjung kerumah ibu Mursida selaku informan sekunder kedua di penelitian
Universitas Sumatera Utara
39
Universitas Sumatera Utara
ini. Rumah ibu murisda beralamat di jl. Karya Darma, Medan Johor. Kedatangan peneliti kembali disambut dengan sangat baik oleh beliau. Pada kunjungan yang
dilakukan pada tanggal 15 april 2016 ini peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Yang mana peneliti kembali mendapat respon yang sangat
baik dari ibu Mursida. Ibu dari 3 orang anak ini merupakan seorang ibu rumah tangga dan juga sebagai sekretaris POPTI. Memiliki pengalaman yang sama
dengan ibu Sarmawati dalam menangani thalasemia. Anak kedua beliau ada seorang pasien thalasemia, yang kini telah meninggal. Kepergian anak nya
tersebut tidak lantas membuat ibu Mursida berhenti untuk membantu para orang tua penderita lain yang ada di kota Medan. Observasi tersebut berjalan dengan
baik dan menghabiskan sekitar satu hingga satu jam setengah, dimulai pada jam 14:00 hingga 15:00 wib. Masih dihari yang sama peneliti membuat janji untuk
bertemu kembali dengan beliau untuk melakukan wawancara mendalam. Proses wawancara berikutnya jatuh di hari senin tanggal 5 April 2016. Wawancara
dilakukan pada jam 10:00 hingga pukul 13:25 wib. Wawancara dilakukan di kediaman ibu Murisda. Proses wawancara berjalan dengan baik.
Proses wawancara dengan informan sekunder kedua juga sama dengan informan pertama. Peneliti dengan ditemani oleh ibu Sarmawati mengunjungi
rumah ibuSutina selaku bendahara dan juga humas dari POPTI. Ibu empat orang ini selalu giat dalam menyebarluaskan informasi thalasemia kepada siapapun dan
dimanapun. Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 6 april 2015. Rumah ibu Sutina. terletak di daerah kampung durian Medan. Sama seperti ibu Sarmawati
dan ibu Mursida, beliau juga sudah cukup lama bergabung dengan POPTI. Pada kesempatan tersebut peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan masksud dan
tujuan kedatangan peneliti. Antusianme yang ditunjukkan oleh ibu ... membuat peneliti merasa senang. Beliau mengaku tidak keberatan untuk melakukan
wawancara. Beliau juga mengaku siap kapan saja untuk diwawancara. Dua hari
kemudian tepat tanggal 8 April 2016 peneliti datang untuk melakukan wawancara
mendalam dengan informan sekunder kedua ini. Peneliti datang pada pukul 13:15 wib, yang mana disaat itu ibu Sutina. masih belum pulang berjualan. Akhirnya
peneliti menunggu hingga pukul 13:30 untuk melakukan wawancara. Wawancara
Universitas Sumatera Utara
40
Universitas Sumatera Utara
berlangsung cukup lama dengan ibu Sutina. ini. Wawancara dilakukan tepat pada pukul 14:00 hingga 16:45 menit. IbuSutina dengan sangat baik dan detail dalam
menjawa semua pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
4.1 Tabel Karakeristik Informan