Keterangan Empiris PENELAAHAN PUSTAKA

indikator penting untuk tercapainya terapi yang diperlukan dalam pengobatan terutama bagi pasien dengan gangguan fungsi ginjal adalah ketepatan dalam pemberian dosis Munar dan Singh, 2007.

J. Pasien dengan Gangguan Fungsi Hati

Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik 2007, penyakit hati termasuk penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat Indonesia, jenisnya beragam dan membutuhkan penanganan yang berbeda. Apoteker dapat berperan serta dalam memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah bertambah parah atau mencegah kambuhnya penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan perubahan pola hidup yang harus dijalani misalnya: diet rendah lemak dan garam, tidak minum minuman beralkohol, istirahat yang cukup; menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu penggunaannya; serta melakukan konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor kemungkinan terjadinya efek samping obat.

K. Keterangan Empiris

Pelayanan kefarmasian merupakan bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan yang tidak terpisahkan. Salah satu aspek pelayanan kefarmasian adalah pelayanan informasi obat yang diberikan oleh Apoteker kepada pasien dan pihak- pihak terkait lainnya. Dengan pelaksanaan pelayanan informasi obat di rumah sakit, diharapkan akan mendukung upaya penggunaan obat yang rasional di rumah sakit. Apoteker harus berkomitmen dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kefarmasian pada pasien. Pelayanan yang diberikan berupa pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini, dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain diluar rumah sakit. Penggunaan obat yang tepat, aman dan efektif selain ditentukan oleh kualitas obat juga dipengaruhi oleh informasi yang diberikan pada saat penyerahan obat. Dalam penelitian ini, diiharapkan diperoleh rincian informasi yang diberikan oleh Apoteker saat penyerahan obat pada pasien telah sesuai dengan Permenkes No.58 Tahun 2014. 21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional. Rancangan penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Pada penelitian observasional, observasi yang dilakukan tanpa ada manipulasi maupun intervensi dari peneliti terhadap subyek uji, subyek uji diobservasi menurut keadaan apa adanya in nature Pratiknya, 2001. Penelitian non-eksperimental deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan di dalam masyarakat ataupun komunitas. Oleh karena itu, penelitian deskriptif sering disebut sebagai penelitian penjelajahan exploratory study Notoatmodjo, 2005.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah informasi-informasi saat konseling yang disampaikan apoteker di instalasi farmasi rawat inap Rumah Sakit Panembahan Senopati, Bantul.

C. Definisi Operasional

1. Informasi yang disampaikan Apoteker mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.58 Tahun 2014, yaitu berupa informasi yang independen, akurat, tidak bias, terkini, dan komprehensif. Hal ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI