68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil populasi perusahaan non keuangan yang listing di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2007 hingga Juni 2012 dengan
mengambil target populasi yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Populasi penelitian ini sebanyak 107 perusahaan, namun yang termasuk
perusahaan non keuangan yang mengalami underpricing dan memenuhi kriteria hanya sebanyak 67 perusahaan. Adapun alasan penelitian ini tidak mengambil
target populasi dari sektor keuangan adalah karena perusahaan keuangan diharapkan mempunyai asimetri informasi dalam besaran yang lebih kecil dari
perusahaan non keuangan. Jika logika ini diikuti maka monitoring, pengawasan dan penyebaran informasi yang relevan kepada publik cukup efektif, maka dapat
dihipotesiskan bahwa underpricing penawaran perdana untuk perusahaan keuangan akan lebih kecil dibandingkan perusahaan non keuangan.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang objek penelitian yang dijadikan sampel. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata mean,
standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil statistik deskriptif untuk seluruh variabel yang digunakan
dalam penelitian ini disajikan dalam tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
69
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation Return on Asset X
1
67 .03
53.00 9.2470
8.68136 Debt to Equity Ratio X
2
67 3.35
2880.52 247.1073
366.35076 Besaran Perusahaan X
3
67 22185375560 2.E13
2.48E12 4.034E12
Earning per Share X
4
67 .03
5252.43 311.3121
783.00165 Ukuran Penawaran Saham X
5
67 22500000000 1.E13
9.67E11 1.820E12
Umur Perusahaan X
6
67 57
14.84 10.720
Reputasi Underwriter X
7
67 9
4.63 3.528
Reputasi Auditor X
8
67 1
.33 .473
Inflasi X
9
67 2.41
12.14 6.2197
2.24851 Suku Bunga X
10
67 5.75
9.50 7.3246
1.00944 Underpricing Y
67 1.39
70.00 30.9237
24.88296 Valid N listwise
67 Sumber: Hasil Penelitian, 2013 data diolah
Berdasarkan hasil statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai rata-rata ROA pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia
BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar 9,2470, dengan standar deviasi sebesar 8,68136. Nilai ROA minimum adalah sebesar 0,03 dimiliki oleh Bukit
Darmo Property Tbk pada tahun 2007, sedangkan nilai ROA tertinggi adalah sebesar 53 dimiliki oleh Harum Energy Tbk pada tahun 2010.
Nilai rata-rata DER pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar 247,1073, dengan
standar deviasi sebesar 366,35076. Nilai DER minimum adalah sebesar 3,35 dimiliki oleh Benakat Petroleum Energy Tbk pada tahun 2010, sedangkan nilai
DER tertinggi adalah sebesar 2880,52 dimiliki oleh Bukit Darmo Property Tbk pada tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
70 Nilai rata-rata besaran perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 memiliki sebesar Rp. 2,48 triliun dengan standar deviasi sebesar 4,034E12. Nilai minimum besaran perusahaan
adalah sebesar Rp. 22.185.375.560 yang dimiliki oleh Skybee Tbk pada tahun 2010, sedangkan nilai maksimumnya sebesar Rp. 21.063.714.000.000 dimiliki
oleh Salim Ivomas Pratama Tbk pada tahun 2011. Nilai rata-rata EPS pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar Rp. 311,3121 dengan standar deviasi sebesar 783,00165. Nilai EPS minimum adalah sebesar Rp. 0,03
dimiliki oleh Bukit Darmo Property Tbk pada tahun 2007, sedangkan nilai EPS tertinggi adalah sebesar Rp. 5252,43 dimiliki oleh Sarana Menara Nusantara Tbk
pada tahun 2010. Nilai rata-rata proceeds pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar Rp. 9,67 ratusan miliar dengan standar deviasi sebesar 1,820E12. Nilai proceeds minimum adalah
