8
B A B I P E N D A H U L U A N
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap rentang kehidupan seseorang akan selalu berhadapan dengan tugas tugas perkembangannya masing masing. Mulai dari masa prenatal sampai kepada
masa akhir kehidupan. Havighrust dalam Hurlock, 1999 mengatakan tugas-tugas yang berhasil dilakukan akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kepada
arah keberhasilan pada tugas perkembangan selanjutnya, jika tidak berhasil menyelesaikan tugas perkembangan tersebut, orang tersebut kemungkinan akan
mengalami perasaan tidak bahagia dan mengalami kesulitan dalam melakukan tugas perkembangan selanjutnya.
Salah satu tugas perkembangan dewasa dini menurut Havighrust dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat dan mencakup untuk memilih
pasangan atau memilih teman hidup. Pemilihan pasangan dapat dilakukan individu dewasa dini melalui hubungan pacaran. Melalui aktivitas berpacaran
tersebut, individu dewasa dini dapat memilih pasangan, menemukan dan mendapatkan seseorang dari jenis kelamin yang berbeda yang disukai, dengan
siapa seseorang merasakan kenyamanan dan keamanan, serta menentukan dengan siapa seseorang akan menikah Duvall,1985. Aktivitas pacaran pada dasarnya
memiliki cirri-ciri yaitu adanya kegiatan, yang dilakukan dan dialami bersama, oleh dua orang lebih dari jenis kelamin yang berbeda. Secara umum, masing-
masing individu memiliki peran tersendiri sebagai pria dan wanita. Pria akan
9 mengajak wanita pergi, dan segala pengeluaran akan ditanggung oleh pria, wanita
harus diantarkan pulang dengan selamat. Saxton dalam Bowman Spanier, 1978 juga menyatakan pendapat yang
sama mengenai pacaran yaitu sebuah istilah yang digunakan masyarakat yang berarti sebuah kejadian yang direncanakan, yang meliputi aktivitas yang
dilakukan oleh dua orang dari jenis kelamin yang berbeda dam belum menikah. Pendapat Duvall serta Saxton tersebut memberikan batasan bahwa pacaran
merupakan aktivitas yang terjadi hanya pada hubungan yang dilakukan oleh dua orang yang memiliki jenis kelamin berbeda saja. Pria dapat membentuk hubungan
pacaran hanya dengan seorang wanita. Pola pacaran pada dewasa dini menurut Duvall 1985 memberikan cara
bagi seorang dewasa dini untuk berinteraksi dengan pasangan, belajar mengenai pasangan, dan membantu dewasa dini belajar mengenai apa yang disukai, diterima
oleh pasangan. Masa dewasa dini merupakan waktu yang khusus untuk melakukan pacaran, karena pacaran akan dilakukan lebih sungguh-sungguh dalam
hubungannya mencari pasangan hidup dan juga karena pada dewasa dini sudah mencapai kematangan seksual Caroll, 2005. Pacaran tetap akan dilakukan oleh
seseorang yang menunda-nunda perkawinan sampai menermukan pasangan hidup, meski sudah memasuki usia 30 40 tahun. Setelah kehilangan pasangan, melalui
kematian ataupun perceraian, orang-orang pada umumnya berpacaran kembali dengan tujuan menemukan pasangan.
Pacaran adalah sesuatu hal yang diharapkan oleh masyarakat, mengakibatkan dewasa dini melakukan hal yang sama, karena orang lain yang ada
10 disekitar lingkungan melakukan hal yang sama Duvall, 1985. Masyarakat akan
menganggap ada yang salah dengan seseorang yang tidak berpacaran. Pendapat berbeda dinyatakan oleh Savin-Williams dan Cohen 1996
bahwa membentuk dan mengembangkan hubungan pacaran sebagai sesuatu hal yang penting bagi dewasa dini dilakukan oleh semua orang tanpa memandang
orientasi seksual seseorang. Orientasi seksual merupakan istilah yang mengarah kepada jenis kelamin, dimana seseorang merasakan ketertarikan secara emosional,
fisik, seksual dan cinta Caroll, 2005. Orientasi seksual terbagi tiga yaitu heteroseksual, ketertarikan kepada jenis kelamin yang berbeda, homoseksual,
ketertarikan pada jenis kelamin yang sama, biseksual, ketertarikan kepada kedua jenis kelamin. Heteroseksual disebut juga dengan istilah straight, sedangkan pria
homoseksual dikenal dengan istilah gay, dan wanita homoseksual disebut dengan istilah lesbian.
