d. Karakteristik berdasarkan lama masa kerja Berdasarkan tabel I. 1 responden memiliki pengalaman yang memadai
dalam dunia kefarmasian, hal ini ditunjukan dengan masa kerja selama 27 tahun. Terdapat 3 responden yang cukup berpengalaman dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian dengan lama masa kerja 6-7 tahun. Sedangkan 2 responden lainnya, tergolong masih baru dalam dunia kerja kefarmasian dengan lama masa kerja
kurang dari 1,5 tahun. Responden yang memiliki pengalam kerja yang cukup lama biasanya memiliki pengetahun yang lebih dibandingkan dengan responden
yang baru saja berkecimpung di dunia kefarmasian. Lama masa kerja menjadi salah satu tolak ukur kemampuan responden dalam mengelola dan melakukan
pekerjaan kefarmasian Notoadmojo, 2003. Lama masa kerja umumnya mempengaruhi tingkat keterampilan dan
kemampuan seseorang dalam berkerja. Semakin lama seorang apoteker bekerja pada suatu rumah sakit maka akan semakin banyak pengalaman serta pengetahun
yang didapat. Selain itu, semakin lama masa kerja, responden dapat lebih memahami pekerjaan yang digelutinya dan dapat memudahkan responden untuk
mengambil keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan kefarmasiannya.
2. Pembagian Kerja Responden di IFRS
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat responden yang bertugas di instalasi farmasi rawat inap dan si instalasi farmasi rawat jalan. Namun, semua
responden bertugas memberikan pelayanan informasi obat pada pasien rawat inap dalam bentuk visite. Jam kehadiran responden dibagi menjadi 2 shift, yaitu: shift
pagi dan shift sore. Shift pagi dimulai pukul 08.00-14.00, sedangkan shift sore PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimulai pukul 14.00-20.00, dengan rata-rata kehadiran responden di instalasi farmasi rumah sakit adalah 6-7 jam. Setiap responden hanya mendaptkan
1 shift kerja perharinya. Semakin lama responden berada di instalasi farmasi rumah sakit maka
kebutuhan pasien akan pelayanan kefarmasian pun diharapkan akan semakin terpenuhi. Selain itu, apoteker juga dituntut untuk selalu hadir pada setiap jam
kerja untuk bertanggung jawab dan mengawasi setiap pelayanan kefarmasian yang berlangsung di instalasi farmasi rumah sakit.
Terdapat 15 bangsal rawat inap dengan Bed Occupancy Ratio BOR sebesar 75.79. BOR adalah angka penggunaan tempat tidur indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal antara 60-85.
Berikut adalah tabel yang berisi pembagian kerja responden di instalasi farmasi RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel II. Pembagian Kerja Responden di IFRS Responden
Bagian kerja Lama waktu
kehadiran Nama Bangsal
Kapasitas
Bed
Jumlah pasien
per 1x visite
Waktu yang diperlukan
per pasien A
Rawat inap 6-7 jam
Alamanda-2 ibu hamil dan menyusui Alamanda-3 ibu hamil dan menyusui
20 26
4-5 pasien Hingga
paham
B Rawat inap
6-7 jam Melati bedah
29 4-5 pasien
10-15 menit
C Rawat inap
6-7 jam Bougenvil bedah
Pasien kemoterapi Pasien hemodialisa
24 5-6 pasien
5-10 menit
D Rawat inap
6-7 jam Anggrek anak
30 5 pasien
5 menit
E Rawat jalan
7 jam Pav. Wijayakusuma VIP
ICU 3
7 5 pasien
Hingga paham
F Rawat jalan
7 jam Pav. Mawar-1 VIP
Pav. Mawar-2 VIP Pav. Nusa Indah
11 10
10 5-7 pasien
10-15 menit
Penjelasan mengenai pembagian kerja responden di IFRS yang diamati pada penelitian ini akan dibahas berdasarkan masing-masing responden, berikut penjelasannya:
a. Responden A Responden A bertugas di bagian instalasi farmasi rawat inap dan bertugas memberikan pelayanan informasi obat di bangsal
alamanda. Bangsal alamanda adalah bangsal ibu hamil dan menyusui dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 46 buah, dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rincian 20 tempat tidur di alamanda-2 dan 26 tempat tidur di alamanda-3. Responden A dapat memberikan pelayanan informasi obat untuk 4-5 pasien setiap
kali melakukan kegiatan visite. Waktu yang diperlukan responden A dalam melakukan pelayanan informasi obat tergantung dari tingkat pemahaman pasien
akan informasi yang diberikan. b. Responden B
Responden B bertugas di bagian instalasi farmasi rawat inap dan bertugas memberikan pelayanan informasi obat di bangsal melati. Bangsal melati
adalah bangsal bedah dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 29 buah. Responden B dapat memberikan pelayanan informasi obat untuk 4-5 pasien
setiap 1 kali melakukan kegiatan visite. Waktu yang diperlukan responden B dalam melakukan pelayanan informasi obat adalah 10-15 menit per pasien.