sebesar Rp. 22.500.000.000 dimiliki oleh Bekasi Asri Pemula Tbk pada tahun 2008, sedangkan nilai proceeds tertinggi adalah sebesar Rp. 12.253.264.100.000
dimiliki oleh Adaro Energy Tbk pada tahun 2008. Nilai rata-rata umur perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar 14,84 tahun dengan standar deviasi sebesar 10,72. Nilai minimum umur perusahaan adalah 0 dimiliki
oleh Atlas Resources Tbk pada tahun 2011, sedangkan nilai tertinggi umur perusahaan adalah 57 tahun dimiliki oleh PP Persero Tbk pada tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
71 Nilai rata-rata reputasi underwriter pada perusahaan yang melakukan IPO
di Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar 4,63 dengan standar deviasi sebesar 3,528. Nilai minimum reputasi underwriter adalah
0 dimiliki oleh perusahaan yang memiliki underwriter yang bereputasi buruk dengan memeringkat underwriter berdasarkan nilai penawaran saham saat IPO
yaitu Panorama Transportasi Tbk, Darma Henwa Tbk, Cowell Development Tbk, Bekasi Asri Pemula Tbk dan 15 perusahaan lainnya, sedangkan nilai tertinggi
reputasi underwriter adalah 9 yang dimiliki oleh perusahaan yang menggunakan underwriter yang bereputasi baik. Dimana kategori pemeringkatan Caster
Manaster untuk urutan underwriter yang berperingkat 1 sampai 3 diberi skala 9, lalu peringkat 4 sampai 6 diberi skala 8 dan seterusnya. Dari pemeringkatan
tersebut dapat dilihat bagaimana reputasi underwriter mempengaruhi nilai saham saat IPO.
Nilai rata-rata reputasi auditor pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar 0,33 dengan
standar deviasi sebesar 0,473. Nilai minimum reputasi auditor adalah 0 yang dimiliki oleh perusahaan yang tidak menggunakan jasa auditor the big-four,
sedangkan nilai tertinggi reputasi auditor adalah 1 dimiliki oleh perusahaan yang menggunakan jasa auditor the big-four. Auditor yang termasuk dalam empat besar
Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang berafiliasi dengan the big-four diharapkan dapat melakukan audit laporan keuangan dengan baik dan profesional
sehingga akan mengurangi kesempatan emiten untuk melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
72 Nilai rata-rata inflasi sebulan sebelum perusahaan melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar 6,2197 dengan standar deviasi sebesar 2,24851. Nilai terendah tingkat inflasi adalah sebesar
2,41 yang terjadi pada saat Bumi Citra Permai Tbk listing tanggal 11 Desember 2009, sedangkan nilai tertinggi tingkat inflasi adalah sebesar 12,14 terjadi pada
saat Sekawan Intipratama Tbk listing tanggal 17 Oktober 2008. Nilai rata-rata suku bunga pada saat perusahaan melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar 7,3246 dengan standar deviasi sebesar 1,00944. Nilai terendah tingkat suku bunga adalah sebesar
5,75, pada Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk yang listing tanggal 10 April 2012, sedangkan nilai tertinggi tingkat suku bunga adalah sebesar 9,50 pada
Sekawan Intipratama Tbk yang listing tanggal 17 Oktober 2008. Nilai rata-rata underpricing saham pada saat perusahaan melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2007 hingga Juni 2012 sebesar 30,9237 dengan standar deviasi sebesar 24,88296. Nilai terendah underpricing saham
adalah sebesar 1,39, pada Elang Mahkota Teknologi Tbk yang listing tanggal 12 Januari 2010, sedangkan nilai tertinggi underpricing saham adalah sebesar 70
pada Bisi International Tbk, Bukit Darmo Property Tbk, Perdana Karya Perkasa Tbk, Bekasi Asri Pemula Tbk, Triwira Insanlestari Tbk., Destinasi Tirta
Nusantara Tbk, dan Multifiling Mitra Indonesia Tbk.