Melalui pendapat Savin-Williams dan Cohen tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa gay dewasa dini juga melakukan aktivitas yang sama seperti
kaum straight dalam memilih pasangan, yaitu membentuk hubungan pacaran. Hal tersebut dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Savin-Williams dalam
Savin-Williams Cohen,1996 dan mendapatkan hasil bahwa gay dewasa dini juga membentuk hubungan pacaran. Pada wawancara awal yang dilakukan
dengan Jonathan, gay berusia 28 tahun mengutarakan pengalamannya mengenai pacaran, mengatakan:
aku pacaran sama dia uda 3 tahun lebih ya . Dia pacar ku yang kedua, yang pertama putus karna uda ga cocok aja ..
11 Menurut Silverstein, adanya pacaran pada gay akan membantu seorang
gay dalam pencarian identitas diri sebagai seorang gay, dan membuat gay merasa lebih lengkap sebagai seorang gay dalam Savin-Williams Cohen, 1996.
Gay yang memiliki pacar akan memiliki harga diri yang lebih tinggi, penerimaan diri yang lebih tinggi, dan akan lebih terbuka kepada lingkungan mengenai
identitas diri sebagai seorang gay Savin-Williams Cohen, 1996. Aktivitas dalam pacaran yang dilakukan oleh pasangan gay tidak jauh
berbeda dengan pacaran yang dilakukan oleh pasangan straight, yang membedakan hanyalah penerimaan lingkungan terhadap hubungan tersebut
Caroll,2005. Pacaran pada pasangan straight dapat ditunjukkan atau diberitahu pada lingkungan tanpa adanya rasa takut dan malu. Berbeda dengan pasangan gay,
beberapa lingkungan masyarakat masih menolak keberadaan gay. Di Indonesia, secara formal ada stigma terhadap perilaku homoseksual yang mengharamkan
hubungan sesama jenis Oetomo, 2003. Masyarakat Indonesia secara umum masih berpijak pada budaya yang enggan menerima keberadaan homoseksual.
Kondisi penerimaan lingkungan terhadap hubungan gay menjadikan pola pacaran pada gay adalah kegiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Alasan ketakutan jika diketahui oleh lingkungan menjadi beban pacaran pada gay Oetomo,2003. Jonathan mengutarakan perasaan takut yang dialaminya
dalam menjalani hubungan pacaran dengan pasangannya, mengatakan: terkadang kurang seru juga kalau jalan sama dia. Harus sembunyi
sembunyi kalau mau bermesraan. Paling di kamar. Di tempat umum, wau . Bahaya bos. Mana mungkin, ketahuan wah
12 Hasil observasi awal mengenai kegiatan pacaran yang dilakukan oleh
Jonathan dengan pasangannya, mengirimkan pesan-pesan singkat melalui alat komunikasi dengan panggilan khusus kepada pasangan, pergi menonton bersama,
makan bersama, melakukan kegiatan bersama, namun kemesraan terhadap pasangan ditunjukkan saat keduanya berada di tempat tertentu.
