PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PE

(1)

commit to user

i

MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN

BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA

KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

T E S I S

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Tekhnologi Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarata

Oleh :

Gatit Kartika Yulianti NIM. S.810505006

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

ii

MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN

BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA

KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Disusun oleh :

Gatit Kartika Yulianti

NIM. S.810505006

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. Mulyoto, MPd ...

NIP. 194307121973011001

Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, MPd ...

NIP. 196611081990032001

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Mulyoto, MPd NIP. 1943071219730111001


(3)

commit to user

iii

MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN

BONUS NILAI TUGAS SISWA KELAS IX B

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 MADUKARA

KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Disusun oleh :

Gatit Kartika Yulianti

NIM. S.810505006

Telah disetujui dan disyahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal : ...

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua : Prof. Dr. Sri Yutmini, MPd ...

Sekretaris : Prof. Dr. Samsi Haryanto, MPd ...

Anggota Penguji : 1.Prof. Dr. Mulyoto, MPd ...

2.Dr. Nunuk Suryani, MPd ...

Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof.Drs. Suranto, MSc,PhD Prof. Dr. Mulyoto, MPd NIP. 195708201985031004 NIP. 1943071219730111001


(4)

commit to user

iv Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Gatit Kartika Yulianti NIM : S.810505006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Pemberian Bonus Nilai Tugas Siswa kelas IX B Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Madukara

Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah betul-betul karya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi

dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,18 November 2010 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

Lebih utama dari segala-galanya peneliti panjatkan doa ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan rakhmatNya hingga

peneliti mampu menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Keaktifan dan

Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Melalui Pemberian Bonus Nilai Tugas Siswa Kelas IX B Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009”. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan.

Dalam penyusunan tesis ini, peneliti banyak mendapat bimbingan, semangat dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas menuntun hingga selesainya penyusunan tesis ini, untuk itu pada kesempatan ini tak lupa peneliti menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof.Dr.dr.H. Much.Syamsulhadi,Sp.Kj (K) selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menempuh studi pada Program Pasca Sarjana jurusan Teknologi Pendidikan.

2. Prof.Drs.Suranto,MSc.Ph.D selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,yang telah memberikan ijin atas penyusunan tesis ini.

3. Prof.Dr.Mulyoto,M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan dan Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan dorongan moril dan motivasi sehingga tesis ini dapat tersusun.


(6)

commit to user

vi

memberikan pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh dosen / staf pengajar pada Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan untuk memperluas wawasan dan wacana bagi peneliti.

6. Para Guru, Staf Administrasi beserta sekuruh siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara yang telah membantu penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

7. Keluarga besarku, yang telah memberikan doa dan semangat yang luar biasa.

8. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan pasca sarjana.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa mencatat dan berkenan membalas dengan pahala yang berlipat . Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis pribadi maupun pihak-pihak yang berkepentingan.


(7)

commit to user

vii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS... iii

PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK... xi

ABSTRACT... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kajian Teori ... 14

1. Keaktifan Belajar ... 14

2. Prestasi Belajar ... 38

3. Pemberian Bonus Nilai Tugas ... 45

B. Kerangka Pemikiran ... 49

C. Hipotesis Tindakan ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

A. Subyek Penelitian ... 53

B. Lokasi Penelitian ... 54

C. Jenis Penelitian ………. 54

D. Desain Penelitian ... 55


(8)

commit to user

viii

G. Cara Pemantauan / Monitoring ... 78

H. Analisis Hasil dan Refleksi ... 78

1. Faktor Yang Diteliti ... 78

2. Indikator Keberhasilan ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Hasil Penelitian ... 81

1. Kondisi Umum Objek Penelitian ... 81

B. Diskripsi Hasil Penelitian ... 83

1. Diskripsi Data Aktifitas Siswa ... 83

2. Diskripsi Data Prestasi Belajar... 91

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 95

D. Keterbatassan Penelitian... 97

BAB V KESIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Implikasi ……… 99

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(9)

commit to user

ix

Tabel :

Halaman

2.1 Diagram Intensi Guru Murid dalam Kegiatan Belajar

Mengajar………... 38

3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas... 53

4.1 Katagori Siswa Dalam Mengerjakan Tugas………... 83

4.2 Katagori Proses Hasil Mengerjakan Tugas ………... 85

4.3 Katagori Siswa Dalam Nilai Tugas ………... 86

4.4 Hasil Observasi Terhadap Tugas Siswa... 87

4.5 Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar 89 4.6 Hasil Tes Prestasi Belajar…………... 91


(10)

commit to user

x

Gambar Halaman

2.1 Alur Kerangka Pemikiran……….... 51

3.1 Desain Penelitian Tripp (1996)……… 55

4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Madukara... 82

4.2 Grafik Peningkatan Siswa dalam Mengerjakan Tugas………... 88


(11)

commit to user

xi

Lampiran Halaman

1. Lembar Observasi Aktifitas Siswa Dalam KBM 104 2. Kisi-kisi/Layout Pedoman Wawancara 105 3. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Guru 107 4. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Orang Tua Siswa 110 5. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ( I ) 113 6. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa ( II ) 116 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 119 8. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus I 141 9. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus II 150 10. Alat Tes Prestasi Belajar Siklus III 158 11. Lembar Pengamatan Tugas Siswa 167 12. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Observasi Awal 169 13. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus I 171 14. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus II 173 15. Lembar Pengamatan Tugas Siswa Pada Siklus III 175 16. Presentasi Siswa Dalam Mengerjakan Tugas 177 17. Proses Hasil Kerja Siswa 179 18. Perkembangan Nilai Tugas Siswa 181 19. Lembar Pengamatan Perhatian Siswa dalam Kegiatan Belajar

Mengajar 183

20. Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa dalam Kegiatan Belajar

Mengajar 185

21. Lembar Pengamatan Kerjasama Siswa dalam Kegiatan Belajar

Mengajar 187

22. Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar 189 23. Foto Aktifitas Siswa Dalam KBM 190


(12)

commit to user

xii

GATIT KARTIKA YULIANTI. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika, Melalui Pemberian Bonus Nilai Tugas Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun P elajaran

2008/2009. Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan, Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Apakah pemberian nilai bonus tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 ? (2) Apakah pemberian nilai bonus tugas dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009?

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini dilakukan selama 3 siklus, setiap siklus terdiri dari empat pertemuan dan setiap pertemuan selama 2 x 45 menit (90 menit). Setiap siklus tahapan yang dilakukan terdiri dari tahap: perencanaan (pla nning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Instrumen yang digunakan adalah (1) Lembar Tugas (2) Skenario pembelajaran (3) Alat evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 100 % siswa mengalami peningkatan keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar Matematika dan 86,1 % siswa mengalami peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Matematika. Mengacu pada indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan, maka penelitian tindakan dikatakan berhasil. Artinya pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Matematika di kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2008/2009.

Saran yang diajukan dalam penelitian ini pertama, untuk penelitian lebih lanjut (a). Perlu dilakukan tindakan pada siklus-siklus berikutnya, untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih menggambarkan perubahan perilaku siswa yang sebenarnya. (b). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan instrumen yang standar, sehingga hasil penelitian lebih dapat dipertanggungjawabkan. Kedua, penerapan hasil penelitian (a). Pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar, maka sebaiknya model pembelajaran ini untuk dapat diterapkan di kelas, di sekolah atau pada mata pelajaran lain. (b). Pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka model pembelajaran ini perlu diterapkan pada materi mata pelajaran lain.


(13)

commit to user

xiii

GATIT KARTIKA YULIANTI. Make-Up of Livelines and Achievement

Learning At Mathematics Subject, Through Bonus Gift Assess The Duty of Student of Class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara School

Year 2008/2009. Thesis, Program The Technological Study of Education,

Program The Pascasarjana Sebelas Maret Surakarta University.