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh selanjutnya dapat dilakukan analisis menggunakan Analisis Regresi
Universitas Sumatera Utara
73 Linear Berganda. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas,
uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
4.2.2.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas ini berfungsi untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data
dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal. Dasar pengambilan keputusannya, bila grafik histogram
menunjukkan pola distribusi normal dan grafik normal plot menyebar teratur mengikuti garis diagonal, maka data terdistribusi normal. Sedangkan pada Uji
Kolmogorov-Smirnov, bila nilai signifikansi lebih besar dari derajat kepercayaan 0,05, maka data terdistribusi normal.
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 data diolah Gambar 4.1 Histogram
Universitas Sumatera Utara
74 Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa variabel berdistribusi normal, hal ini
ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 data diolah
Gambar 4.2 Normal P-P Plot
Gambar 4.2 Normal P-P plot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan
bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.
Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian tersebut
dilakukan terhadap nilai unstandardized residual yang dihasilkan dari seluruh variabel dengan hasil yang terlihat pada Tabel 4.2 hasil uji Kolmogorov Smirnov
berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
75
Tabel 4.2 Output Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 66
Normal Parametersa,,b Mean
.0000000 Std. Deviation
19.96112830 Most Extreme Differences
Absolute .105
Positive .105
Negative -.059
Kolmogorov-Smirnov Z .853
Asymp. Sig. 2-tailed .461
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 data diolah
Hasil uji normalitas residual pada tingkat signifikansi 5 menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal, karena residualnya
Asymp. Sig. 2-tailed
0,05 yaitu sebesar 0,461. Jadi dapat disimpulkan bahwa model ini memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada variabel yang saling berhubungan. Uji yang dilakukan untuk menguji multikolinieritas
adalah dengan menghitung nilai VIF untuk masing-masing variabel independen. Suatu variabel menunjukkan gejala multikolinieritas bisa dilihat dari nilai VIF
Variance Inflation Factor yang tinggi pada variabel-variabel bebas suatu model regresi. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya gejala
multikolinieritas dalam model regresi. Hasil pengujian VIF adalah sebagai berikut
:
Universitas Sumatera Utara
76
Tabel 4.3 Output Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1
Constant 96.666
68.731 1.406
.165 Return on Asset X
1
-.312 .383
-.109 -.815
.418 .686
1.459 Debt to Equity Ratio X
2
.013 .008
.192 1.561
.124 .803
1.246 LN_SIZE X
3
-5.004 4.232
-.323 -1.182
.242 .163
6.133 Earning per Share X
4
.003 .005
.106 .730
.469 .579
1.727 LN_PROCEEDS X
5
2.915 4.318
.189 .675
.503 .156
6.416 Umur Perusahaan X
6
.252 .275
.110 .916
.364 .845
1.183 Reputasi Underwriter X
7
-2.516 .985
-.362 -2.554
.013 .607
1.648 Reputasi Auditor X
8
-6.702 6.774
-.128 -.989
.327 .730
1.370 Inflasi X
9
1.071 2.147
.099 .499
.620 .312
3.207 Suku Bunga X
10
-1.600 5.072
-.065 -.315
.754 .286
3.496 a. Dependent Variable: Underpricing
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 data diolah
Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai VIF untuk semua variabel independen lebih kecil dari 10 dan memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10.
Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastistas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah data yang dianalisis homogen varian konstan dengan menggunakan Scatter Plot. Dalam
Scatter Plot akan terlihat sebaran data penelitian. Data tersebut terkena heteroskedastisitas apabila dalam gambar sebaran data yang dihasilkan
membentuk suatu pola tertentu atau mengumpul di sudut atau bagian.
Universitas Sumatera Utara
77
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 data diolah
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Dari Gambar 4.3 scatter plot yang tampak tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang dianalisis tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil tersebut
memperlihatkan tidak membentuk suatu pola tertentu atau mengumpul pada pojok atau bagian.
