commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara UU SISDIKNAS, 2003 : 3 Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan proses belajar
mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar
mengajar yang dialami dan dicapai siswa sebagai peserta didik. Proses belajar mengajar adalah suatu kombinasi pemberdayaan sumber daya yang meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan. Sumber daya manusia
yang terlibat dalam sistem proses belajar mengajar terdiri dari siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Sumber daya material meliputi, buku-buku, papan
tulis, kapur, alat peraga, dan media proses belajar mengajar. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, dan ujian.
Mata pelajaran Matematika oleh sebagian siswa dianggap sebagai ilmu mata pelajaran yang sulit di pelajari dan bahkan ada yang menjadi momok yang
menakutkan siswa. Hal ini tidak mengherankan karena bahasa dalam Matematika
commit to user 2
menggunakan lambang, simbol, dan tanda-tanda yang dikemas dalam rumus dan konsep-konsep yang jumlahnya tidak sedikit. Banyak siswa yang merasa bosan,
sama sekali tidak tertarik, bersikap pasif, bahkan benci terhadap mata pelajaran Matematika, sehingga dengan cepat mereka akan melupakan apa yang telah di
pelajari, atau enggan belajar dan enggan mengerjakan tugas yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar.
Untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, maka perlu strategi yang tepat dan kreatif agar anak tertarik dan
terdorong untuk belajar. Kondisi seperti di atas bila tidak segera dicarikan solusinya dapat berakibat menurunkan prestasi belajar siswa dan minat serta
perhatian siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Fenomena rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika, seperti di atas juga terjadi di SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara. Selama tiga kali ulangan umum dari tahun pelajaran 20052006
sampai dengan 20062007, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika menunjukan grafik yang rendah dan menurun, baik nilai rata-rata, nilai tertinggi
maupun nilai terendah yang dicapai siswa.. Berdasarkan data yang ada, penurunan dan rendahnya prestasi belajar
siswa SMP Negeri 2 Madukara pada mata pelajaran Matematika selama 3 semester terbukti sangat signifikan sekali, yaitu perbandingan antara hasil nilai
ulangan umum mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Fisika selama 3 semester nilai yang dicapai oleh siswa termasuk kategori rendah. Melihat kondisi
commit to user 3
obyektif tersebut, maka sebagai guru Matematika peneliti merasa bertanggung jawab untuk memperbaikinya, agar prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika meningkat di waktu-waktu mendatang. Mata pelajaran matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung di
dalam Matematika itu sendiri, tetapi Matematika diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar dapat
memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat. Disamping itu juga agar dapat terbentuk kepribadiannya serta terampil menggunakan konsep
Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rangka mencari solusi dari permasalahan tersebut peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama
, peneliti mencari data pembanding apakah kondisi seperti tersebut juga dialami oleh siswa lain di sekolah yang sama dan sekolah lain yang
satu tipe. Hasil wawancara dengan guru lain di SMP Negeri 2 Madukara , guru SMP Negeri 1 Madukara ,dan guru di SMP Negeri 2 Pagentan, ternyata
menghadapi permasalahan yang sama dimana prestasi belajar siswa rendah dan siswa terlihat kurang tertarik dan apatis terhadap mata pelajaran Matematika.
Kedua,
peneliti melakukan kolaborasi dengan guru Matematika lain di sekolah yang sama yaitu SMP Negeri 2 Madukara untuk membicarakan akar
permasalahan yang menyebabkan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Hasil kolaborasi antara guru Matematika dan
peneliti, diperoleh beberapa asumsi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tersebut, antara lain:
commit to user 4
1. Kecerdasan siswa rendah, karena siswa SMP Negeri 2 Madukara berasal dari
kalangan masyarakat pedesaan. 2.
Siswa tidak memiliki waktu belajar di rumah, karena kebiasaan anak desa bila di rumah membantu orang tuanya, mengingat kesadaran orang tua terhadap
pendidikan anak masih rendah. 3.
Siswa tidak menyukai mata pelajaran Matematika yang disebabkan oleh perilaku guru atau materi yang sulit..
4. Strategi proses belajar mengajar yang kurang tepat, sehingga siswa sulit untuk
memahami pelajaran. 5.
Kurangnya sarana dan prasarana proses belajar mengajar Matematika di sekolah, sehingga proses belajar mengajar kurang dapat membantu siswa
untuk memahami materi yang disampaikan guru.