This Research targets are to know ( 1) whether gift assess the duty bonus can improve the student livelines in subject of mathematics of student of class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara of School Year 2008/ 2009. (2) Whether/What gift assess the duty bonus can improve the achievement learn the mathematics of student of class of IXB SMP Country 2 Madukara of Regency of Banjarnegara of School Year 2008 / 2009.

Research of Classroom Action ( Classroom Action Research) this

conducted by during three cycle, each every cycle consisted of four meeting and each every meeting during 2 x 45 minute ( 90 minute). Each;Every step cycle conducted consisted of the phase : planning (planning), execution (acting),

observation (observing), and refleksi (reflecting). Instrument used by (1) Duty Sheet (2) Study Scenario (3) appliance evaluate.

Research result show that 100 % student experience of the make-up of livelines in activity learn to pursue the Mathematics and 86,1 % student experience of the make-up of achievement learn at Mathematics subject. Relate specified research efficacy indicator, hence action research told to succeed. Its meaning is bonus gift assess the duty can improve the livelines and achievement learn the student at Mathematics subject in class of IXB SMP Country 2

Madukara of Regency of Banjarnegara of school year 2008/2009.

Suggestion raised in this research first, for the research of furthermore ( a). require to be conducted action next cycle, to get the more depicting conclusion behavioral change of student which in fact. ( b). require to be conducted

continuation research by using instrument which standard, so that result of research more accountable. Second, applying of result of research ( a). bonus gift assess the duty can improve the student livelines in activity learn, hence better model this study to be applicable in class, at school or other;dissimilar subject. ( b). bonus gift assess the duty can improve the achievement learn the student, hence model this study require to be applied other; dissimilar subject items


(14)

commit to user


(15)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU SISDIKNAS, 2003 : 3)

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling utama. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami dan dicapai siswa sebagai peserta didik. Proses belajar mengajar adalah suatu kombinasi pemberdayaan sumber daya yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan. Sumber daya manusia yang terlibat dalam sistem proses belajar mengajar terdiri dari siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya. Sumber daya material meliputi, buku-buku, papan tulis, kapur, alat peraga, dan media proses belajar mengajar. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik belajar, dan ujian.

Mata pelajaran Matematika oleh sebagian siswa dianggap sebagai ilmu mata pelajaran yang sulit di pelajari dan bahkan ada yang menjadi momok yang menakutkan siswa. Hal ini tidak mengherankan karena bahasa dalam Matematika


(16)

commit to user

menggunakan lambang, simbol, dan tanda-tanda yang dikemas dalam rumus dan konsep-konsep yang jumlahnya tidak sedikit. Banyak siswa yang merasa bosan, sama sekali tidak tertarik, bersikap pasif, bahkan benci terhadap mata pelajaran Matematika, sehingga dengan cepat mereka akan melupakan apa yang telah di pelajari, atau enggan belajar dan enggan mengerjakan tugas yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar.

Untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, maka perlu strategi yang tepat dan kreatif agar anak tertarik dan terdorong untuk belajar. Kondisi seperti di atas bila tidak segera dicarikan solusinya dapat berakibat menurunkan prestasi belajar siswa dan minat serta perhatian siswa terhadap mata pelajaran Matematika.

Fenomena rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, seperti di atas juga terjadi di SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara. Selama tiga kali ulangan umum dari tahun pelajaran 2005/2006 sampai dengan 2006/2007, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika menunjukan grafik yang rendah dan menurun, baik nilai rata-rata, nilai tertinggi maupun nilai terendah yang dicapai siswa..

Berdasarkan data yang ada, penurunan dan rendahnya prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Madukara pada mata pelajaran Matematika selama 3 semester terbukti sangat signifikan sekali, yaitu perbandingan antara hasil nilai ulangan umum mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Fisika selama 3 semester nilai yang dicapai oleh siswa termasuk kategori rendah. Melihat kondisi


(17)

obyektif tersebut, maka sebagai guru Matematika peneliti merasa bertanggung jawab untuk memperbaikinya, agar prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika meningkat di waktu-waktu mendatang. Mata pelajaran matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung di dalam Matematika itu sendiri, tetapi Matematika diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat. Disamping itu juga agar dapat terbentuk kepribadiannya serta terampil menggunakan konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rangka mencari solusi dari permasalahan tersebut peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

Pertama, peneliti mencari data pembanding apakah kondisi seperti

tersebut juga dialami oleh siswa lain di sekolah yang sama dan sekolah lain yang satu tipe. Hasil wawancara dengan guru lain di SMP Negeri 2 Madukara , guru SMP Negeri 1 Madukara ,dan guru di SMP Negeri 2 Pagentan, ternyata menghadapi permasalahan yang sama dimana prestasi belajar siswa rendah dan siswa terlihat kurang tertarik dan apatis terhadap mata pelajaran Matematika.

Kedua, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru Matematika lain di

sekolah yang sama yaitu SMP Negeri 2 Madukara untuk membicarakan akar permasalahan yang menyebabkan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Hasil kolaborasi antara guru Matematika dan peneliti, diperoleh beberapa asumsi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tersebut, antara lain:


(18)

commit to user

1. Kecerdasan siswa rendah, karena siswa SMP Negeri 2 Madukara berasal dari kalangan masyarakat pedesaan.

2. Siswa tidak memiliki waktu belajar di rumah, karena kebiasaan anak desa bila di rumah membantu orang tuanya, mengingat kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak masih rendah.

3. Siswa tidak menyukai mata pelajaran Matematika yang disebabkan oleh perilaku guru atau materi yang sulit..

4. Strategi proses belajar mengajar yang kurang tepat, sehingga siswa sulit untuk memahami pelajaran.

5. Kurangnya sarana dan prasarana proses belajar mengajar Matematika di sekolah, sehingga proses belajar mengajar kurang dapat membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan guru.

Ketiga, melakukan analisis terhadap beberapa asumsi akar permasalahan

tersebut agar diperoleh akar permasalahan yang tepat, sehingga perlakuan yang dilakukan terhadap siswa benar-benar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dilakukan karena sulit untuk melakukan semua asumsi tersebut. Bahkan bila semua asumsi tersebut dilakukan, justru dapat menambah beban siswa. Analisis akar permasalahan dilakukan dengan cara studi dokumentasi, wawancara dan pengamatan. Hasil kolaborasi antara peneliti dengan guru Matematika, disepakati analisis terhadap akar permasalahan tersebut sebagai berikut :

1. Ceking kecerdasan siswa. Asumsi pertama penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah karena siswa memiliki


(19)

kecerdasan yang rendah. Karena peneliti tidak memiliki alat ukur kecerdasan yang standar, maka hanya dilakukan membandingkan prestasi belajar Matematika dengan mata pelajaran lain yang serumpun, seperti Fisika, dan Biologi. Hasil penelitian terhadap dokumen hasil belajar (daftar nilai dan laporan hasil ulangan umum semester) pada mata pelajaran Fisika dan Biologi (IPA), menunjukan bahwa 75 % siswa mendapatkan nilai ulangan harian antara 6.50 – 7.50 dan 25 % siswa mendapat nilai > 7.50. Berdasarkan data tersebut kolaborator menyimpulkan bahwa sebenarnya kecerdasan siswa tidak rendah. Dengan demikian disimpulkan bahwa sebenarnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika masih dapat ditingkatkan dengan memilih strategi proses belajar mengajar yang tepat.

2. Ceking waktu belajar siswa. Asumsi kedua, bahwa penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah siswa tidak memiliki waktu belajar di rumah, karena membantu orang tuanya berkebun. Pengecekan dilakukan dengan cara wawancara dengan siswa dan orang tua siswa meskipun tidak seluruhnya Secara kebetulan > 85 % siswa tinggal di sekitar sekolah. Hasil wawancara dengan orang tua siswa diperoleh data bahwa 90 % memiliki waktu yang cukup untuk belajar di rumah, karena anak membantu orang tua hanya pada siang hari. Demikian juga hasil wawancara dengan siswa menunjukan bahwa semua siswa mengaku sebenarnya mereka memiliki waktu yang cukup untuk belajar di rumah. Namun hanya < 30 % siswa yang mengaku belajar di rumah. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa asumsi kedua tidak dapat diterima. Anak memiliki kesempatan yang


(20)

commit to user

cukup untuk belajar di rumah. Guru sebaiknya mencari media agar anak dapat belajar di rumah dengan baik.

