30 DER yang tinggi menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan
perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Para investor dalam melakukan keputusan investasi akan mempertimbangkan nilai
DER perusahaan. Apabila DER tinggi, maka risiko perusahaan akan tinggi pula, sehingga investor dalam melakukan keputusan investasi cenderung menghindari
DER yang tinggi karena semakin tinggi DER semakin tinggi pula underpricing- nya Daljono, 2000 dalam Suyatmin dan Sujadi, 2006.
3. Besaran Perusahaan Size
Suatu perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang tinggi diharapkan akan mampu bertahan dalam waktu yang lama. Kebanyakan investor lebih
memilih untuk menginvestasikan modalnya di perusahaan yang memiliki skala ekonomi yang lebih tinggi. Ukuran perusahaan dapat dijadikan proksi
ketidakpastian. Perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan dengan skala kecil sehingga informasi yang
investor dapatkan pada perusahaan yang berskala besar semakin tinggi pula dan tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang semakin rendah Suyatmin dan
Sujadi, 2006. Dengan demikian, perusahaan yang berskala besar mempunyai underpriced yang lebih rendah daripada perusahaan yang berskala kecil. Ukuran
perusahaan dapat diukur menggunakan total assets perusahaan tersebut. Menurut Suyatmin dan Sujadi 2006 dan Yasa 2008 menyatakan bahwa
size berpengaruh negatif terhadap underpricing. Karena tingkat ketidakpastian yang rendah maka berpengaruh terhadap tingkat risiko perusahaan berskala besar
dalam jangka panjang akan kecil juga. Oleh karena itu investor dapat mengambil
Universitas Sumatera Utara
31
keputusan dari ukuran perusahaan karena memiliki informasi yang tinggi sehingga
underpricing menjadi kecil.
4. Earning per Share EPS
Laba per saham earning per share merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja
menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Laba per saham earning per share merupakan
rasio yang mengukur seberapa besar dividen per lembar saham yang akan dibagikan kepada investor setelah dikurangi dengan dividen bagi para pemilik
perusahaan. Apabila EPS perusahaan tinggi, akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2008 membuktikan bahwa EPS berpengaruh negatif terhadap besarnya underpricing pada perusahaan keuangan
yang melakukan initial public offering. 5. Ukuran Penawaran Saham
Proceeds
Ukuran penawaran proceeds menunjukkan besarnya ukuran penawaran saat IPO. Melalui IPO diharapkan akan menyebabkan membaiknya prospek
perusahaan yang terjadi karena ekspansi atau investasi yang akan dilakukan atas hasil IPO. Oleh karena itu, diduga bahwa proceeds berhubungan positif dengan
harga pasar saham karena semakin tinggi proceeds, semakin rendah ketidakpastian yang berarti semakin tinggi harga saham. Dengan demikian,
semakin tinggi proceeds, maka initial returns semakin kecil Ardiansyah, 2004.
Universitas Sumatera Utara
32
2.3.2 Faktor-faktor Non Keuangan
Dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi, investor juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor non keuangan yang berasal dari informasi non-
keuangan yang dimiliki perusahaan misalnya gambaran perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor, kondisi ekonomi, umur perusahaan dan sebagainya.
Sehingga nantinya dapat diambil suatu keputusan investasi yang rasional. Adapun faktor-faktor non keuangan meliputi:
1. Umur Perusahaan Age
Umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan
hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh publik. Dalam kondisi normal, perusahaan yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi
perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih baru. Calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk
memperoleh informasi dari perusahaan yang melakukan IPO tersebut. Jadi perusahaan yang telah lama berdiri mempunyai underpriced yang lebih rendah
daripada perusahaan yang masih baru. Hal ini menambah kepercayaan investor
terhadap perusahaan karena umur perusahaan merupakan salah satu hal yang
dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya.
Menurut Suyatmin dan Sujadi 2006, Yasa 2008, dan Handayani 2008
menyatakan bahwa variabel umur perusahaan age berpengaruh negatif terhadap
underpricing. Semakin lama umur perusahaan, maka informasi mengenai perusahaan tersebut semakin besar dan memperkecil ketidakpastian pasar yang
pada akhirnya akan menurunkan underpricing saham.
Universitas Sumatera Utara
33
2. Reputasi Underwriter