41 berhubungan dengan penolakan, stigma dan stereotip masyakarat terhadap
hubungan sesama jenis.
V. INTIMACY DALAM PACARAN PADA GAY
Penelitian menemukan bahwa seorang gay juga akan melakukan pacaran dalam perkembangan kehidupannya Savin-Williams Cohen, 1996.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik suatu pemahaman, pacaran tersebut dilakukan sebagai satu cara bagi gay dewasa dini untuk memenuhi tugas
perkembangannya. Tujuan pacaran tersebut juga untuk menemukan pasangan yang tepat dalam kehidupan seorang gay, walaupun menurut Caroll 2005,
kebanyakan pacaran pada gay hanya sampai pada tahap regular dating. Gay tetap berharap untuk setiap hubungan pacaran yang dilakukannya, dapat bertahan
sampai kepada tahap steady dating Caroll,2005. Gay membentuk hubungan pacaran berdasarkan pada sebuah intimacy
Kelly, 2001, bukan seperti tanggapan umum yang memandang hubungan gay hanyalah sebuah hubungan seksualitas belaka. Intimacy dalam hubungan gay
didasarkan pada saling memahami dan penuh kehangatan, walalupun menurut beberapa ahli, intimacy yang terdapat dalam pacaran tersebut sangat kurang.
Caroll 2005 menyatakan dengan keadaan lingkungan yang masih menolak keberadaan hubungan sesama jenis, membuat seorang gay susah untuk
mendapatkan pasangan dan tidak mudah untuk mengenali seseorang yang berpotensi menjadi pasangan mereka. Gay harus berusaha lebih keras untuk
42 mempertahankan hubungan tersebut. Hal ini membuat intimacy dalam hubungan
gay tidak terlalu kuat. Coleman dalam Masters,1992 menyatakan pendapatnya dimana gay
berada pada ketidakberuntungan dengan kurangnya role model bagi gay dalam mempelajari hubungan pacaran pada gay akan berpengaruh terhadap intimacy
yang terjalin dalam hubungan tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya penerimaan lingkungan terhadap hubungan sesama jenis dan pandangan negatif
dari lingkungan. Menurut Coleman dalam Masters, 1992 intimacy pada seorang pria selalu dihubungkan dengan aktivitas seksualitas, sehingga saat dua pria
berpacaran, perilaku ini akan meningkat. Perilaku promiscuous menyebabkan
kurangnya intimacy dalam hubungan pacaran pada gay Geen, 1984, walaupun seorang gay tetap mengharapkan adanya intimacy dalam hubungannya Knox,
1984.
43
VI. PARADIGMA