45
2.5 Kerangka Konseptual
Kondisi underpricing menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana secara maksimal dan terjadinya transfer kemakmuran
dari emiten kepada investor yakni berupa capital gain. Dalam hal ini, investor tentu berharap agar underpricing semakin besar, sehingga capital gain yang
diterima juga semakin besar. Sebaliknya, bila terjadi overpricing, maka investor akan merugi karena tidak menerima initial return selisih keuntungan harga
saham di pasar perdana dengan harga saham di pasar sekunder. Fenomena underpricing dapat juga terjadi karena adanya asimetri
informasi yang berkaitan dengan pasar modal. Informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam prospektus merupakan ketentuan yang harus
dimiliki perusahaan go public. Dengan adanya informasi dalam prospektus tersebut diharapkan akan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam
menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan go public, sehingga perusahaan sebagai emiten di bursa akan mendapatkan return yang maksimal
untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on
asset, debt to equity ratio, besaran perusahaan, EPS dan ukuran penawaran saham. Sedangkan informasi non keuangannya adalah umur perusahaan, reputasi
underwriter, reputasi auditor, inflasi dan tingkat suku bunga. Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapatkan laba. Investor melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dari investasi
Universitas Sumatera Utara
46 yang ditanamnya apabila menginvestasikan sahamnya pada perusahaan tersebut.
Semakin tinggi ROA, maka underpricing akan semakin rendah karena profitabilitas yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga
dapat menurunkan underpricing. Debt to equity ratio DER digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar utangnya dengan ekuitas yang dimilikinya. Jika DER tinggi, tingkat ketidakpastian juga akan semakin tinggi dan nilai
underpricing juga akan semakin tinggi pula. Sehingga investor dalam melakukan keputusan investasi akan cenderung menghindari DER yang tinggi karena
memiliki resiko yang tinggi pula Suyatmin dan Sujadi, 2006. Besaran perusahaan firm size merupakan faktor yang juga mempengaruhi
investor dalam mengambil keputusan pada saham yang IPO. Perusahaan yang berskala besar tentu lebih dikenal oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil
dan investor tentu akan lebih memilih untuk menginvestasikan modalnya di perusahaan besar karena dianggap lebih mampu bertahan lama daripada
perusahaan kecil Yasa, 2008. Earning per Share merupakan proxy laba per lembar saham perusahaan
yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki
suatu saham. Perusahaan yang memiliki EPS yang tinggi, tentu akan menyebabkan banyak investor yang membeli saham tersebut sehingga harga
saham di pasar tentu menjadi tinggi Handayani, 2008.
Universitas Sumatera Utara
47 Ukuran penawaran saham proceeds menunjukkan besarnya ukuran
penawaran saat IPO. Melalui IPO diharapkan dapat memperbaiki prospek perusahaan yang terjadi karena ekspansi atau investasi yang akan dilakukan atas
hasil IPO. Dimana semakin tinggi proceeds, semakin rendah ketidakpastian dan initial returns akan semakin kecil pula.
Perusahaan yang telah lama berdiri tentu akan memiliki pengalaman yang tidak sedikit dalam menjalankan usahanya. Umur juga menunjukkan bahwa
panjangnya sejarah yang menjadikan perusahaan tersebut lebih matang. Semakin lama perusahaan berdiri, maka semakin banyak pula informasi yang dapat
diperoleh publik mengenai kegiatan perusahaan. Sehingga akan mengurangi ketidakpastian informasi di masa yang akan datang. Perusahaan yang sudah lama
berdiri menunjukan bahwa perusahaan tersebut mampu bersaing dengan perusahaan lain dibidangnya. Hal ini juga akan mempengaruhi kepercayaan
investor terhadap perusahaan. Sehingga perusahaan yang telah lama berdiri memiliki underpricing lebih rendah dibandingkan perusahaan baru karena
perusahaan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para investor dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang lebih besar Yasa, 2008.
Reputasi underwriter adalah reputasi penjamin emisi sebuah perusahaan yang dapat dipakai sebagai sinyal untuk mengurangi tingkat ketidakpastian yang
tidak dapat diungkapkan oleh informasi yang didapat dalam prospektus dan memberi sinyal bahwa informasi dari emiten mengenai prospek perusahaan di
masa datang tidak menyesatkan. Reputasi underwriter mempengaruhi perusahaan dalam penentuan harga saham pada penawaran perdana sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
48 mempengaruhi jumlah dana yang akan diperoleh perusahaan atas kegiatannya
menerbitkan saham. Emiten yang menggunakan underwriter yang berkualitas akan mengurangi tingkat ketidakpastian tersebut. Berarti semakin bagus reputasi
underwriter maka underpricing semakin kecil Aprilianti, 2008. Auditor yang memiliki banyak klien berarti auditor tersebut mendapat
mendapatkan kepercayaan yang lebih dari klien untuk membawa nilai perusahaan klien ke pasar modal. Semakin baik dan profesional seorang auditor maka akan
mengurangi kesempatan emiten untuk melakukan kecurangan sehingga diharapkan underpricing akan semakin rendah Suyatmin dan Sujadi, 2006.
Inflasi adalah salah satu indikasi tentang adanya ketidakstabilan perekonomian di Indonesia. Ketidakstabilan perekonomian dapat mempengaruhi
investor dalam melakukan investasi yang menyebabkan perbedaan penafsiran prospek perusahaan dan harga saham. Kesalahan penafsiran terhadap harga saham
dapat menyebabkan underpricing Aprilianti, 2008. Suku bunga bank dapat mempengaruhi pemilik perusahaan dalam
melakukan penerbitan saham dan juga mempengaruhi investor dalam menetapkan keputusan investasi. Kenaikan suku bunga bank dapat menyebabkan penurunan
harga saham karena turunnya permintaan terhadap saham akibat naiknya suku bunga deposito. Masyarakat akan lebih suka untuk deposito karena masyarakat
cenderung memilih investasi bebas resiko yang mempunyai keuntungan lebih tinggi dan pasti. Hal tersebut dapat mempengaruhi harga saham perusahaan yang
melakukan IPO dan dapat menyebabkan underpricing Aprilianti, 2008.
Universitas Sumatera Utara
49 Variabel Keuangan
Besaran Perusahaan Size
Earning per Share EPS
Ukuran Penawaran Saham proceeds
Reputasi Auditor Inflasi
Tingkat Suku Bunga Reputasi Underwriter
Variabel Non Keuangan Underpricing
Umur Perusahaan Age Berdasarkan penjelasan tersebut, kerangka konseptual yang menjadi dasar
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Return on Asset ROA
Debt to Equity Ratio DER
Sumber : Trisnaningsih 2005, Suyatmin dan Sujadi 2006, Aprilianti 2008 dan Yasa 2008.
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
50
2.6 Hipotesis