4.2.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat adanya korelasi atau hubungan antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Pengujian yang
dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah Uji Runs Test. Hasil pengujian Runs Test dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
78
Tabel 4.4 Output Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -4.42932
Cases Test Value 33
Cases = Test Value 34
Total Cases 67
Number of Runs 25
Z -2.338
Asymp. Sig. 2-tailed .019
a. Median Sumber: Hasil Penelitian, 2013 data diolah
Dari hasil uji Runs Test pada Tabel 4.4 diperoleh nilai Asymp.Sig 2- tailed sebesar 0,019
α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar residual. Dalam hal ini berarti model
penelitian ini belum memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator BLUE yang disyaratkan sebelum melakukan pengujian hipotesis. Oleh karena itu,
masalah autokorelasi ini harus dikoreksi atau diperbaiki. Cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan mentransformasikan data atau
bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum generalized difference equation. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel bebas, sehingga data observasi menjadi berkurang.
Untuk mengatasi masalah autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu
variabel bebas, sehingga data observasi menjadi berkurang. Hasil uji Runs Test setelah dilakukan perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
79
Tabel 4.5 Output Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -4.15556
Cases Test Value 33
Cases = Test Value 33
Total Cases 66
Number of Runs 31
Z -.744
Asymp. Sig. 2-tailed .457
a. Median Sumber: Hasil Penelitian, 2013 data diolah
Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai test adalah -4,15556 dan nilai Asymp. Sig. 2-
tailed sebesar 0,457 α 0,05, maka hipotesis nol diterima. Artinya residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar residual. Sehingga
penelitian ini telah memenuhi semua kriteria yang disyaratkan untuk selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis.
4.2.3 Pengujian Regresi Linear Berganda
Penelitian ini menganalisis pengaruh antara return on asset X
1
, debt to equity ratio X
2
, besaran perusahaan X
3
, earning per share X
4
, ukuran penawaran X
5
, umur perusahaan X
6
, reputasi underwriter X
7
, reputasi auditor X
8
, inflasi X
9
dan suku bunga X
10
terhadap underpricing Y pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode Januari 2007
hingga Juni 2012. Hasil dari pengujian regresi linier berganda sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
80
Tabel 4.6 Output Regresi Linear Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
96.666 68.731
1.406 .165
Return on Asset X
1
-.312 .383
-.109 -.815
.418 Debt to Equity Ratio X
2
.013 .008
.192 1.561
.124 LN_SIZE X
3
-5.004 4.232
-.323 -1.182
.242 Earning per Share X
4
.003 .005
.106 .730
.469 LN_PROCEEDS X
5
2.915 4.318
.189 .675
.503 Umur Perusahaan X
6
.252 .275
.110 .916
.364 Reputasi Underwriter
X
7
-2.516 .985
-.362 -2.554
.013 Reputasi Auditor X
8
-6.702 6.774
-.128 -.989
.327 Inflasi X
9
1.071 2.147
.099 .499
.620 Suku Bunga X
10
-1.600 5.072
-.065 -.315
.754 LAG_UND
.258 .122
.258 2.108
.040 a. Dependent Variable: Underpricing
Sumber: Hasil penelitian, 2013 data diolah
Dari Tabel 4.6 tersebut diperoleh hasil output yang dapat dituliskan dalam model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = 96,666 0,312X
1
+ 0,013X
2
– 5,004X
3
+ 0,003X
4
+ 2,915X
5
+ 0,252X
6
– 2,516X
7
– 6,702X
8
+ 1,071X
9
– 1,600X
10
+
ɛ
Keterangan:
Y = Underpricing
a = konstanta
X
1
= Return on asset ROA
X
2
=
Debt to equity ratio
DER X
3
= Log Natural Besaran perusahaan Ln_Size X
4
= Earning Per Share EPS X
5
= Log Natural ProceedsUkuran Penawaran Saham Ln_Pro X
6
= Umur Perusahaan Age
Universitas Sumatera Utara
81 X
7
= Reputasi Underwriter X
8
= Reputasi Auditor X
9
= Inflasi X
10
= Suku Bunga
ɛ
= Standar error Interpretasi model:
1.
