Pasien Pediatri Anak Pasien dengan Gangguan Fungsi Hati

c. Catatan yang mungkin diperlukan kembali oleh penanya. d. Media pelatihan tenaga farmasi. e. Basis data penelitian analisis, evaluasi dan perencanaan layanan. f. Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari pelayanan informasi obat.

G. Pasien Hamil dan Menyusui

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman sehingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung ataupun bayinya. Karena perubahan fisiologi selama kehamilan dan menyusui dapat berpengaruh terhadap kinetika obat pada ibu hamil dan menyusui yang kemungkinan berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat yang diminum. Direktorat Bina Farmasi Klinik dan Komunitas 2006 menyatakan, yang harus ditekankan dalam pemberian informasi tentang penggunaan obat pada wanita hamil adalah manfaat pengobatan pada wanita hamil harus lebih besar daripada resiko jika tidak diberikan pengobatan. Selain itu juga harus diberikan informasi mengenai bahaya penggunaan beberapa obat selama menyusui.

H. Pasien Pediatri Anak

Menurut The British Paediatric Association BPA, anak adalah seseorang yang berusia 2 sampai 12 tahun. Sedangkan menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik 2009, pediatri adalah anak yang berusia lebih muda dari 18 tahun. Masa bayi dan anak merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga penggunaan obat untuk anak merupakan hal khusus yang terkait dengan perbedaan laju perkembangan organ. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik 2009 menyatakan bahwa terapi obat pada pediatri berbeda dengan terapi obat pada orang dewasa karena perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik ini akan mempengaruhi farmakokinetika-farmakodinamika obat yang pada akhirnya akan mempengaruhi efikasi dan toksisitas obat. Masalah terkait obat pada pasien pediatri yaitu: rute pemakaian obat, permintaan dosis, interaksi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki.

I. Pasien dengan Gangguan Fungsi Ginjal

Penggunaan obat pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal dapat memperburuk kondisi penyakit karena beberapa alasan: 1. Kegagalan untuk mengeksresikan obat atau metabolitnya dapat menimbulkan toksisitas. 2. Sensitivitas terhadap beberapa obat meningkat, meskipun eliminasinya tidak terganggu. 3. Banyak efek samping yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien gagal ginjal. 4. Beberapa obat tidak lagi efektif jika fungsi ginjal menurun. Ketika fungsi ginjal berkurang, dosis obat yang bergantung pada ekskresi ginjal harus disesuaikan dan obat nefrotoksik harus dihindari. Salah satu indikator penting untuk tercapainya terapi yang diperlukan dalam pengobatan terutama bagi pasien dengan gangguan fungsi ginjal adalah ketepatan dalam pemberian dosis Munar dan Singh, 2007.

J. Pasien dengan Gangguan Fungsi Hati

Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik 2007, penyakit hati termasuk penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat Indonesia, jenisnya beragam dan membutuhkan penanganan yang berbeda. Apoteker dapat berperan serta dalam memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah bertambah parah atau mencegah kambuhnya penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan perubahan pola hidup yang harus dijalani misalnya: diet rendah lemak dan garam, tidak minum minuman beralkohol, istirahat yang cukup; menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu penggunaannya; serta melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat.

K. Keterangan Empiris