3. Ceking sikap siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Asumsi ketiga bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah anak tidak suka pada mata Matematika. Untuk mengetahui sikap anak tersebut juga dilakukan wawancara dengan siswa. Hasil wawancara menunjukan bahwa > 95 % siswa mengaku suka terhadap mata pelajaran Matematika, hanya mereka merasa kesulitan untuk memahami mata pelajaran tersebut. Guru perlu mencari solusi agar siswa terbantu dan merasa lebih mudah belajar Matematika..

4. Ceking proses belajar mengajar Matematika. Asumsi keempat, mengatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, karena strategi proses belajar mengajar yang kurang tepat. Ceking dilakukan dengan wawancara dengan siswa dan evaluasi diri. Hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru Matematika menunjukan bahwa sebagian besar materi Matematika disampaikan dengan ceramah dan membahas soal. Hasil wawancara dengan siswa diperoleh data bahwa 80 % siswa mengaku selama proses belajar mengajar Matematika, mereka kurang bersemangat, ingin cepat selesai dan kurang memahami guru. Untuk itu perlu dicarikan solusi peningkatan proses belajar mengajar siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah.


(21)

5. Ceking sarana proses belajar mengajar Matematika. Asumsi kelima, mengatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika disebabkan kurangnya sarana proses belajar mengajar Matematika, sehingga siswa sulit untuk memahami materi proses belajar mengajar. Pengecekan dilakukan dengan cara inventarisasi sarana proses belajar mengajar yang dimiliki sekolah dan siswa. Hasil inventarisasi menunjukan bahwa sebenarnya meskipun sederhana sarana proses belajar mengajar Matematika dianggap cukup. Misalnya : alat peraga, alat pelajaran, buku paket dan LKS ada. Hal yang diperlukan adalah pemberdayaan sarana tersebut secara lebih efektif, sehingga dapat membantu siswa untuk mempelajari Matematika dengan lebih mudah.

Keempat, mencari alternatif pemecahan masalah. Berdasarkan hasil

pengecekan terhadap asumsi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tersebut, dalam kolaborasi disepakati bahwa akar permasalahan yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika adalah faktor strategi proses belajar mengajar Matematika yang kurang tepat, baik di kelas maupun diluar kelas.

Dalam kolaborasi disepakati bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu dilakukan upaya mengelola proses belajar mengajar dengan lebih kreatif, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.


(22)

commit to user

Dalam kolaborasi disepakati bahwa untuk mengatasi masalah kesulitan memahami matematika siswa harus banyak berlatih, sehingga perlu meningkatkan keaktifan siswa melalui latihan-latihan soal secara intensif pada mata pelajaran Matematika. Beberapa usulan yang muncul dalam kolaborasi sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut antara lain :

1. Pemberian pekerjaan rumah (PR) setiap selesai proses belajar mengajar. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan Lembar Kerja Siswa (LKS)

3. Menambah jam pelajaran pada sore hari 4. Belajar kelompok.

Kelima, menetapkan rencana tindakan. Semua alternatif tersebut pada

dasarnya dapat diterima, namun yang menjadi masalah adalah siswa kurang tertarik untuk melakukan mengerjakan latihan soal, baik melalui pekerjaan rumah, LKS maupun penambahan jam pelajaran. Solusinya perlu dicarikan strategi agar siswa tertarik dan termotivasi untuk melakukan latihan-latihan soal Matematika, karena dengan seringnya siswa melakukan latihan soal-soal Matematika siswa akan semakin paham dan jelas terhadap cara mengerjakan soal pada setiap materi Matematika.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, perlu dilakukan peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar dengan cara banyak melakukan latihan soal,dan dengan cara pemberian bonus nilai tugas Matematika bagi setiap siswa yang mengerjakan tugas dengan baik dan benar.


(23)

commit to user

Siswa dalam mempelajari Matematika harus dapat mandiri terhadap pemahaman unsur-unsur Matematika. Siswa belajar untuk menghargai dan mencintai Matematika karena mereka memiliki keyakinan tentang bagaimana caranya merumuskan dan menggunakan sarana Matematika manakala diperlukan. Dalam kegiatan proses belajar mengajar ini guru lebih berperan sebagai fasilitator daripada sebagai penceramah atau pengajar, dan para siswa sendirilah yang aktif mencari, menyelidiki, merumuskan, menguji, membuktikan, mengaplikasikan, menjelaskan dan sebagainya. Kegiatan semacam itu biasanya terlaksana melalui keaktifan siswa, seperti kerja kelompok, diskusi, presentasi dan lain-lain.

Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 2). Seorang siswa dalam melakukan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan faktor kelelahan. Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Faktor ekstern adalah faktor yang berada di luar individu, meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

Dalam kegiatan proses belajar, guru haruslah memperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik, mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan


(24)

commit to user

dengan cara memberikan latihan soal atau tugas. Tugas tersebut diharapkan dapat menambah kesempatan siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapinya secara mandiri.

Seringkali dalam tugasnya sehari-hari, guru harus berhadapan dengan siswa-siswa yang prestasi akademiknya rendah dan tidak sesuai dengan harapan. Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, siswa harus memiliki motivasi yang tinggi, minat terhadap mata pelajaran dan aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Pada umumnya guru menginginkan kelas yang penuh dengan siswa-siswa yang mempunyai motivasi intrinsik. Menurut kenyataan tidak demikian, karena itu guru harus menghadapi tantangan untuk dapat membangkitkan motivasi siswa, minat, menarik dan mempertahankan perhatiannya, mengusahakan agar siswa harus mau mempelajari materi yang diharapkan untuk dipelajarinya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan penghargaan atau intensif atas keberhasilan siswa, dapat berupa pujian, angka yang baik dan sebagainya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan pengajaran.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.


(25)

commit to user B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti, maka masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 ?.

2. Apakah pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009 ?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini secara empiris bertujuan :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas pada siswa SMP di Kabupaten Banjarnegara.

b.Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas pada siswa SMP di Kabupaten Banjarnegara.


(26)

commit to user

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar Matematika melalui pemberian bonus nilai tugas pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008 / 2009.

b. Untuk meningkatkan prestasi belajar Matemetika melalui pemberian bonus nilai tugas pada siswa SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008 / 2009.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya untuk pengembangan proses belajar mengajar Matematika. Beberapa manfaat yang diharapkan antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan tentang pengaruh pemberian penghargaan / insentif terhadap keaktifan dan prestasi belajar Matematika.

b. Sebagai bahan kajian dan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan kajian lebih mendalam.


(27)

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan yang berguna bagi para guru, bahwa guru sangat berperan mengaktifkan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar khususnya pelajaran Matematika.

b. Guru dapat lebih berperan sesuai dengan fungsinya, senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan proses belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna, serta mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai prestasi belajar sebagaimana yang telah ditetapkan.


(28)

commit to user BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Keaktifan Belajar

Siswa adalah suatu organisasi yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prisnsip aktif yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Proses belajar mengajar perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang perlu mendapat kepuasan, dan oleh karenanya memberikan dorongan berbuat/tindakan tertentu. Tapi suatu saat kebutuhan itu bisa berubah dan bertambah sehingga varietasnya menjadi bertambah besar. Dengan sendirnya perubahan itupun menjadi banyak ragamnya. Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan akses keaktifan (aktifitas) dalam proses belajar dan proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.


(29)

a. Jenis-Jenis Aktifitas

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi. Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2001 : 90) membagi kegiatan belajar menjadi 8 (delapan) kelompok sebagai berikut :

1) Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pemeran, mengamati orang bekerja atau bermain.

