3. Kontrol infusa herba Bidens pilosa L. dosis 2,0 gkgBB
Tujuan dari dilakukan kontrol infusa herba Bidens pilosa L. untuk melihat pemberian infusa herba Bidens pilosa L. tidak memberi pengaruh terhadap
aktivitas serum ALT-AST. Dosis yang digunakan adalah dosis tertinggi, yaitu sebesar 2,0 gkgBB. Uji dilakukan dengan cara memberikan infusa herba Bidens
pilosa L. dengan dosis 2,0 gkgBB secara p.o. pada tikus selama 6 hari berturut-
turut. Kemudian, pada hari ke-7 diukur aktivitas serum ALT-AST. Tabel menunjukkan bahwa kelompok kontrol infusa herba Bidens pilosa L. memiliki
nilai aktivitas serum ALT 55,8 ± 2,06 UL, yang bila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif olive oil memiliki perbedaan yang tidak bermakna.
Aktivitas serum AST kontrol infusa herba Bidens pilosa L. adalah sebesar 102,2 ± 4,14 UL, bila dibandingkan dengan nilai kontrol negatif olive oil 101,8
± 3,8 memiliki perbedaan yang tidak bermakna. Hasil statistik menunjukan bahwa infusa herba Bidens pilosa L. yang diberikan selama 6 hari berturut-turut
tidak mempengaruhi aktivitas serum ALT-AST normal. 4.
Kelompok perlakuan infusa dosis 0,5; 1,0; dan 1,0 gkgBB pada tikus betina galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida dosis 2,0 mLkgBB
Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L. pada tikus betina terinduksi karbon tetraklorida dilihat dari ada tidaknya penurunan
aktivitas serum ALT-AST, karena adanya praperlakuan pemberian infusa herba Bidens pilosa
L. sebelum diinduksi hepatoktoksin.
Pada tabel, dapat dilihat hasil dari aktivitas serum ALT perlakuan infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5; 1,0; dan 2,0 gkgBB secara berturut-turut adalah
87 ± 3,45; 71,8 ± 2,33; 115,6 ± 2,14 UL. Bila dibandingkan dengan kontrol negatif olive oil 57,2±3,1 dan kontrol hepatoksin 174,4±2,9, seluruhnya
memiliki perbedaan yang bermakna, yang menunjukkan bahwa seluruh dosis herba Bidens pilosa L. dapat memberikan efek hepatoprotektif, namun belum
menurunkan aktivitas serum ALT sampai normal. Hasil perhitungan persen hepatoprotektif infusa herba Bidens pilosa L.
dosis 0,5; 1,0; dan 2,0 gkgBB secara berturut-turut adalah 74,6; 87,5; 50,2. Dari perhitungan tersebut, terlihat bahwa dosis infusa herba Bidens pilosa L. yang
memberikan efek hepatoprotektif paling besar adalah dosis 1,0 gkgBB. Data aktivitas serum AST infusa herba Bidens pilosa L. dosis 0,5; 1,0; dan
2,0 gkgBB secara berturut-turut adalah 164,4 ± 4,3; 133 ± 4; 204,4 ± 5,3 UL. Bila dibandingkan dengan data kontrol olive oil dan kontrol hepatotoksin
memiliki keberbedaan yang bermakna, hal ini menunjukkan bahwa herba Bidens pilosa
L. dosis 0,5; 1,0; dan 2,0 gkgBB memiliki efek hepatoprotektif bila dilihat dari penurunan aktivitasnya dibanding kontrol hepatotoksin 409,6±7,8. Namun,
data aktivitas AST tidak digunakan untuk menentukan hepatoprotektif karena hanya digunakan untuk mendukung data dari aktivitas serum ALT, sehingga dapat
disimpulkan bahwa dosis efektif infusa herba Bidens pilosa L. adalah 1,0 gkgBB. Proses hepatoprotektif dari infusa herba Bidens pilosa L. ini dapat ditinjau
dari proses kerusakan hati perlemakan hati yang disebabkan karena adanya induksi CCl
4
kemudian dimetabolisme menjadi senyawa radikal bebas CCl
3
dapat merusak badan golgi yang berfungsi untuk mengatur ekskresi dari VLDL. Rusaknya badan golgi menyebabkan penumpukan VLDL dan menyebabkan
perlemakan hati. Reaksi CCl
3
dengan oksigen akan menghasilkan senyawa radikal triklorometil peroksi CCl
3
OO yang dapat menyebabkan memperparah kerusakan hati.