Ketiga
, melakukan analisis terhadap beberapa asumsi akar permasalahan tersebut agar diperoleh akar permasalahan yang tepat, sehingga perlakuan yang
dilakukan terhadap siswa benar-benar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dilakukan karena sulit untuk melakukan semua asumsi tersebut. Bahkan
bila semua asumsi tersebut dilakukan, justru dapat menambah beban siswa. Analisis akar permasalahan dilakukan dengan cara studi dokumentasi, wawancara
dan pengamatan. Hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru Matematika, disepakati analisis terhadap akar permasalahan tersebut sebagai berikut :
1. Ceking kecerdasan siswa. Asumsi pertama penyebab rendahnya prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah karena siswa memiliki
commit to user 5
kecerdasan yang rendah. Karena peneliti tidak memiliki alat ukur kecerdasan yang standar, maka hanya dilakukan membandingkan prestasi belajar
Matematika dengan mata pelajaran lain yang serumpun, seperti Fisika, dan Biologi. Hasil penelitian terhadap dokumen hasil belajar daftar nilai dan
laporan hasil ulangan umum semester pada mata pelajaran Fisika dan Biologi IPA, menunjukan bahwa 75 siswa mendapatkan nilai ulangan harian
antara 6.50 – 7.50 dan 25 siswa mendapat nilai 7.50. Berdasarkan data tersebut kolaborator menyimpulkan bahwa sebenarnya kecerdasan siswa tidak
rendah. Dengan demikian disimpulkan bahwa sebenarnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika masih dapat ditingkatkan dengan
memilih strategi proses belajar mengajar yang tepat. 2.
Ceking waktu belajar siswa. Asumsi kedua, bahwa penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah siswa tidak
memiliki waktu belajar di rumah, karena membantu orang tuanya berkebun. Pengecekan dilakukan dengan cara wawancara dengan siswa dan orang tua
siswa meskipun tidak seluruhnya Secara kebetulan 85 siswa tinggal di sekitar sekolah. Hasil wawancara dengan orang tua siswa diperoleh data
bahwa 90 memiliki waktu yang cukup untuk belajar di rumah, karena anak membantu orang tua hanya pada siang hari. Demikian juga hasil wawancara
dengan siswa menunjukan bahwa semua siswa mengaku sebenarnya mereka memiliki waktu yang cukup untuk belajar di rumah. Namun hanya 30
siswa yang mengaku belajar di rumah. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa asumsi kedua tidak dapat diterima. Anak memiliki kesempatan yang
commit to user 6
cukup untuk belajar di rumah. Guru sebaiknya mencari media agar anak dapat belajar di rumah dengan baik.
3. Ceking sikap siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Asumsi ketiga
bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah anak tidak suka pada mata Matematika. Untuk mengetahui sikap anak
tersebut juga dilakukan wawancara dengan siswa. Hasil wawancara menunjukan bahwa 95 siswa mengaku suka terhadap mata pelajaran
Matematika, hanya mereka merasa kesulitan untuk memahami mata pelajaran tersebut. Guru perlu mencari solusi agar siswa terbantu dan merasa lebih
mudah belajar Matematika.. 4.
Ceking proses belajar mengajar Matematika. Asumsi keempat, mengatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika,
karena strategi proses belajar mengajar yang kurang tepat. Ceking dilakukan dengan wawancara dengan siswa dan evaluasi diri. Hasil evaluasi diri yang
dilakukan oleh guru Matematika menunjukan bahwa sebagian besar materi Matematika disampaikan dengan ceramah dan membahas soal. Hasil
wawancara dengan siswa diperoleh data bahwa 80 siswa mengaku selama proses belajar mengajar Matematika, mereka kurang bersemangat, ingin cepat
selesai dan kurang memahami guru. Untuk itu perlu dicarikan solusi peningkatan proses belajar mengajar siswa baik di sekolah maupun diluar
sekolah.
commit to user 7
5. Ceking sarana proses belajar mengajar Matematika. Asumsi kelima,
mengatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika disebabkan kurangnya sarana proses belajar mengajar
Matematika, sehingga siswa sulit untuk memahami materi proses belajar mengajar. Pengecekan dilakukan dengan cara inventarisasi sarana proses
belajar mengajar yang dimiliki sekolah dan siswa. Hasil inventarisasi menunjukan bahwa sebenarnya meskipun sederhana sarana proses belajar
mengajar Matematika dianggap cukup. Misalnya : alat peraga, alat pelajaran, buku paket dan LKS ada. Hal yang diperlukan adalah pemberdayaan sarana
tersebut secara lebih efektif, sehingga dapat membantu siswa untuk mempelajari Matematika dengan lebih mudah.