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : mengemukakan fakta atau prinsip-prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis : menulis cerita, laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tesis.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelengarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.


(30)

commit to user

7) Kegiatan-kegiatan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional : minat membedakan, berani, tenang dan sebagainya.

b. Manfaat Aktifitas dalam Proses Belajar Mengajar

Penggunaan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar memiliki manfaat tertentu, antara lain :

a) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. c) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa, yang

pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

d) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.

e) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.

f)Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dengan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

g) Proses belajar mengajar dan kegiatan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, serta menghindarkan terjadinya verbalisme.


(31)

h) Proses belajar mengajar dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

c. Upaya Melaksanakan Aktivitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses belajar mengajar,alternatif pendayagunaannya antara lain sebagai berikut : 1) Pelaksanaan aktivitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas.

Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap kegiatan tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen. 2) Pelaksanaan aktivitas proses belajar mengajar sekolah masyarakat. Pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan dalam bentuk

membawa kelas ke dalam masyarakat, melalui metode karyawisata, survei, kerja pengalaman, pelayanan masyarakat, berkemah, berproyek dan sebagainya.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Aktivitas siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat efektif seperti rasa/sikap percaya diri, motivasi dan minat maupun yang bersifat kognitif seperti bakat dan kecerdasannya. Faktor-fakltor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :


(32)

commit to user

1) Sikap Percaya Diri

a). Pengertian Sikap Percaya Diri

Sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam melakukan aktifitas.Tiap-tiap manusia memiliki karakteristik dan kepribadian masing- masing.Sikap percaya diri yang dimiliki seseorangpun berbeda-beda.La Pierre dalam Allen,Guy dan Edgley yang dikutip Saifudin Azwar (2005:5) mendefinisikan sikap sebagai pola perilaku,kondisi atau kesiapan antisipatif,predisposisiuntuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang tidak

dikondisikan.Sedangkan Secord dan

Backman

dalam Saifudin

Azwar (2005:5) mendefinisikan sikap sebagai keturunan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya.Menurut kerangka pemikiran tersebut sikap merupakan konstelasi dari komponen-komponen kognitif,afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami,merasakan dan berperilaku terhadap suatu obyek,perilaku dan individu.

Sikap percaya diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan tujuan.Tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu perbuatan yang pada giliranya akan memuaskan kebutuhan


(33)

individu.Adanya Tujuan yang jelas dan disadari,akan mempengaruhi kebutuhan,dan ini akan mendorong timbulnya sikap percaya diri..Jadi tujuan akan dapat membangkitkan berkembangnya sikap percaya diri.

Menurut Blair dan Simpson dalam Oemar Hamalik (2005 : 29) bahwa belajar dengan rasa percaya diri dan rasa senang merupakan sikap yang paling penting dalam pencapaian prestasi belajar.Sikap tersebut dapat menggerakkan atau mendorong seseorang dalam melanjutkan kegiatan belajarnya di luar proses belajar di sekolah.

Sikap percaya diri merupakan kemampuan seseorang yang mendasar terhadap suatu kegiatan. Sikap percaya diri menjadi salah satu penyebab suatu kegiatan yang dilakukan dan sebagai penyebab partisipasinya dalam suatu kegiatan.

Norman dalam Muhibbin Syah (1955 : 165) mengemukakan

bahwa baik percaya diri maupun sikap mudah mempengaruhi manusia bereaksi/bertindak dalam cara-cara tertentu, yang dapat melalui proses belajar mengajar dan mungkin dengan perasaan dan emosi, namun sikap percaya diri biasanya mengarah lebih aktif.

Strong (2001 : 142) mengemukakan bahwa sebuah sikap

percaya diri yang disertai dengan perasaan senang dan kecenderungan yang dinamik untuk mencari obyek atau melakukan sesuatu dengan sikap percaya diri yang tinggi.


(34)

commit to user

Suatu pengukuran mengenai sikap percaya diri seseorang juga merupakan pengukuran mengenai apa yang akan dilakukan seseorang Dengan demikian dapat diartikan pula bahwa untuk mengukur sikap percaya diri seseorang dapat diketahui dari perilaku individu tersebut, kecenderungan berperilaku dipengaruhi perasaan senang yang mendahului tindakannya. Menurut Norman dan Strong keduanya cenderung pada pengertian sikap percaya diri yang lebih memfokuskan pada aspek afektif berupa perasaan yang positif. Misalnya sikap percaya diri siswa dalam mempelajari Matematika berarti didalam dirinya muncul suatu perasaan percaya dan senang sehingga perasaan tersebut akan menentukan tindakannya untuk memahami obyek (mata pelajaran Matematika).

Pengertian sikap percaya diri ini menunjukkan bahwa segala sesuatu atau obyek yang diinginkan individu ada hubungannya dengan keberadaan individu tersebut. Jadi sikap percaya diri adalah kesadaran dalam memberikan stimuli yang mendorong seseorang untuk tertarik kepada sekelompok hal. Definisi ini hampir sama dengan pengertian diatas, munculnya ketertarikan individu terhadap sesuatu hal didukung oleh kesadarannya tanpa rangsangan - rangsangan yang dapat memperkuat obyek.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap adalah perilaku/perbuatan untuk menyesuaikan diri


(35)

dalam situasi sosial yang mencakup perasaan, penalaran dan tindakan seseorang terhadap aspek lingkungan di sekitarnya. Sikap percaya diri adalah perilaku/perbuatan yang berdasarkan keyakinan diri sendiri dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak/orang lain dalam pemecahan masalah.

b) Ciri-Ciri Sikap Percaya Diri

Menurut Sax dalam Saefuddin Azwar (2005 : 25) menunjukan beberapa karakteristik sikap yaitu : 1) arah, 2) intensitas, 3) keleluasaan, 4) konsistensi dan 5) spontanitas.Masing – masing karakteritik sikap dapat dijelaskan sebagai berikut :

(1) Sikap memiliki arah, maksudnya sikap dapat dibagi menjadi dua bagian yang sangat jelas, yaitu bagian setuju atau tidak setuju, bagian memihak atau tidak memihak terhadap suatu obyek sikap.

(2) Orang yang setuju, memihak terhadap suatu obyek yang arahnya positif, sedangkan orang yang tidak setuju memihak terhadap suatu obyek yang arahnya negatif.

(3) Sikap memiliki intensitas, maksudnya kekuatan sikap terhadap suatu obyek belum tentu sama, walaupun arahnya sama.


(36)

commit to user

(4) Dua orang yang sama – sama tidak suka terhadap suatu obyek dan sama – sama memiliki sikap yang berarah negatif, belum tentu memiliki intensitas yang sama.

(5) Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya sikap kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu obyek hanya dapat mengenai aspek yang sangat spesifik, tetapi dapat pula mencakup banyak aspek yang ada pada suatu obyek.

(6) Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adanya kesesuaian antara pernyataan sikap dengan respon terhadap suatu obyek, sikap tersebut diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu dan dipertahankan dalam waktu yang relatif lama.

(7) Sikap bersifat spontanitas, maksudnya menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan, sikap spontanitas yang tinggi terjadi apabila dinyatakan secara terbuka tanpa adanya desakan terhadap individu terlebih dahulu.

Menurut Gredler (2001 : 457) siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, rasa tanggung jawab dan memiliki kemauan yang kuat, sehingga dalam proses belajar mengajar akan bergairah dan kreatif. Untuk siswa yang memiliki sikap percaya diri yang


(37)

commit to user

rendah cenderung bersikap malas, minder dan sangat bergantung pada guru, selanjutnya pencapaian hasil belajar rendah.

Siswa cenderung tidak dapat melihat masalah dengan jelas, berpola pikir linier, mudah menyerah dan tidak memiliki pendirian dan keyakinan yang kuat, tidak berani mengambil resiko, dan tidak bisa mengambil keputusan. Pola pemikirannya tidak terbiasa memikir untuk menemukan banyak alternatif dalam memahami setiap persoalan yang dihadapi, sehingga jika satu alternatif yang dianggap benar ternyata tidak berhasil memecahkan masalah, maka siswa akan menyerah. Kondisi demikian akan semakin menurunkan sikap percaya diri siswa yang pada akhirnya hasil belajar yang dicapai menurun.