Menurut Papalia 2004, pacaran adalah kegiatan bagi dewasa dini untuk menemukan intimacy. Levinger dalam Masters, 1992 mengatakan intimacy
adalah sebuah istilah yang mengarah pada sebuah proses yang terjadi pada 2 orang yang saling memahami, dimana keduanya akan berbagi berbagai hal
dalam hal apapun, dalam perasaan, pemikiran dan tindakan sebebas mungkin. Menurut Berscheid dan Reis dalam Mackey, 2000, intimacy dalam sebuah
hubungan dapat membentuk ikatan nonverbal terhadap pasangan melalui sentuhan, kontak mata, kedekatan fisik dan sebagainya, aktivitas seksual dalam
hubungan dan membawa individu dalam kematangan psikologis. Erikson dalam Papalia, 2004 mengatakan intimacy merupakan salah satu
tugas perkembangan yang sangat penting bagi dewasa dini. Intimacy tersebut merupakan kelanjutan tugas perkembangan psikosial seseorang setelah berhasil
mencapai pengertian mengenai identitas dirinya sendiri selama masa remaja. Orang-orang yang memasuki dewasa dini harus mampu mencapai kemampuan
untuk menyatukan identitas diri sendiri dengan identitas diri orang lain. Seseorang yang tidak memiliki keyakinan mengenai identitas dirinya sendiri
kemungkinan akan berusaha untuk menjauhi intimacy dalam kehidupan
13 psikososialnya atau berusaha sekeras mungkin mencari intimacy tersebut melalui
hubungan seks yang tidak memiliki arti Feist Feist, 2002. Hubungan pacaran sebagai usaha menemukan intimacy dengan pasangan
yang terbentuk membutuhkan beberapa keahlian, seperti self-awareness, empati, kemampuan untuk mempertahankan komitmen dalam berhubungan, kemampuan
dalam memutuskan sesuatu hal yang berhubungan dengan kegiatan seksual, menyelesaikan masalah dalam hubungan, dan kemampuan berkomunikasi secara
emosional Lambeth Hallet dalam Papalia, 2004. Beberapa keahlian tersebut akan berpengaruh pada dewasa dini dalam mengambil keputusan untuk menikah
atau tidak menikah, melanjutkan hubungan homoseksualitas hubungan sesama jenis, atau memutuskan untuk hidup sendiri, memiliki anak atau tidak memiliki
anak. Dewasa dini yang tidak berhasil melakukan tugas perkembangan psikosialnya, dalam menyatukan indetitas diri sendiri dengan identitas diri orang
lain melalui intimacy akan mengalami isolasi. Isolation merupakan keadaan individu yang tidak memiliki kemampuan untuk menyatukan identitas diri sendiri
dengan identitas
diri orang
lain melalui
intimacy yang
sebenarnya Erikson dalam FeistFeist, 2002. Menurut Harvey dalam Papalia, 2004, dewasa dini mencapai intimacy
dalam hubungannya dan mempertahankan intimacy tersebut melalui saling keterbukaan dengan pasangannya, saling menghormati pasangan, saling menerima
satu sama lain, dan menghargai kebutuhan pasangannya. Lebih jelas Masters 1992 menyebutkan bahwa dalam pembentukan intimacy tersebut,
intimacy memiliki beberapa komponen, yaitu memahami pasangan caring,
14 berbagi dengan pasangan sharing, mempercayai pasangan, memiliki komitmen
dengan pasangan, jujur kepada pasangan, memiliki empati dan kelembutan. Erikson, menyatakan hasil dari intimacy adalah cinta yang sesungguhnya,
terbentuknya hubungan saling setia kepada pasangan yang telah dipilih untuk menjalani kehidupan selanjutnya, dengan siapa seseorang akan menikah, memiliki
anak dan menjalankan aktivitas kehidupan lainnya dalam Papalia, 2004 Intimacy akan terus berkembang bersamaan dengan berkembangnya
hubungan pacaran Savin-Williams Cohen, 1996. Memahami intimacy dalam setiap hubungan pacaran pada straight dan gay tidak terlepas dari perbedaan
stereotip peran sosial mengenai sifat seorang pria dan wanita. Stereotip tersebut memberikan pengaruh pada pola intimacy pada hubungan
pacaran gay Masters, 1992. Menurut Bell dan Weinberg dalam Masters, 1992, lingkungan sosial cenderung memandang pria straight ataupun gay sebagai
makhluk yang memiliki orientasi terhadap aktivitas seksual dalam berhubungan dengan pasangan intimnya. Berbeda dengan wanita straight ataupun lesbian
lebih berorientasi terhadap hubungan yang bersifat monogami. Hasilnya adalah pria akan cenderung berharap memiliki pasangan seksual yang banyak, sementara
wanita akan mengharapkan intimacy dari hubungan yang monogami tersebut. Saat pria straight membentuk hubungan dengan wanita, pria cenderung melakukan
sosialisasi terhadap wanita sehingga pria akan membentuk hubungan yang lebih bersifat monogami. Berbeda dengan gay, dalam hubungan pacaran pada gay,
ada dua orang pria yang melakukan hubungan tersebut, sehingga banyak gay
walaupun sudah menjalin hubungan pacaran, perilaku promiscuous tetap ada pada
15
gay. Promiscuous merupakan keadaan pada seseorang yang akan melakukan
hubungan seks dengan siapa saja tanpa pertimbangan. Gay akan melakukan hubungan seksual dengan pria mana saja yang disukai.