Bidens pilosa L. memiliki kandungan senyawa flavonoid, yaitu kuersetin
yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Menurut Lobo et al. 2010, radikal bebas yang bereaksi dengan lipid, protein, dan DNA dapat menyebabkan
penyakit, namun dengan pemberian antioksidan dari luar dapat mengatasi radikal bebas sehingga dapat meningkatkan kesehatan. Senyawa flavonoid yang ada di
dalam herba Bidens pilosa L. ini diduga dapat menangkap radikal bebas dari CCl
3
dan CCl
3
OO, sehingga dapat menghambat kerusakan hati. Menurut Myhrstad, Carlsen, Nordstrom, Blomhoff and Moskaug 2002,
Flavonoid dapat meningkatkan sintesis dari Glutathione mencapai 50. Glutathione
sendiri merupakan senyawa yang dapat melawan stres oksidatif karena adanya radikal bebas. Adanya peningkatan sintesis dari Glutathione ini
kerusakan hati dapat terhambat. Pada level molekuler, karbon tetraklorida dapat mengaktifasi Tumor
Necrosis Factor TNF
–α. Aktivasi TNF-α ini memicu terjadinya apoptosis yang dapat menyebabkan kerusakan sel hepatosit Weber et al., 2003. Interleukin-6
dan interleukin-10 bekerja sebagai antiapoptosis yang disebabkan karena TNF- α,
sehingga kedua interleukin tersebut berpotensi memperbaiki kondisi kerusakan hepatosit karena CCl
4
. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian De Taeye et
al. 2007 dan Endo et al. 2007 yang menyatakan bahwa TNF-
α dapat menginduksi perlemakan hati steatosis.
Sel yang berperan penting dalam sekresi TNF- α dan interleukin adalah sel
CD4
+
atau Th0 T helper 0. Th0 akan berdiferensiasi menjadi dua tipe subsets yang berbeda, yaitu Th1 T helper tipe I dan Th2 T helper tipe II. Th1 T helper
tipe I akan mensekresi TNF- α, sedangkan Th2 T helper tipe II mensekresi
Interleukin-4, Interleukin-5, Interleukin-13, dan Interleukin-10. Menurut Chang et al.
2006, dalam tanaman Bidens pilosa L. terdapat senyawa cytopiloyne yang dapat menghambat diferensiasi Th0 T helper 0 menjadi Th1 T helper 1, namun
meningkatkan diferensiasi dari Th0 T helper 0 menjadi Th2 T helper II. Sehingga dengan dihambatnya pembentukan sel T helper I, maka TNF-
α tidak terbentuk dan Th2 yang terdiferensiasi akan lebih banyak mensekresikan IL-10,
proses kerusakan sel hepatosit dapat berkurang. Pada tabel V, efek hepatoprotektif mengalami penurunan dari dosis II 1,0
gkgBB ke dosis III 2,0 gkgBB. Kenaikan dosis tidak diikuti dengan efek peningkatan hepatoprotektif. Efek hepatoprotektif berkurang pada dosis III 2,0
gkgBB, yang dapat disebabkan karena adanya aktifitas pro-oxidant dari antioksidan, dimana antioksidan yang telah bereaksi dengan radikal bebas dengan
menyumbangkan elektronya menjadi reaktif dan tidak stabil sehingga menjadi pro-oxidant
Vilaneuva and Kross, 2012. Pada dosis III 2,0gkgBB mengalami penurunan efek hepatoprotektif yang berbeda bermakna dengan dosis II 1,0
gkgBB sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan peringkat dosis
antara dosis ke II dengan ke III untuk melihat pada dosis berapa aktivitas pro- oxidant
muncul. Infusa herba Bidens pilosa L. sangat berpotensi digunakan masyarakat,
untuk keamanan penggunaan, perlu dilakukan uji toksiksitas dari infusa herba Bidens pilosa
L. Penelitian mengenai efek hepatoprotektif pada dosis dibawah 0,5gkgBB juga perlu dilakukan sehingga didapatkan ED
50
dari infusa herba Bidens pilosa
L.
E. Rangkuman Pembahasan