2). Motivasi Belajar

a). Pengertian Motivasi

Motivasi adalah dorongan dari dalam yang menimbulkan kekuatan individu untuk bertindak atau bertingkah laku guna memenuhi kebutuhan (Sardiman 2002 : 96).

Menurut W.S. Winkel (2003 : 27) bahwa kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas demi tercapainya suatu tujuan disebut motiv, sedangkan motiv baru


(38)

commit to user

(sudah melakukan aktivitas), sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah kegiatan belajar itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.

Ngalim Purwanto ( 2005 : 60) mengemukakan bahwa

motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Seseorang yang mempunyai motivasi tertentu, akan lebih berminat untuk mencapai tujuan. Demikian juga dengan siswa yang memiliki motivasi belajar, berarti ia telah mempunyai minat belajar maka siswa menjadi termotivasi untuk belajar. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa motivasi menunjuk pada suatu keadaan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu sebagai pencerminan pelaksanaan minat untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

James Drever dalam Slameto ( 2003 : 58 ) memberi pengertian sebagai berikut : “ Motive is an effective – conative factor which operates in determining the direction of an


(39)

commit to user

individualis behavior to wards an end or goal,consiostly

apprehended or unconsiostly.”

Jadi motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai, dalam menentukan tujuan itu disadari atau tidak,bahwa untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan /menunjang belajar. Motif – motif di atas dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan - latihan / kebiasaan - kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.Dari uraian di atas jelaslah bahwa motif yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar,dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan – latihan / kebiasaan – kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat,jadi latihan / kebiasaan itu sangat perlu di dalam belajar.

Menurut Slameto (2003 : 26) ada motif keberhasilan


(40)

commit to user

(a)Dorongan kognitif

Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti, dan untuk memecahkan masalah. Dorongan kognitif timbul di dalam proses interaksi antara siswa dengan tugas / masalah.

(b)Harga diri

Ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas – tugas bukan terutama untuk memperolah pengetahuan atau kecakapan,melainkan untuk memperoleh status dan harga diri.

(c) Kebutuhan berafiliasi

Kebutuhan berafiliasi sukar dipisahkan dari harga diri. Ada siswa yang berusaha menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran/penerimaan dari teman-temannya atau dari orang lain yang dapat memberikan status padanya. Siswa senang bila orang lain menunjukan pembenaran pada dirinya, dan oleh karena itu ia giat belajar, melakukan tugas-tugas dengan baik, agar memperoleh pembenaran tersebut.


(41)

b) Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri individu (Norhadi, 2002 : 154).

Motivasi intrinsik adalah keinginan berindak yang disebabkan oleh faktor dari dalam individu ( Elida Prayitno, 1999 : 154 ). Siswa yang termotivasi secara intrinsik, aktivitasnya dalam belajar lebih baik dari pada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukan ketekunan dan aktivitas yang tinggi dalam belajarnya.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena dorongan dari luar dirinya (Norhadi, 2002 : 154). Sebenarnya antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik.

c) Fungsi motivasi

Dibalik setiap perbuatan seseorang terdapat suatu motivasi yang mendorong untuk berbuat. Menurut Gagne “ Motivation is


(42)

commit to user

konidisi yang utama dalam belajar (dikutip oleh Norhadi, 2002 : 153). Motivasi mempunyai tiga fungsi, yaitu :

(1) Sebagai penggerak untuk melepas energi sehingga mendorong manusia untuk berbuat.

(2) Sebagai pemberi arah perbuatan pada tujuan yang akan dicapai.

(3) Sebagai penentu perbuatan yang melalui seleksi dan prioritas perbuatan.

d). Karakteristik Motivasi

Menurut Elda Prayitno (2000:26-28) bahwa karakteristik motivasi ada lima macam, antara lain :

(1)Tingkah laku yang bermotivasi adalah digerakkan

Pendorong tingkah laku tersebut adalah kebutuhan dasar atau kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan dasar misalnya makan dan minum. Kebutuhan yang dipelajari misalnya pujian. Oleh karena itu bila anak bertingkah laku berarti sedang memenuhi kebutuhan. Dalam hal tersebut tampak bahwa tingkah laku itu penuh arti.

(2)Tingkah laku yang bermotivasi memberi arah

Anak – anak berusaha untuk menyelesaikan tugas rumah atau sekolah, mengembangkan hubungan sosial dan aktif mengikuti organisasi, hal tersebut merupakan tingkah laku


(43)

yang terarah. Semua pekerjaan tersebut dilakukan karena adanya motivasi yang mengarahkan tingkah lakunya. (3) Motivasi menimbulkan intensitas bertindak

Dengan adanya motivasi akan mengakibatkan intensitas bertingkah laku bertambah.Karena dengan motivasi tersebut seseorang akan semakin kuat keinginannya untuk memenuhi kebutuhannya.

(4) Motivasi adalah selektif

Karena tingkah laku memiliki arti dan terarah pada tujuan,maka seseorang memilih tingkah laku yang paling efektif untuk mencapai tujuannya.

(5) Motivasi merupakan kunci pemuas kebutuhan

Untuk memotifasi secara fisik atupun phsikis,anak harus merasa ada yang kurang pada dirinya.Bila hal demikian dirasakan,maka anak akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya.

3). Minat

a). Pengertian Minat

Minat merupakan salah satu aspek mental yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar seseorang. Bila seseorang berminat terhadap satu obyek, maka ia akan berbuat, bertindak dan memusatkan perhatiannya terhadap


(44)

commit to user

obyek atau hal tersebut sebaik-baiknya. Misalnya, bila siswa menaruh minatnya terhadap pelajaran Matematika maka ia akan memusatkan segala perhatiannya terhadap pelajaran tersebut.

Oleh karenanya minat akan membawa dampak terhadap perolehan belajar, yang oleh Sax, dikatakan dapat membantu atau bahkan mempersulit balajar. Karena menurutnya minat adalah kesukaan terhadap sesuatu kegiatan melebihi kegiatan lainnya (Sax 2000 : 273).

Minat juga didefinisikan sebagai “motiv yang menunjukan arah perhatian seseorang terhadap obyek yang menarik atau menyenangkan” (Skinner, 2005 : 455). Fryr

dalam Wayan Nurkancana (2002 : 229) mengartikan minat sebagai “Gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu”. Saiful Bachri Djamarah (2000 : 48) menyebutnya sebagai suatu “kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas”.Minat adalah rasa suka atau ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003 : 182).

Minat merupakan kecenderungan afektif seseorang untuk membuat pilihan aktivitas (Noeng Muhadjir, 2002 : 74)


(45)

sebagai salah satu aspek tingkah laku afektif, minat memiliki ciri-ciri yang antara lain berasosiasi dengan aktivitas, bersifat tetap dan terus menerus, mempunyai intensitas dan kecenderungannya untuk menerima atau menolak melakukan aktivitas (Aiken, 2005 : 236).

Minat merupakan suatu respon mulai dari yang paling disukai, sedikit disukai, sampai pada respon yang sama sekali tidak disukai.

Bila sangat disukai akan menyebabkan minat dan bila sangat tidak disukai dapat menimbulkan keengganan.Orang akan selalu belajar dengan baik pada hal-hal yang disukainya, dan akan enggan pada hal yang tidak disukainya.

b) Jenis-jenis minat

Dari banyak pengertian tentang minat dapat dikatakan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa yang sifatnya aktif dan senantiasa berhubungan dengan kemauan, aktivitas dan perasaan senang, yang semuanya memiliki potensi membangkitkan individu untuk memilih, menentukan, memperhatikan serta berhubungan dengan sesuatu yang datang dari luar. Sebagai aspek kejiwaan yang cenderung tidak tampak, minat dapat memanifestasi dalam beberapa bentuk, yang menurut Crites, dibagi menjadi empat jenis, yaitu :


(46)

commit to user

(1) Ekpressed Interest, yaitu minat yang dapat diketahui dari

pernyataan responden subyek tentang obyek dan pekerjaan yang disenangi.