Bell danWeinberg melakukan penelitian terhadap 574 gay dan menemukan hasil 60 dari jumlah gay tersebut mengaku memiliki pasangan
seksual lebih dari 250 orang selama hidup mereka dalam Knox, 1984. Lebih lanjut dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa 84 dari subjek penelitian
tersebut mengaku memiliki pasangan seksual kurang lebih 50 orang dan 43 mengaku memiliki pasangan seksual kurang lebih 500 orang selama hidup
mereka. Seksolog Naek L. Tobing menyatakan dalam tulisannya Perilaku Seksual dan AIDS, sebagian besar dari gay saat terikat dengan pasangannya, juga
melakukan kontak seksual dengan orang lain. Hal ini dapat terjadi misalnya di klub-klub gay, restoran sehingga kadang-kadang beberapa orang gay bahkan tidak
mengingat dengan siapa melakukan kontak seksual dalam GAN,2006. Sejalan dengan pendapat tersebut, Zaky, gay berusia 24 tahun menyatakan jumlah pria
yang pernah menjadi pasangannya dalam melakukan hubungan seksual: aku pernah iseng nge-list cowok yang pernah tidur sama ku, sampai
sekarang yang aku ingat ada 42 orang cowok sejak pertama kali ml. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh survey yang dilakukan The Sex in
America dalam Miracle,2008 bahwa kaum homoseksual memiliki pasangan seks jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pasangan seks yang dimiliki kaum
heteroseksual. Kaum gay memiliki jumlah pasangan 3 sampai 4 kali lebih banyak dari pria straight. Perilaku promiscuous tersebut menurut Miracle 2008
disebabkan karena gay cenderung mempelajari untuk memisahkan antara sex dan
16 intimacy, dan gay lebih memiliki keinginan melakukan hubungan sex dalam
kehidupan mereka. Hal lainya disebabkan karena ijin pernikahan gay yang belum diakui sepenuhnya, sehingga kecil kemungkinan bagi gay untuk tinggal atau
hidup bersama dalam jangka waktu yang lama. Perilaku promiscuous tersebut memberikan pengaruh terhadap intimacy
yang ada pada hubungan pacaran gay. Pacaran gay tersebut memiliki intimacy yang sangat kurang Geen, 1984, meskipun seorang gay akan tetap
mengharapkan adanya intimacy dalam hubungan pacaran yang dilakukan, dan berharap pacaran tersebut bertahan lama Savin-Williams Cohen, 1996.
Hal lainnya yang mempengaruhi intimacy dalam hubungan pacaran gay adalah susahnya menemukan pasangan atau pacar yang tepat Geen, 1984. Gay lebih
susah menemukan pacar dan mengembangkan hubungan seksualitas mereka, karena stigma mengenai gay dan tidak mudah menentukan pria mana yang
memiliki potensi menjadi pasangan mereka Caroll, 2005. Kaum gay melakukan beberapa hal untuk mengenali sesama gay yang mereka bisa temui dimana saja
dengan beberapa cara Miracle,2008. Beberapa gay mengkomunikasikan ketertarikan mereka melalui sebuah tanda yang disepakati bersama, berupa
penggunaan benda atau tingkah laku tertentu. Misalnya melalui pakaian-pakaian tertentu, penggunaan cincin di bagian tertentu atau gaya rambut tertentu.
JONATHAN mengutarakan pengalamannya dalam mengenali seorang gay yang bisa ditemuinya dimana saja :
...gini, kita sendiri ada perasaan saat melihat seseorang. Dia tuh pasti melirik, senyum atau apalah. Dan dianya tahu kalau kita sama-sama
sakit.....istilahnya ada chemistry tertentu buat gay yang sama sekali tidak kenal saat berpapasan dimana aja.