Konstanta a = 96,666 artinya tanpa mempertimbangkan variabel independen, maka nilai underpricing akan diperoleh sebesar 96,666.
2.
Koefisien regresi
return on asset X
1
= -0,312,
artinya setiap penambahan
return on asset
sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menurunkan underpricing sebesar
0,312
.
3.
Koefisien regresi
debt to equity ratio X
2
= 0,013,
artinya setiap penambahan
debt to equity ratio
sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan meningkatkan underpricing sebesar
0,013
.
4.
Koefisien regresi
besaran perusahaan X
3
= -5,004,
artinya setiap penambahan
besaran perusahaan
sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menurunkan underpricing sebesar
5,004. 5.
Koefisien regresi
earning per share X
4
= 0,003 artinya setiap penambahan
earning per share
sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan meningkatkan underpricing sebesar 0,003.
6.
Koefisien regresi
proceeds ukuran penawaran saham X
5
= 2,915 artinya setiap penambahan
proceeds
sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan meningkatkan underpricing sebesar 2,915.
Universitas Sumatera Utara
82 7.
Koefisien regresi
umur perusahaan X
6
= 0,252 artinya setiap penambahan
umur perusahaan
sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan meningkatkan underpricing sebesar 0,252.
8.
Koefisien regresi reputasi underwriter
X
7
= -2,516,
artinya setiap penambahan nilai reputasi underwriter sebesar 1, jika variabel lainnya
dianggap konstan, maka akan menurunkan underpricing sebesar
2,516
.
9.
Koefisien regresi reputasi auditor
X
8
= -6,702,
artinya setiap penambahan nilai reputasi auditor sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan,
maka akan menurunkan underpricing sebesar
6,702
.
10. K
oefisien regresi
inflasi X
9
= 1,071, artinya setiap penambahan
tingkat inflasi
sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka akan meningkatkan underpricing sebesar sebesar 1,071.
11.
Koefisien regresi suku bunga
X
10
= -1,600
artinya setiap penambahan tingkat suku bunga sebesar 1, jika variabel lainnya dianggap konstan, maka
akan menurunkan underpricing sebesar
1,600. Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa DER, EPS, ukuran
penawaran saham, umur perusahaan, dan inflasi merupakan variabel yang berpengaruh positif terhadap underpricing, sedangkan ROA, besaran perusahaan,
reputasi underwriter, reputasi auditor dan tingkat suku bunga merupakan variabel yang berpengaruh negatif terhadap underpricing.
Universitas Sumatera Utara
83
4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Pengujian Secara Serempak Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu return on asset ROA, debt to equity ratio DER, besaran perusahaan size,
earning per share EPS, ukuran penawaran saham proceeds, umur perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor, inflasi, dan suku bunga secara serempak
berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Apabila F
hitung
F
tabel
atau nilai signifikansi α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas
dalam model regresi secara serempak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil Uji F menggunakan SPSS dapat dilihat dalam Tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 Output Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
13415.566 11
1219.597 2.543
.011a Residual
25899.032 54
479.612 Total
39314.598 65
a. Predictors: Constant, LAG_UND, Reputasi Auditor, Umur Perusahaan, Return on Asset, Inflasi, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, Reputasi Underwriter, LN_SIZE, Suku Bunga, LN_PROCEEDS
b. Dependent Variable: Underpricing
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,011 α 0,05,
maka H ditolak dan H
1
diterima, artinya secara serempak return on asset, debt to equity ratio, size, earning per share, proceeds, umur perusahaan, reputasi
underwriter, reputasi auditor, inflasi dan suku bunga secara serempak berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan
IPO di Bursa Efek Indoensia BEI Periode Januari 2007 hingga Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
84
4.2.4.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji t
Uji statistik t menunjukkan pengaruh satu variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
untuk melihat apakah variabel return on asset ROA, debt to equity ratio DER, besaran perusahaan size, earning per share EPS, ukuran penawaran saham
proceeds, umur perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor, inflasi, dan suku bunga berpengaruh terhadap underpricing secara parsial. Apabila t
hitung
t
tabel
atau nilai signifikansi α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel bebas dalam model regresi berpengaruh terhadap underpricing
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda pada Tabel 4.6, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel return on asset memiliki nilai t
hitung
-0,815 t
tabel
-2,003 dengan tingkat signifikansi 0,418
α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia.