c. Responden C Responden C bertugas di bagian instalasi farmasi rawat inap dan
bertugas memberikan pelayanan informasi obat di bangsal bougenvil. Bangsal bougenvil adalah bangsal bedah dengan kapasitas 24 tempat tidur. Selain itu,
responden C juga bertugas memberikan pelayanan informasi obat pada pasien hemodialiasa dan pasien kemoterapi. Responden C dapat memberikan pelayanan
informasi obat untuk 5-6 pasien setiap 1 kali melakukan kegiatan visite. Waktu yang diperlukan responden C dalam melakukan pelayanan informasi obat adalah
5-10 menit per pasien. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Responden D Responden D bertugas di bagian instalasi farmasi rawat inap dan
bertugas memberikan pelayanan informasi obat pada pasien anak di bangsal anggrek dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 30 buah. Responden D dapat
memberikan pelayanan informasi obat untuk 5 pasien setiap 1 kali melakukan kegiatan visite. Waktu yang diperlukan responden D dalam melakukan pelayanan
informasi obat adalah 5 menit per pasien. e. Responden E
Responden E bertugas di instalasi farmasi rawat jalan bagian skrining resep dan memberikan koseling tentang obat di ruang konsultasi obat. Selain
bertugas di instalasi farmasi rawat jalan, responden E juga bertugas memberikan memberikan pelayanan informasi obat pada pasien di paviliun wijaya kusuma dan
ICU. Pav. Wijaya kusuma adalah bangsal VIP dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 3 buah, sedangkan kapasitas tempat tidur di ruang ICU berjumlah 7
buah. Pada umumnya pasien di ruang ICU adalah pasien jantung. Responden E dapat memberikan pelayanan informasi obat untuk 5 pasien setiap kali melakukan
kegiatan visite. Waktu yang diperlukan responden E dalam melakukan pelayanan informasi obat tergantung dari kondisi dan tingkat pemahaman pasien.
f. Responden F Responden F bertugas di instalasi farmasi rawat jalan bagian penyerahan
obat untuk pasien di instalasi rawat jalan dan bertugas melakukan pelayanan informasi obat di paviliun mawar dan nusa indah yang merupakan bangsal VIP.
Kapasitas tempat tidur di paviliun mawar berjumlah 21 buah, dengan rincian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
paviliun mawar-1 11 buah, dan 10 buah di paviliun mawar-2. Sedangkan bangsal nusa indah memiliki kapasitas tempat tidur berjumlah 10 buah. Responden F
dapat memberikan pelayanan informasi obat untuk 5-7 pasien setiap 1 kali melakukan kegiatan visite. Waktu yang diperlukan responden F dalam
memberikan pelayanan informasi obat adalah 10-15 untuk setiap pasien. Tingkat pemahaman pasien dalam memahami informasi yang diberikan
oleh responden adalah salah satu faktor yang mementukan lamanya waktu yang dibutuhkan responden dalam menyampaikan informasi obat. Untuk mengetahui
tingkat pemahaman dari pasien, responden meminta pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan. Semakin cepat pasien memahami informasi
yang diberikan oleh responden, maka waktu yang dibutuhkan responden untuk memberikan pelayanan informasi obat juga semakin cepat. Oleh karena itu,
responden dituntut untuk dapat menyampaikan informasi yang mudah diterima dan dipahami oleh pasien.
Jumlah pasien rawat inap yang mendapatkan pelayanan informasi obat bervariasi tergantung pada kesibukan responden di jam kerja, waktu yang
diperlukan untuk melakukan pelayanan informasi obat tergantung dari kebijakan masing-masing responden. Rata-rata setiap responden mampu memberikan
pelayanan informasi obat untuk 4-7 pasien setiap 1 kali visite. Berikut adalah kutipan wawancara dengan responden C:
“Saya tidak setiap hari memberikan pelayanan informasi pada pasien di bangsal. Hal ini tergantung dari banyak atau sedikitnya resep yang harus saya kerjakan.
Terkadang sekali visite saya memberikan pelayanan informasi obat untuk semua pasien di bangsal bedah, jadi saat keesokan harinya mungkin hanya ada dua atau
tiga pasien baru datang dan belum mendapatkan pelayanan informasi obat.
Edukasi ataupun pelayanan informasi obat unt uk pasien hanya di berikan di pagi hari.”
Berikut adalah kutipan wawancara dengan responden D: “Saya tidak memberikan pelayanan informasi obat dalam bentuk visite setiap
hari, dikarenakan saya memiliki laporan atau pekerjaan lain yang harus segera dikerjakan. Terkadang jika awal bulan terdapat laporan yang harus dikerjakan,
jadi tidak bisa sepenuhnya memberikan pelayanan informasi obat. Minimal satu pasien mendapatkan satu kali edukasi selama di rawat di bangsal anak.
” Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa,
pelayanan informasi obat yang diberikan untuk pasien rawat inap dilakukan di pagi hari. Hal ini menunjukan jika responden yang mendapatkan jadwal shift pagi
dapat memberikan pelayanan informasi obat. Semua responden tidak dapat memberikan pelayanan informasi obat pada pasien rawat inap setiap hari
dikarenakan adanya pekerjaan lain yang harus dikerjakan ataupun kerana adanya pergantian shift. Setiap pasien rawat inap minimal mendapatkan 1 kali pelayanan
informasi obat oleh responden selama di rawat di instalasi rawat inap.
B. Teknis Pelayanan Informasi Obat