Keempat,
mencari alternatif pemecahan masalah. Berdasarkan hasil pengecekan terhadap asumsi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika tersebut, dalam kolaborasi disepakati bahwa akar permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika adalah faktor strategi proses belajar mengajar Matematika yang kurang tepat, baik di kelas maupun diluar kelas.
Dalam kolaborasi disepakati bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu dilakukan upaya mengelola proses belajar mengajar dengan lebih
kreatif, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
commit to user 8
Dalam kolaborasi disepakati bahwa untuk mengatasi masalah kesulitan memahami matematika siswa harus banyak berlatih, sehingga perlu
meningkatkan keaktifan siswa melalui latihan-latihan soal secara intensif pada mata pelajaran Matematika. Beberapa usulan yang muncul dalam kolaborasi
sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain : 1.
Pemberian pekerjaan rumah PR setiap selesai proses belajar mengajar. 2.
Mengoptimalkan pemanfaatan Lembar Kerja Siswa LKS 3.
Menambah jam pelajaran pada sore hari 4.
Belajar kelompok.
Kelima
, menetapkan rencana tindakan. Semua alternatif tersebut pada dasarnya dapat diterima, namun yang menjadi masalah adalah siswa kurang
tertarik untuk melakukan mengerjakan latihan soal, baik melalui pekerjaan rumah, LKS maupun penambahan jam pelajaran. Solusinya perlu dicarikan
strategi agar siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan latihan-latihan soal Matematika, karena dengan seringnya siswa melakukan latihan soal-soal
Matematika siswa akan semakin paham dan jelas terhadap cara mengerjakan soal pada setiap materi Matematika.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, perlu dilakukan peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan cara banyak
melakukan latihan soal,dan dengan cara pemberian bonus nilai tugas Matematika bagi setiap siswa yang mengerjakan tugas dengan baik dan benar.
commit to user 9
Siswa dalam mempelajari Matematika harus dapat mandiri terhadap pemahaman unsur-unsur Matematika. Siswa belajar untuk menghargai dan
mencintai Matematika karena mereka memiliki keyakinan tentang bagaimana caranya merumuskan dan menggunakan sarana Matematika manakala diperlukan.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar ini guru lebih berperan sebagai fasilitator daripada sebagai penceramah atau pengajar, dan para siswa sendirilah yang aktif
mencari, menyelidiki, merumuskan, menguji, membuktikan, mengaplikasikan, menjelaskan dan sebagainya. Kegiatan semacam itu biasanya terlaksana melalui
keaktifan siswa, seperti kerja kelompok, diskusi, presentasi dan lain-lain. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto,
2003 : 2. Seorang siswa dalam melakukan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan faktor kelelahan. Faktor
psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu, meliputi
faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam kegiatan proses belajar, guru haruslah memperhatikan apa yang
dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik, mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan
yang menunjang belajar. Motif-motif di atas dapat ditanamkan pada diri siswa
commit to user 10
dengan cara memberikan latihan soal atau tugas. Tugas tersebut diharapkan dapat menambah kesempatan siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah yang
dihadapinya secara mandiri. Seringkali dalam tugasnya sehari-hari, guru harus berhadapan dengan
siswa-siswa yang prestasi akademiknya rendah dan tidak sesuai dengan harapan. Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, siswa harus memiliki
motivasi yang tinggi, minat terhadap mata pelajaran dan aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Pada umumnya guru menginginkan kelas yang penuh
dengan siswa-siswa yang mempunyai motivasi intrinsik. Menurut kenyataan tidak demikian, karena itu guru harus menghadapi tantangan untuk dapat
membangkitkan motivasi siswa, minat, menarik dan mempertahankan perhatiannya, mengusahakan agar siswa harus mau mempelajari materi yang
diharapkan untuk dipelajarinya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan penghargaan atau intensif atas keberhasilan siswa, dapat
berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan pengajaran.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran
Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.
commit to user 11
B. Perumusan Masalah