2. Variabel debt to equity ratio memiliki
nilai t
hitun
g
1,561 t
tabe
l
2,003
dengan tingkat signifikansi 0,124 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan
bahwa DER berpengaruh
positif
dan tidak signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa
Efek Indonesia. 3.
Variabel besaran perusahaan memiliki
nilai t
hitung
-1,182 t
tabel
-2,003 dengan tingkat
signifikansi 0,242 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan
Universitas Sumatera Utara
85
bahwa besaran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering di Bursa Efek Indonesia. 4.
Variabel earning per share memiliki
nilai t
hitung
0,730 t
tabel
2,003 dengan tingkat
signifikansi 0,469 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan
bahwa EPS berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa
Efek Indonesia
.
5. Variabel proceeds memiliki
nilai t
hitung
0,675 t
tabel
2,003 dengan tingkat
signifikansi 0,503 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa
proceeds berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek
Indonesia
.
6. Variabel umur perusahaan memiliki
nilai t
hitung
0,916 t
tabel
2,003 dengan ting
kat signifikansi 0,364 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan
bahwa umur perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering di Bursa Efek Indonesia
.
7. Variabel reputasi underwriter memiliki
nilai t
hitung
-2,554 t
tabel
-2,003 dengan tingkat
signifikansi 0,013 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan
bahwa reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering di Bursa Efek Indonesia
.
Universitas Sumatera Utara
86 8.
Variabel reputasi auditor memiliki
nilai t
hitung
-0,989 t
tabel
-2,003 dengan tingkat
signifikansi 0,327 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan
bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering di Bursa Efek Indonesia
.
9. Variabel inflasi memiliki
nilai t
hitung
0,499 t
tabel
2,003 dengan tingkat
signifikansi 0,620 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan
bahwa inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek
Indonesia
.
10. Variabel suku bunga memiliki
nilai t
hitung
-0,315 t
tabel
-2,003 dengan tingkat
signifikansi 0,754 α = 0,05, sehingga dapat dinyatakan
bahwa suku bunga berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap underpricing pada saham perusahaan yang melakukan Initial Public Offering di Bursa
Efek Indonesia
.
4.2.4.3 Koefisien Determinasi
Dalam penelitian ini, analisis koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisiensi determinasi antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen X: return on asset X
1
, debt to equity ratio X
2
, besaran perusahaan X
3
, earning per share X
4
, ukuran penawaran X
5
, umur perusahaan X
6
, reputasi
Universitas Sumatera Utara
87 underwriter X
7
, reputasi auditor X
8
, inflasi X
9
dan suku bunga X
10
dalam menjelaskan underpricing Y sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Hasil uji koefisien determinasi dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.8 Output Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1
.584a .341
.207 21.90004
1.696 a. Predictors: Constant, LAG_UND, Reputasi Auditor, Umur Perusahaan, Return on Asset,
Inflasi, Debt to Equity Ratio, Earning per Share, Reputasi Underwriter, LN_SIZE, Suku Bunga, LN_PROCEEDS
b. Dependent Variable: Underpricing
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 data diolah Dari Tabel 4.8, terlihat bahwa nilai koefisiensi determinasi
Adjusted R Square
adalah sebesar 0,207. Hal tersebut berarti 20,7 variabel underpricing dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independennya yaitu: return on asset,
debt to equity ratio, besaran perusahaan, earning per share, ukuran penawaran saham, umur perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor, inflasi dan
tingkat suku bunga. Sedangkan sisanya 100 - 20,7 = 79,3 dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti pada penelitian ini.
4.3 Pembahasan