(2) Manifested Interest yaitu minat yang dapat diketahui dari

pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan subyek.

(3)Tested Interest, yaitu minat yang diketahui melalui

kesimpulan dari hasil test obyektif.

(4)Inventoried Interest, yaitu minat yang diketahui melalui

daftar isian terhadap obyek yang disediakan, yang dipilih oleh subyek minat (Crites, dalam Sianturi, 2006 : 28).

Sedangkan Sax (2000 : 474) mengelompokkan menjadi dua jenis, yaitu : (1). Minat yang dinyatakan, dan (2). Minat yang dilaksanakan. Jadi suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa sesuatu atau hal lebih disukai lebih dari pada sesuatu hal lainnya, dan dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam sebuah aktifitas.

c) Indikator Minat

Minat pada dasarnya adalah sikap menerima akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri tanpa adanya paksaan atau desakan orang lain (Slameto, 2004 : 182).


(47)

Sesuatu diluar dapat berupa benda, orang, hal atau peristiwa, yang semuanya disebut dengan obyek minat. Sebagai rangsangan yang terkondisi, minat berkaitan erat dengan obyek sasaran yang diungkapkan dengan rasa senang dan tidak senang terhadap suatu aktifitas, hal atau peristiwa yang berada di sekitarnya. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu, misalnya, dapat dilihat dari seberapa kuat hubungan antara dirinya dengan hal yang menjadi obyek minatnya. Kekuatan hubungan tersebut dapat menunjukan kualitas minat dari yang terendah sampai dengan tingkat yang tertinggi, yang dapat dilihat dari indikator-indikator minat yang tampak.

Dari beberapa definisi tentang minat, dapat ditegaskan bahwa minat merupakan gejala kejiwaan (afektif) seseorang yang menyebabkan adanya dorongan untuk menjalin hubungan tertentu dengan obyek minatnya. Hubungan tersebut ditandai dengan perasaan senang atau suka, tertarik, penuh perhatian, selalu ingin tahu dan berusaha mendekat untuk mendapatkan informasi, serta selalu berupaya menyesuaikan diri dan berhubungan lebih aktif lagi dengan obyek minat sebagai pilihan aktifitasnya. Indikator-indikator inilah yang menjadi acuan dalam menyusun instrumen pada penelitian ini.


(48)

commit to user

4) Bakat

Bakat atau Aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2005 : 57) adalah : “the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Muhibbin Syah 2005 : 135). Dengan demikian sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing Michael (1960) dalam Sumadi Suryabrata (2001 : 160) mendefinisikan bakat sebagai berikut :

“An aptitude may be defined as a person’s capacity,or hypothetical

potential, for acquisition of a certain more or less weeldefined

pattern of behaviorinvelved has had little or no previous training”.

Jadi Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.

Woodwort dan Marguis (1957) dalam Sumardi Surya brata

(2005 : 161) memasukkan bakat (aptitude) dalam kemampuan

(ability). Menurut dia Ability mempunyai tiga arti yaitu :

a) Achievement yang merupakan Actual Ability, yang dapat


(49)

b) Capacity yangmerupakan Potential Ability, yang dapat diukur secara tida langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan Training yang intensif dan pengalaman.

c) Aptitude, yaitu kualitas yang dapat diungkap/diukur dengan tes

khusus yang sengaja dibuat untuk itu.

5). Kecerdasan/Intelegensi

J.P Chaplin dalam Slameto (2003 : 55) memberikan

pengertian Intelegensi sebagai berikut :

a) The ability to meet and adapt to novel situations quickli and

effectively.

b) The ability to utilize abstract concepts effectively.

c) The ability to grasp relationships and to learn quickly.

Intelegensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu :

(1) Kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,(2) Mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui realisasi dan mempelajarinya dengan cepat,(3) Mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.


(50)

commit to user

intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang tingkat intelegensinya rendah. Walaupun begitu siswa dengan tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang komplek dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang lainnya. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya memberi pengaruh yang positif.

Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual atau intelegensi siswa akan membantu pengajar menentukan apakan siswa mampu mengikuti kegiatan proses belajar mengajar, serta meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa yang bersangkutan. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa prestasi siswa tidak semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya.

e. Tolak ukur kadar keaktifan siswa dalam belajar

Cara apapun yang digunakan pada waktu belajar mengandung unsur keaktifan pada diri siswa meskipun kadarnya berbeda-beda.


(51)

Untuk dapat mengukur kadar keaktifan siswa dalam belajar, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat dari para pakar :

1). Mc Keachie (Student Centered versus Instructor. Centered

Instruction, 1954) mengemukakan tujuh dimensi dalam proses

belajar mengajar dimana terdapat variasi kadar keaktifan siswa sebagai berikut :

a) Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan kegiatan belajar mengajar.

b) Penekanan pada aspek afektif dalam pengajaran.

c) Partisipasi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, utama yang berbentuk interaksi antar siswa. d) Penerimaan guru terhadap perbuatan dan sumbangan siswa

yang kurang relevan atau salah.

e) Keeratan hubungan kelas sebagai kelompok.

f) Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam kegiatan sekolah.

g) Jumlah waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

2). K. Yamamoto (Many Faces Of Teaching, 1969) melihat kadar

keaktifan siswa itu dari segi intensionalitas atau kesengajaan rencana dari peran serta kegiatan oleh kedua pihak (siswa dan


(52)

commit to user

guru) dalam proses belajar mengajar. Yamamato membedakan keaktifan yang direncanakan secara sengaja (intensional), keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu (insedental) dan sama sekali tidak ada keaktifan dari kedua belah pihak.

Tabel 2.1. Diagram Intensi guru murid dalam kegiatan belajar mengajar Keaktifan belajar

Keaktifan mengajar

Ada

Tidak ada Intensional Insidental

A D A

Intensional A. Belajar mengajar optimal

B. Belajar mengajar kurang berhasil

C.Belajar mengajar gagal Insidental D. Keberhasilan

adalah siswa sadar

B. Belajar mengajar acuh tak acuh

F. Belajar tidak berhasil Tidak ada G. Murid belajar

sendiri

H. Reaksi tanpa niat belajar

J. Kegiatan non instruksional

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk melakukan perubahan perilaku seseorang. Perubahan tersebut mencakup perubahan tingkah laku, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan limgkungannya. Sedangkan menurut Sardiman (2000 : 20) belajar dapat dilihat secara makro dan mikro. Secara makro belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko fisik menuju perkembangan pribadi


(53)

seutuhnya. Sedangkan secara mikro belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian dari kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Mukminan (2004 : 10) mengatakan bahwa proses belajar mengajar adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu sebagai proses dan sebagai respons terhadap situasi.

Proses belajar mengajar bukan hanya terbatas pada event-event yang dilakukan guru saja, tetapi mencakup semua event yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Proses belajar mengajar mencakup kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radion, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Dengan demikian, fungsi proses belajar mengajar bukan hanya fungsi guru pengajar, melainkan fungsi sumber-sumber belajar lain yang digunakan oleh pembelajar untuk belajar sendiri.

Mulyasa (2004 : 100) mengemukakan bahwa proses proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik, dan sosialnya. Tugas guru yang paling


(54)

commit to user

utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.