17 Susahnya untuk menemukan pasangan tersebut berhubungan dengan
jumlah gay yang ada jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pria straight yang ada Miracle,2008. Pendapat tersebut benar adanya jika berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu diantaranya Kinsey dalam Caroll,2005 menemukan 37 dari jumlah pria yang menjadi sampel dalam
penelitian tersebut mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan pria lain dalam hidupnya, namun hanya 4 yang mengaku benar-benar adalah seorang
gay. Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Seidmen,Rieder dan Whitam dalam Caroll ,2005 menemukan 2 10 dari jumlah pria yang ada
adalah seorang gay. Hasil penelitian lainnya dijelaskan oleh Savin-Williams dan Cohen 1996, jika orientasi seksual sebagai gay didefinisikan sebagai sebuah
fantasy atau keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan pria lain, jumlah gay yang ada 25
40, jika didefinisikan sebagai pengalaman melakukan hubungan seks dengan pria, jumlah gay ada sekitar 5
10, tetapi jika didefinisikan sebagai ketertarikan secara seksual, emosional dan fisik, maka
jumlah gay diperkirakan hanya 1 4 dari populasi yang ada. Pendapat lain yang disampaikan oleh Diamond dalam Savin-Williams dan Cohen, 1996, di
negara-negara seperti Denmark, Jepang, Belanda, Philipina dan Thailand, masing- masing negara memiliki jumlah gay berkisar 5 . Oetomo 2003 memperkirakan
jumlah gay yang ada di Indonesia adalah 1 dari jumlah populasi pria yang ada di Indonesia. Hasil observasi yang dilakukan di awal penelitian ini, peneliti
menemukan salah satu komunitas gay di internet. Keanggotaan komunitas gay yang berada di Medan sampai bulan Juni 2008 berjumlah 600 orang, sementara
18 untuk keseluruhan di Indonesia sampai bulan Juni 2008 berjumlah kurang lebih
10.000 orang. Melalui komunitas tersebut, gay menggambarkan keinginan mereka untuk bergabung dalam komunitas tersebut, untuk mencari pasangan kasih atau
pacar, pasangan seksual atau hanya berteman www.manjam.com
. Intimacy yang dibutuhkan dalam hubungan pacaran gay adalah intimacy
fisik, yaitu intimacy yang lebih terlihat melalui kedekatan fisik dengan pasangan. Hal ini disebabkan karena di dalam hubungan pacaran tersebut, ada dua orang pria
yang melakukannya. Pria akan cenderung mengekspresikan intimacy melalui kedekatan fisik, yang disebut dengan intimacy fisik, sementara wanita yang
dipandang lebih mampu melakukan self-disclosure cenderung lebih mampu mengekspresikan intimacy melalui kedekatan emosional, yang disebut sebagai
intimacy emosional.. Gay tetap berusaha membentuk hubungan yang stabil seperti yang
dilakukan oleh pasangan straight, yang sampai berlanjut kepada pernikahan Savin-Williams Cohen. Hubungan tersebut didasarkan juga
kesetiaan terhadap pasangan dalam hal seksualitas dan intimacy emosional Knox, 1984. Intimacy tersebut akan mempengaruhi pasangan gay
untuk melanjutkan hubungan ke tahap pemilihan teman hidup, menikah dan merawat anak, seperti pengaruh intimacy yang terdapat dalam hubungan pacaraan
pasangan straight. Melakukan keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dimana gay tersebut tinggal. Beberapa negara seperti Belanda, Belgia,
Kanada dan beberapa negara bagian Amerika Serikat sudah melegalkan pernikahan sesama jenis, dan banyak dari pasangan ini merawat anak dengan cara
19 mengadopsi Caroll,2005. Berbeda dengan kehidupan gay yang di Indonesia,
belum ada undang-undang yang melegalkan hubungan pernikahan sesama jenis, walaupun perkembangan keberadaan gay di Indonesia sudah semakin meningkat,
dimana hal tersebut berhubungan dengan berkembangnya teknologi, seperti komunikasi melalui sarana internet. Observasi yang dilakukan pada awal
penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sarana-sarana yang tersedia di internet yang memberikan jalan bagi gay untuk menemukan teman-teman gay di
dunia ini. Melalui sarana chatting, mailing list, forum di internet, dimana seorang gay dapat memperlihatkan gambar dirinya dan menggambarkan dirinya, tertarik
untuk membentuk jenis hubungan tertentu, misalnya hanya mencari teman biasa, atau mencari pasangan seksual saja, atau ingin mencari pacar dan pasangan
hidup. Berdasarkan fenomena mengenai keberadaan kaum gay yang masih
mengalami penolakan dari lingkungan, sementara seorang gay juga mengalami perkembangan diri, dari seorang remaja ke dewasa dini. Gay sama seperti manusia
lainnya, dengan pemahaman, bahwa gay dewasa dini juga memiliki tugas perkembangan untuk mencari pasangan hidup melalui pacaran dan melalui
pacaran tersebut memberikan jalan bagi dewasa dini untuk memenuhi tugas psikosial seorang dewasa dini, yaitu intimacy. Fenomena tersebut menjadi daya
tarik bagi peneliti untuk melihat bagaimana intimacy yang ada di dalam hubungan pacaran gay dewasa dini.
20
II. PERTANYAAN PENELITIAN