Berkaitan dengan belajar, Thomas Clyton (1994 : 105), mengatakan bahwa ada lima prinsip proses belajar mengajar yang berguna, yaitu :

1) Learning is a process that involves behavior, sequences of events and

outcomes. 2) Learning results from experiencing. The learner must in some way act upon or react to a situation that impinges upon him. 3) Learning depends upon what the learner does. This involves how he perceives, how he thinks, how he feels and how he acts. 4) The result of the learning process in some changes in the learner, demonstrable by a change in his behavior, potential or actual. 5) The change in the learner tends to be fixed in the consequences of his behavior in terms of his own

motivational systems (Bean ; 2006 : 142)

Pendapat tersebut kurang lebih bernakna sebagai berikut : 1) Belajar adalah suatu proses yang melibatkan tingkah laku, rangkaian peristiwa dan juga hasil. 2) Belajar adalah hasil dari pengalaman. Pelajar dalam beberapa hal harus bertindak atau bereaksi terhadap situasi yang mengenainya. 3) Belajar sangat tergantung apa yang dilakukan pelajar, hal tersebut melibatkan bagaimana memahami, berpikir, merasakan, dan bagaimana bertindak. 4) Hasil akhir dari proses belajar adalah terjadinya beberapa perubahan dalam diri pelajar yang dapat ditunjukkan dengan perubahan perilaku, potensi, dan aktualisasi. 5) Perubahan dalam diri pelajar cenderung sebagai akibat dari perilakunya dalam system motivasi. Kelima prinsip proses belajar mengajar di atas menekankan bahwa


(55)

keaktivan belajar adalah bagaimana memahami, berpikir, merasakan, bertindak dan berkreasi terhadap situasi, sehingga menghasilkan perubahan potensi diri dan perubahan tingkah laku. Aktivitas belajar harus ada pada siswa bukan pada guru.

Menurut Winkel (2003 : 136), prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai seseorang. Sedangkan menurut Suryabrata (1981:78) prestasi adalah hasil yang dicapai dari hasil latihan, atau pengalamam yang didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk belajar. Jadi prestasi adalah hasil yang dicapai seorang siswa dari latihan atau pengalamannya.

Menurut Tirtonegoro (2004 : 43), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa-siswa sebagai hasil belajar, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh masing-masing anak dalam perilaku tertentu .Senada dengan pendapat di atas, Suryabrata (1995: 199), mendefinisikan prestasi belajar adalah hasil sesaat di dalam belajar yang berupa hasil penilaian dalam angka-angka atau simbol-simbol

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Ada banyak faktor yang mempengaruhi belajar siswa, salah satunya hal yang mendorong aktivitas belajar yang merupakan alasan dilakukannya perbuatan belajar itu. Arden N. Frandnsen dalam Sumadi


(56)

commit to user

Suryabrata (2005 : 236) mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan yang

selalu maju.

3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman.

4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompentensi. 5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila

menguasai Pelajaran.

6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

Menurut Purwanto (2007 : 67) di antara adalah: (1) Faktor dari dalam individu (faktor individual), meliputi: faktor fisiologi (fisik dan panca indra) dan faktor psikologis (bakat, minat, sikap, motivasi, dan intelegensi) (2) faktor dari luar individu (faktor sosial) meliputi: faktor lingkungan (keluarga, sosial dan keadaan alam) dan faktor instrument atau alat-alat yang dipergunakan dalam belajar (software dan hardware ).

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Suryabrata (2005 :249) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: (1) faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu yang belajar, yang meliputi faktor sosial dan non social. (2) faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar, yang meliputi faktor fisiologis


(57)

dan faktor psikologis. Prestasi belajar menjadi suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing (Zainal Arifin, 2000 : 3).

Prestasi belajar Matematika merupakan salah satu petunjuk tingkat penguasaan siswa dalam memahami materi pelajaran Matematika. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika dapat berupa kalimat dan persamaan Matematika, diagram, grafik atau tabel (DEPDIKNAS 2004 : 6).

Prestasi belajar Matematika adalah suatu proses perubahan kemampuan yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman baru yang diperoleh melalui interaksti dalam proses belajar mengajar Matematika antara peserta didik dengan lingkungannya dan dapat diukur langsung dengan tes.Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar Matematika dalam penelitian ini adalah skor/angka yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan proses proses belajar mengajar Matematika yang diukur melalui tes.


(58)

commit to user

c. Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran (Measurement) sering dipahami sama artinya dengan penilaian (evaluation) dan tes (test). Tetapi sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda. Norman E. Groundlund dalam bukunya Measurement and Evalution in Teaching memberikan definisi pengukuran sebagai berikut : “ Evaluation : the systematic process of colecting, analysing and interpreting information to determine the exstent to which pupils achiefing intructional objectives”

(Groundlund, 1985 : 5). Sedangkan Anne Anastasi mengartikan sebagai

berikut : “A systematic process of determining the exstent to which

instructional objectives are achieved by pupils” (Chabib Toha, 2006 : 1).

Maksud penilaian disini adalah memberikan apresiasi (nilai) tentang kualitas tertentu, tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, melainkan lebih mengarah kepada jawaban bagaimana dan seberapa jauh suatu proses atau hasil yang diperoleh. Dengan demikian penilaian bukan sekedar aktivitas secara spontan dan insidental tetapi sebuah kegiatan yang terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas, dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran (Chabib Toha, 2006 : 1-2).

Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang (dalam hal ini siswa), hal atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas


(59)

commit to user

(Asmawi Zainal dan Noehi Nasoetion, 2001 : 5). Norman E Grounlund

mengartikan :

“Measurement the process obtaining a numerical discriptions of

the degree to wich an individual prosesses particular characteristic”

(Grounlund, 1985 : 5). Sedangkan Gillberet Sax (1980) mendefinisikan

pengukuran sebagai “the assigment of numbers to attributes of characteristics of persons, event or object according to explicit,

formulation or rules” (dalam Asmawi Zainal & Nasoetion, 2001 : 6).

Dari beberapa pengertian di atas dapat diamati bahwa pengukuran mempunyai ciri khas utama, yaitu : (1). Menggunakan aturan atau formula tertentu, (2). Melibatkan angka-angka atau skala tertentu. Hasil suatu pengukuran belum banyak memiliki arti sebelum ditaksirkan dengan jalan membandingkan dengan standar atau patokan tertentu. Patokan itu dapat berupa batas minimal kompetensi materi pelajaran yang harus dikuasai atau rata-tara nilai yang diperoleh oleh kelompok.

Jadi agar hasil pengukuran memiliki arti, haruslah memenuhi beberapa unsur pokok yang dijadikan acuan. Unsur-unsur pokok tersebut menurut Toha (1996: 3) adalah : (1). Adanya obyek yang diukur, (2) Adanya tujuan pengukuran, (3). Adanya alat ukur, (4). Adanya proses pengukuran. (5). adanya standar yang dijadikan pembanding, dan (6). Adanya hasil yang bersifat kuantitatif.

3. Pemberian Bonus Nilai Tugas

Suatu proses belajar mengajar akan berhasil baik apabila disertai dengan penghargaan yang tepat. Penghargaan merupakan umpan balik bagi


(60)

commit to user

Apabila hasil belajar siswa kurang mendapat penghargaan dari guru, orang tua atau teman, siswa akan kurang aktif dalam kegiatannya.

Abin Syamsudin (2004 : 67) mengemukakan pemberian bonus nilai tugas pada siswa merupakan salah satu metode yang menerapkan azas “

Learning By Doing“ dengan membina pemahaman dan ketrampilan tertentu

melalui pembuatan dan pengerjaan tugas. Manfaat yang ingin dicapai dari pemberian bonus nilai tugas ini adalah :

1) Ketrampilan siswa diharapkan lebih meningkat dan materi yang diajarkan akan lebih mudah dan diingat oleh siswa.

2) Sikap dan pengalaman siswa berkembang dengan cepat, karena para siswa ditekankan untuk belajar mencari pemecahan masalah sendiri.

3) Tumbuhnya rasa percaya diri siswa karena siswa akan mencari sendiri pemecahan masalah yang dihadapi dengan demikian wawasan dan pandangan akan lebih mapan dan luas.

Apabila siswa mengalami keberhasilan, pengajar diharapkan memberikan penghargaan / hadiah pada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik dan lain sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan proses belajar mengajar. Sehubungan dengan hal ini umpan balik merupakan hal yang sangat berguna untuk meningkatkan usaha siswa (Slameto, 2003 : 176).


(61)

Menurut Irianto ( 2001 :105 ) motivasi yang sengaja dibentuk oleh orang luar dalam hal ini guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

a. Pemberian Penghargaan. Dengan pemberian penghargaan ini dapat besifat positif karena dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan yang kreatif dan semangat berkompetisi yang sehat, pemberian penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah-hadiah im-material.

b. Pemberian Perhatian. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian.

Dimyati dan Mudjiono (2002 : 42) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi pembelajaran yaitu perhatian merupakan peranan penting dalam kegiatan belajar. Berdasarkan kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin adanya pembelajaran. Perhatian akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan sehari-hari akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada, maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.


(1)

commit to user

menggunakan instrumen yang lebih standar agar data penelitian yang terkumpul lebih terpercaya dan obyektif.

3. Apabila pemberian tugas dilakukan secara terus menerus dalam jumlah yang banyak ada kecenderungan siswa merasa bosan, maka pemberian tugas perlu dilakukan hanya pada materi pelajaran Matematika yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan memerlukan banyak latihan, sehingga pemberian tugas tidak diberikan pada setiap selesai kegiatan belajar mengajar.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemberian bonus nilai tugas pada mata pelajaran Matematika, berhasil meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sejumlah 100 % siswa mengalami peningkatan dalam perhatian, keterlibatan/ partisipasi dan kerjasama siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Mengacu pada indikator keberhasilan penelitian sebagaimana tersebut di atas, maka penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil. Artinya pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar Matematika, maka demikian hipotesis penelitian pertama terbukti.


(2)

commit to user

2. Pemberian bonus nilai tugas berhasil meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara Kabupaten Banjarnegara, sebesar 86,1 % siswa mengalami peningkatan prestasi belajar Matematika yang dibuktikan melalui tes prestasi belajar. Mengacu pada indikator keberhasilan penelitian sebagaimana tersebut di atas, maka penelitian tindakan kelas (classroom action research) dinyatakan berhasil. Artinya pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Madukara pada mata pelajaran Matematika, maka hipotesis penelitian kedua terbukti.

3. Masih terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian tindakan kelas ini, antara lain instrumen penelitian yang digunakan belum standar, sehingga kesimpulan yang diambilpun belum dapat dijadikan kesimpulan yang permanen. Kesimpulan yang diambil belum dapat memberikan gambaran yang sebenarnya. Untuk itu perlu dilakukan tindakan kelas pada siklus-siklus berikutnya dengan instrumen yang lebih standar, agar kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan yang lebih terpercaya.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab terdahulu yang kemudian peneliti bandingkan dengan kajian teori, maka dapat peneliti uraikan, untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika dapat dilakukan dengan


(3)

commit to user

pemberian bonus nilai tugas. Guru sebagai pengampu mata pelajaran Matematika yang menyadari adanya kelemahan atau masalah perlu melakukan refleksi diri dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta dengan melakukan inovasi dan tindakan-tindakan yang tepat agar hasil belajar dapat meningkat.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, maka saran / rekomendasi yang diajukan sebagai berikut :

a. Untuk Penelitian Lebih Lanjut

A. Perlu dilakukan tindakan pada siklus-siklus berikutnya, untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih menggambarkan perubahan perilaku siswa yang sebenarnya.

B. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan instrumen yang standar, sehingga hasil penelitian lebih dapat dipertanggungjawabkan. b. Penerapan Hasil Penelitian

1. Pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, maka sebaiknya model pembelajaran ini untuk dapat diterapkan pada mata pelajaran lain.

2. Pemberian bonus nilai tugas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, maka model pembelajaran ini perlu diterapkan pada mata pelajaran lain.


(4)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin,2004. Psikologi Pendidikan, Bandung, IKP

Aiken, Lewis R. 2005. Psikological Testing And Assement, Boston : Allyn & Bacan

Asmawi Zainal & Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar Surabaya : Usaha Nasional

Beane, J. Cs 2006. Curriculum planing and development, London : Allyn

Chabib Toha. 2001. Tekhnik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. PT Rineka Cipta Gredler, Margaret. E. Bell. 2001. Learning And Instructions. New York : Mac

Millan Publising Company.

Groundlund, Norman. E. 2005. Measurement And Evaluation In Teaching. New York : Millan Publising Company.

Lin, Robert I & Norman. E. Grounlund. 2000. Measurement And Asessment


(5)

commit to user

Moh. Uzer Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya

Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan Bandung : Remaja Rosdakarya Mukminan, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Pusat

Pengembangan Pendidikan Profesi Guru.

Mulyasa, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Praktek, dan

Implementasi, Remaja Rosda, Bandung.

Noeng Muhadjir. 2002. Penguluran Kepribadian Yogyakarta. Rakesarasin Oemar Hamalik. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Pachrudin. 2000. Asas, strategi-metode. UPI. Bandung

Irianto. 2001. Edisi Kedua. Pengantar Manajemen. IBII STIE.

Poerwodarminto, Wjs. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka

Priono, Andreas dan Djunaedi. 2000. Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian

Tindakan Kelas (Classrom Action Research). Semarang. Kanwil

Depdiknas Propinsi Jawa Tengah

Purwanto, Ngalim. 2005. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan Bandung : Remaja Rosdakarya Reigeluth. C. M. 2003. Instructional Design : Theories And Models And Overiew

Their Current Studies London : Lawrence Publisher

Saefuddin Azwar. 2005. Sikap Manusia Teori Dasn Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Saiful Bachri Djamarah. 2004. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional

Sardiman, AM. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali

Sardiman. 2006. Motivasi Belajar Dan Sarana Belajar. Usaha Nasional

Sax Gilbert. 2000. Principle Of Education And Psycologycal Tokyo : Maruzen Company


(6)

commit to user

Skiner, E. Charles. 2005. Essential Of Education Psycologycal Tokyo : Maruzen Company

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Ribeka Cipta.

Slameto. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara

Strong. E. k. 2001. Change At Interest White Age. New York : Stanford. University Press

Sudjana. 2002. Metoda Statistika Bandung : Tarsito

Suharsini Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sumadi Suryabrata. 2001. Prikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali

Suryabrata, Sumadi. 2005. Beberapa Pronsip Psikologi Belajar. Yogyakarta : Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi UGM

Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penilaian. Sebelas Maret University Press.

Tirtonegoro, Sutratinah. 2004. Anak Super Normal dan Pendidikannya. Jakarta : Bina Aksara.

Wayan Nurkancana. 2006. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional Winkel, W. S. 2003. Psikology Pendidikan. Jakarta : Gramedia

Winkel, WS, 2001. Psikologi Pengajaran, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia.

Zainal Arifin. 2000. Evaluasi Instruksional Prinsip Tekhnik Prosedur. Bandung: Remaja Rosda Karya


Dokumen yang terkait

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 16

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KEAKTIFAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII Sekolah Menengah Per

0 1 18

PENDAHULUAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Teras Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 8

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KEAKTIFAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII Sekolah Menengah Per

0 1 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Siswa Kelas IV SD Negeri Blangu 2 Gesi Srage

0 1 15

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Siswa Kelas IV SD Negeri Blangu 2 Gesi Srage

0 1 12

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BAGI Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Problem Based Learning Bagi Siswa Kelas Vii B SMP Negeri 3 Sawit Boyolali Tahun Pe

1 4 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA GARIS SINGGUNG LINGKARAN PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI STRATEGI VISUALISASI BAGI SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PULUTAN TAHUN PELAJARAN

0 0 17

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMP N 2 Sawit Boyolali).

0 1 16

Pengaruh kecerdasan emosional, motivasi belajar dan keaktifan siswaterhadap prestasi belajar matematika siswa sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Ternate Selatan tahun 2013/ 2014

0 0 8